Bab 20 : Akhir dari Awal

5 7 2
                                    

Setelah pengakuan Fiona hari itu, hubungan Fiona dan Balqis kembali membaik. Via turut senang melihatnya, keduanya kembali akur.

Atau lebih tepatnya Fiona yang mulai menerima keadaan. Ia tak lagi mempermasalahkan Mahesa yang semakin hari semakin dekat dengan Balqis.

Seperti saat ini. Fiona yang dulu tiba-tiba menghilang saat Mahesa datang dan duduk di sebelah Balqis, kini tetap duduk manis ditempatnya. Saat ini pun, Alaska mulai mengikhlaskan Balqis bila nantinya gadis itu bersama berakhir bersama Mahesa.

Bagai dejavu, mereka mengulang kembali kejadian yang dulu, saat mereka bertiga memerlukan bantuan dalam perlajaran.

Mahesa, Alaska, dan Evan sudah memasuki semester akhir, sehingga mereka lebih santai dan lebih memiliki banyak waktu luang.

Jadilah mereka memanfaatkan waktu luang untuk untuk mengajari adik-adiknya. Balqis yang diajari secara privat oleh Mahesa, Fiona dengan Alaska, dan Evan dengan gadis eksotis-Belivia.

“Udah paham?” Tanya Mahesa yang kini tepat berada di sebelah Balqis.

Balqis mengangguk, “Makasih, ya, Kak. Udah repotrepot ngajarin.” Senyum merekah dibibir Balqis. “Sama-sama, ngga usah sungkan-sungkan kalo emang lagi butuh bantuan.” 

Senyum Balqis kian melebar, “Vi..“ Ucapannya terputus kala ia melihat bagaimana kedekatannya dengan Evan.

“Mereka ngga bisa diganggu, yang itu juga.” Bisik Mahesa pada Balqis tanpa mengalihkan pandangan dari 4 orang di hadapannya.

Di sana terlihat Via dan Evan yang serius belajar dengan Evan yang terkadang akan senyum-senyum sendiri.

Sedangkan Via, wajah gadis itu setengah memerah dan wajahnya terlihat menahan malu. Entah apa yang sudah mereka bicarakan.

Berbeda dari keduanya, Alaska dan Fiona justru blak-blakan menunjukkan ekspresi mereka. Nampaknya Alaska dan Fiona sedang membicarakan hal-hal yang lucu hingga tertawa lepas seperti ini.

Entah sejak kapan mereka terlihat dekat begitu. Yang jelas, mereka sama-sama bahagia telah menemukan pasangan masing-masing. 

Meski jelas dilihat pula, bahwa mereka juga sama-sama berbeda. Seperti Balqis dan Mahesa.

“Kayaknya ngga lama mereka bakal jadian.” Balqis terkekeh melihat canda tawa Alaska dan Fiona.

“Nay..” Mahesa memanggil gadis itu perlahan.

Balqis menghentikan tawanya, “Hm?”

“Terimakasih, ya.”

“Untuk apa?” 

“Untuk semuanya.” 

Balqis mengerutkan kening tak mengerti.

“Terimakasih untuk senja yang telah kau berikan padaku waktu itu. Itu adalah senja terindah dalam hidupku.”  Balqis paham kini kemana arah bicara Mahesa.

“Terimakasih juga untuk ini.” Ia mengeluarkan AlQur’an terjemahan yang dulu dipinjamnya dari gadis.  

“Dari sini aku bisa belajar dan paham tentangmu. Terimakasih.” Ia menyerahkan Al-Qur’an itu kepada pemiliknya.

“Aku tau kita tidak bisa bersatu, tapi aku harap kita masih bisa bersama.” Mahesa menatap penuh arti panda netra Balqis, membuat gadis itu sontak menundukkan pandangan.

 “Kakak tenang saja, aku tidak akan pernah memutus tali silaturrahmi di antara kita.” Balqis mendongak sembari tersenyum hangat.

-o0o-

“Woww!” Teriak semua mahasiswa angkatan itu seraya melempar topi toga setinggi mungkin. 

 Raut bahagia tercetak jelas di wajah mereka, meski kini hari sudah mulai petang.

 Acara wisuda mereka berjalan dengan lancar. Walaupun memakan waktu yang cukup lama, mereka tetap senang dengan kelulusan ini.

Di sana, di tepi lapangan, berdiri gadis manis berjilbab ungu dengan sebuket bunga mawar kuning dalam pelukannya. Pakaian batik gamis yang ia gunakan terlihat padu di tubuhnya. 

Mahesa menghampiri gadis itu. Tersenyum manis kala orang yang dulu ia anggap pujaan hati berdiri menunggunya. Dia Balqis, kini statusnya di hati Mahesa telah berubah menjadi adik kesayangan.

“Hai, udah lama nunggu?”

“Nggak." Jawab Balqis dengan cepat disertai senyuman. Sedetik kemudian wajahnya terlihat ngeblank.

"Masa, sih?" Balqis bertanya pada dirinya sendiri, lalu menoleh pada Mahesa, "Ngga jadi. Lumayan, Kak.” 

Mahesa terkekeh gemas melihat Balqis terlihat plin-plan.

“Dianter siapa?” Tanya Mahesa.

“Kak Fahmi, dan ini..” Ia menyerahkan buket bunga itu, “..buat Kak Mahesa.” Katanya.

Mahesa menerimanya dengan raut bingung, “Harapan?” Tanyanya.

Balqis menggeleng cepat, “Jawaban dari semua kepastian yang belum pasti.” 

Mahesa tersenyum lebar, “Terimakasih.” 

Balqis membalas senyum itu tak kalah lebar, lantas keduanya berjalan beriringan. Menghampiri kawan dan sahabat mereka. Berbaur menjadi satu. 

Seperti pelangi yang datang setelah hujan di waktu senja. 

-o0o-

Senja itu. Senja yang begitu berarti bagi Mahesa. Senja dimana kala itu ia begitu penasaran dengan Balqis. Saat

ketika ia sadar bahwa mereka tepisah jarak yang amat jauh.

Senja yang membuatnya sadar, bahwa mereka tak bisa bersama.

-o0o-

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Dec 20, 2022 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Izinkan Kulukis SenjamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang