Sembilan Belas

19.8K 952 51
                                    

0o0
Happy Reading

































Hari ini setelah kejadian di mana El pingsan setelah acara pesta berakhir dengan rewel karena demam, hari ini dia masih rewel karena demamnya belum turun.

Bahkan pagi ini El menggemparkan seluruh penghuni mansion, di karenakan pagi-pagi dia sudah merengek di depan kamar Bara dan Fira dengan ke adaan yang sungguh menggemaskan,  bagaimana tidak? Mata yang sembab, bibir yang terus bergetar isakannya, hidung memerah dan juga pipi yang memerah di hiasi lelehan air mata sambil membawa botol dot kosong.

El terus merengek ini dan itu, namun yang mereka perbuat selalu salah di mata El.

Contohnya.

Saat ini El sedang berbaring dengan terus bergerak untuk mencari kenyamanan, bagaimana tidak saat ini El sedang mengalami hidung mampet, gara-gara terlalu banyak makan ice cream di malam pesta, itu memang salahnya, tapi ingat kalo El selalu benar.

Melihat El tidak nyaman, Fira segera membawanya ke dalam dekapannya dan mengelus surai anak itu lembut. Bahkan Fira dapat merasakan jika suhu tubuh El masih panas.

"Haus Bunda" lirih El dalam dekapan Fira, dengan seger Fira memberikan botol dot kepada El dan langsung di terima oleh El.

"Hiks hiks nggak enak, pait" inilah susahnya, karena demam lidah El tidak dapat merasakan dengan baik dan susu yang dia minum terasa pahit.

"Kalau gitu makan dulu ya?" tanya Fira.

"Enggak mau hiks, pait, enggak ada rasanya hiks" lirih El lagi dan Fira hanya bisa menghela nafas  menghadapi bad boy berjiwa bayi di dekapannya ini.

"Yaudah, kamu mau apa sayang?" tanga Fira.

"Hiks hiks mau Papa" lirih El sambil terus mengedot.

"Yaudah, Bunda panggil dulu ya Papa nya?" tanya Fira lalu El menggeleng.

Huft.

"Terus gimana dong kan Papa lagi di ruang kerja" tanya Fira.

"Hiks mau Papa, hiks tapi hiks Bunda hiks disini aja hiks" lirih Anta sesenggukan.

"Yaudah. Pak minta tolong panggilkan Bara ya di ruang kerjanya" seru Fira memanggil pengawal yang memang selalu berjaga di sekitar ruangan.

"Baik nyonya" setelah itu, pengawal tersebut seger memanggil Bara.

Tak lama datanglah Bara dengan panik saat mendengar kabar bawah putranya memanggil.

"Ada apa baby? Apakah ada yang sakit? Mau apa, bilang sama Papa?" tanya Bara bertubi tubi.

"Hiks El mau gendong Papa" lirih El dengan boto dot yang sudah habis lalu merentangkan tangannya kepada Bara.

Melihat respon El, Bara segera membawa tubuh El ke gendongan ala koala, sedangkan El menyandarkan kepalanya di bahu Papanya itu, dengan lembut Bara menepuk pundak El dan membuat El tertidur di dekapannya.

Melihat El tertidur, Bara membaringkan tubuh El ke kasur king size milik El, saat akan melepaskan pelukan El, anak itu justru mengeratkan pelukannya dan menyamankan tidurnya dalam dada bidang Bara.

Bara yang melihat itupun terkekeh begitu juga Fira yang masih ada di sana.

"Bayi besar yang rewel" celetuk Fira.

"Bahkan lebih susah di bandingkan dengan merawat bayi" sambung Bara.

"Tapi dia sangat menggemaskan saat seperti ini dan juga membuat sakit kepala" Kata Fira.

"Hmmm ini akibat dari suatu kenakalannya dan kamu belum melihat kenalan baby yang selanjutnya" sahut Bara.

"Sepertinya dia mencari sesuatu" kata Fira.

Sontak Bara melihat ke arah Putranya yang kini bibirnya bergerak menghisap sesuatu, karena tak menemukan sesuatu untuk di hisap, jadilah El menghisap ibu jarinya sendiri.

Sekali lagi, bayi besar yang tidak mau di sebut bayi itu bertingkah layaknya bayi.

Skip.

Setelah tadi merengek kepada Bunda dan Papanya, kini El berpindah haluan kepada Ernest yang memang baru saja pulang dari kantor.

"Hiks hiks mau Abang" itulah rengekan yang terdengar saat dia bangun tidur dan dengan senang hati Ernest menggendong bayi kelinci besar yang kini terlihat menggemaskan.

"Baby, kamu makan ya?" kata Ernest yang terdengar seperti pertanyaan karena dia sendiri ragu kalo bayi besar ini mau makan.

"Enggak mau hiks pait, hiks kepala Adek pusing" adu El kepada Ernest, Ernest yang mendengarnya panik.

"Kita ke rumah sakit ya baby" tawar Ernest, yang pasti sudah tau jika jawabannya El akan menolak.

"Hiks enggak mau hiks, mau mam laper hiks" lirih El, padahal tadi dia sendiri yang menolak buat makan dan dia juga yang sekarang kelaparan, tapi masih tetap sama, EL TIDAK PERNAH SALAH.

"Yaudah ayok kita ke Bunda" ajak Ernest yang masih menggendong El koala.

"Bunda" panggil Ernest saat melihat bundanya yang sedang di dapur tengah membuat bubur yang memang untuk si bayi besar.

"Yes boy, kenapa adiknya hm?" tanya Fira.

"Pengen makan, lapar" jawab Ernest.

"Tunggu, sebentar lagi masakannya matang" Ernest membawa El duduk di meja pantry sambil memperhatikan Bundanya yang cekatan sedangkan El menyelusup kan kepalanya di dada Ernest.

Tidak lama Bara datang dan langsung mengambil alih gendongan El, lalu duduk di samping Ernest.

"Baby mam dulu sayang" ujar Fira sambil membawa satu mangkuk bubur yang sudah ia masak dengan campuran daging dan sayuran agar El tetap sehat.

Mengambilnya sesendok lalu meniupnya, di rasa sudah hangat barulah Fira menyuapi El.

El menerimanya dengan baik tanpa adanya penolakan seperti biasanya.

Bara tau jika anaknya sakit pasti akan rewel dan susah makan, apalagi makanan nya bubur seperti itu yang ada langsung di lepeh dan memuntahkannya.

Tetapi sekarang, hanya dengan suapan Fira, El makan dengan lahap walaupun sesekali mengeluh jika mulutnya terasa pahit. Dan ya El berhasil menghabiskan satu mangkuk bubur. Rekor pertama untuk El, sedang sakit, mau makan, dan menghabiskan satu mangkuk bubur yang pada dasarnya El tidak menyukai bubur.

Setelah makan, Bara membawa kembali El ke kamar untuk istirahat. Namun kali ini Bara membawanya ke kamar pribadinya untuk menidurkan El.

Sedangkan Ernest ia masuk ke dalam kamarnya dan akan mengistirahatkan tubuh nya sebentar sembari nunggu sang adik istirahat juga.























ELBARACK Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang