"Okey, kayaknya emang itu yang sulit." Mahesa manggut-manggut, "Jadi gini. Salinitas itu tingkat keasinan, atau..yah.. kadar garam yang terlarut dalam air. Biasanya dinyatakan dalam satuan." Mahesa mulai menjelaskan menggunakan bahasanya sendiri, yang sepertinya lebih mudah dipahami oleh dua juniornya itu.
Ia terus menjelaskan, sesekali Balqis atau Via akan memotong ucapannya untuk sekedar bertanya atau menyampaikan pendapat. Mengapa begini? Kenapa begitu?
Tak terasa posisi Mahesa semakin lama semakin dekat dengan Balqis. Tak ada yang menyadarinya, sampai pada akhirnya muncul tokoh ke empat diantara mereka, Alaska.
"Ga usah sok dekat, Lu!" Sinisnya seraya menepis tangan Mahesa yang bergerak abstrak saat menjelaskan materi pada Balqis dan Via.
"Kenapa, sih Lu?! Sewot amat!" Balas Mahesa tak kalah sengit.
"Lu yang kenapa?! Bisa ngga, ga usah deket-deket kek gitu?! Bukan mukhrim tau?!" Alaska kembali ngegas.
"Emangnya kenapa, hah?! Gue lagi jelasin materi ke Balqis sama Via, kenapa?! Ngga terima Lu?!" Kedua alis Mahesa menukik tajam.
"Jelasin ya jelasin aja! Ga usah modus deket-deket gitu!" Alaska kembali menentang Mahesa.
"Ya kenapa, ngga boleh, hah?!" Nada Mahesa sedikit meninggi.
"Udah gue bilang bukan mukhrim! Masih nanya aja lu!"
"Yakan terserah gue, gue lagi ngajarin mereka!" Mahesa masih gak mau mengalah.
"Ya udah kalo gitu gue aja sini, yang ngajarin mereka!" Alaska menarik tangan Mahesa.
"Enak aja, lu!Lepasin ga?!" Mahesa menghempaskan tangan Alaska yang berusaha menariknya dari tempat duduknya.
"Lepasin woy!" Mahesa melotot marah pada Alaska, sedangkan si pelaku tak menggubrisnya.
"Udah-udah! Kalian ini kenapa sih?! Ngga inget umur apa?! Udah tua masih aja kayak anak TK!"Balqis terlihat jengkel ketika mereka bertengkar karena hal sepele.
"Tau, nih! Sewot!" Mahesa menjulurkan lidahnya pada Alaska, "Kan aku lagi ngajarin kalian."Mahesa ber-smirk pada Alaska, seakan mengejek pria itu.
"Begini, Qis. Kalian, kan bukan mukhrim. Mana boleh deket-deket kayak gitu?Udah jelas-jelas dia ini modus. So, biar aku aja, yang ajarin kalian, yaa?" Alaska bersikap semanis mungkin pada Balqis.
"Ck! Apa bedanya Kak Mahesa yang jelasin sama Kak Alaska yang jelasin? Sama aja, kan?! Udah, ga usah ribut lagi!"Balqis menatap marah pada mereka.
"Sa ini baru sadar. Fiona kemana toh? Kenapa itu orang tra balik-balik?" Via melerai ketiganya.
Sejak Mahesa menjelaskan tadi hingga keributannya dengan Alaska, Fiona belum juga kembali dari toilet. Padahal dirinya pamit hanya akan pergi sebentar.
Balqis yang tadinya terlihat marah, kini terlihat kebingungan. Benar juga, kemana gadis itu? Apa mungkin yang dimaksud olehnya kamar mandi adalah kamar mandi rumahnya yang di Jakarta?
"Loh, Fiona tadi di sini?" Tanya Alaska.
Balqis mengangguk, "Tadi pamit ke toilet, tapi sampe sekarang belum balik."
"Masa dia nyasar?" Monolog Mahesa.
"Biar aku susulin dia."Tanpa ba-bi-bu Balqis segera berdiri lalu berjalan menuju ke toilet.
"Aku ikut!"Teriak Alaska sebelum Balqis semakin jauh.
Gadis itu sontak berbalik, "Kak Alaska ngapain ikut? Mau ngintip anak cewek di kamar mandi?"Raut heran dan curiga tercetak jelas diwajah Balqis.
"Ekhem." Via berdehem pelan, berusaha menahan tawa.
"Ahaha! Sekarang kelihatan, kan. Siapa yang modus disini." Sarkas Mahesa pada Alaska, yang seketika mendapat tatapan maut darinya.
Alaska menggaruk tengkuknya yang tidak gatal dengan tersenyum hambar, "Eng-enggak, Qis. Ngga jadi." Katanya lalu mengambil tempat duduk disebelah Mahesa.
Balqis menggeleng pelan sebelum kembali berjalan cepat menuju toilet wanita.
-o0o-
KAMU SEDANG MEMBACA
Izinkan Kulukis Senjamu
Teen FictionTerinspirasi dari lagu "Melukis Senja." Hanya berisi potongan cerita. -o0o- "Orang bilang senja itu setia, tapi apa jadinya kalau senja hari itu tak datang?" - Alaska "Berarti lagi ketutupan mendung." - Nayara Balqis "Lo mau ga jadi senja gue? Senja...