"Sini-sini." Balqis menarik Via agar duduk lebih dekat dengannya. Setelah menyelesaikan mata kuliah hari ini, mereka berdua pergi bersama ke pertemuan pertama Mapala.
Sedangkan Fiona pergi menghilang entah ke mana setelah dosen keluar kelas. Via dan Balqis hendak menyusul, tapi mereka urungkan. Mungkin gadis itu sedang ada urusan pribadi.
Hari ini ia akan menjalani kegiatan pertama di kampusnya, yakni pertemuan pertama di unit aktivitas mahasiswa Mapala.
Mapala alias Mahasiswa Pecinta Alam, organisasi yang seusai dengan namanya, yakni suatu organisasi yang identik dengan alam.
Umumnya orang-orang menganggap bahwa Mapala adalah tempat anak-anak yang hobi traveling, mendaki gunung, atau menjelajah hutan.
Namun yang sebenarnya bukan hanya traveling yang dibahas oleh Mapala, akan tetapi beberapa materi yang diperlukan saat akan melakukan tour atau yang lain.
Karena adanya Mapala ini, ia merasa sangat senang, sebab dia dapat mewujudkan keinginannya untuk menjelajah alam. Ia juga menjadi lebih berani dalam melakukan beberapa hal.
Seperti pendaki yang dituntut untuk berani menghadapi semua rintangan ketika melakukan pendakian, tanpa perlu takut sekali pun.
Hanya perlu waspada dan selalu hati, juga tak lupa berdoa pada Tuhan sesuai agama dan kepercayaan masing-masing untuk menjaga keselamatan diri.
"Hari ini hanya perkenalan saja?" Tanya Via menerkanerka. Balqis hanya mengangkat bahu tanda tak tau.
Para senior atau pengurus Mapala sudah banyak yang datang, begitu juga dengan anggota baru lainnya. Entah mengapa acaranya tak segera dimulai.
"Naya, itu Alaska toh?" Via melirik pria yang dari tadi menatap ke arah mereka berdua, terutama pada Balqis.
"Mana?" Balqis memperhatikan seluruh kakak senior yang duduk di depan. Mereka duduk dilantai, sehingga sedikit sulit baginya melihat setiap orang yang ada di sana dengan keadaan tinggi tubuhnya yang pas-pasan.
"Iya, dia Kak Alaska." Ujarnya setelah ia berhasil menemukan pria itu.
"Ko tau kah? Dari tadi itu laki-laki pandang Ko terus, Ko tra merasa?"
"Hah?" Balqis kembali menengok Alaska. Dan setelahnya ia sangat menyesal menoleh pada pria itu.
Bagaimana tidak? Saat kembali menoleh, lelaki itu tengah mengedipkan sebelah matanya seolah memberikan kode pada Balqis dan seketika gadis itu memutus kontak mata dengannya.
Sungguh ia sangat malu.
Krriiiettt
Suara pintu ruangan yang dibuka perlahan menusuk gendang telinga semua orang yang ada disana.
Tak berselang lama muncul sebuah kepala yang mengintip masuk, "Permisi, boleh saya masuk?" Dia Fiona.
"Oh, iya dek. Ikut Mapala?" Tanya kakak senior itu yang langsung diangguki Fiona, "Oke-oke, masuk aja."Kata kakak senior itu mempersilahkan ia masuk.
Fiona mengambil duduk disebelah Balqis, sehingga kini gadis berjilbab pasmina warna merah maroon itu dihimpit oleh Via dan Fiona.
"Ini udah dateng semuanya?" Tanya kakak senior yang tadi mempersilahkan Fiona masuk.
Semua hanya diam tak berani menjawab, tapi seseorang mendekat dan membisikkan sesuatu, "Mahesa belum," katanya lalu kembali seperti semula. Kakak tadi mengangguk paham.
"Ya udah, deh. Ekhem." Kakak itu berdehem pelan, "Pertama, saya ucapkan selamat datang di Mapala, alias Mahasiswa Pecinta Alam Brawijaya".
"Semoga kalian bisa betah disini, punya temen baru di sini, dan tentunya punya pengalaman baru disini." Kata kakak itu sambil memainkan kertas yang dibawanya.
"Hari ini acaranya perkenalan, dan insyaallah acara selanjutnya, kita bakalan adakan pelantikan anggota baru, okeh? Nah, perkenalkan, nama saya Muhammad Evanio
Syahputra asal Bandung, biasa dipanggil Evan atau Vano.
Kedudukan saya disini sebagai Ketua Mapala tahun ini. Selanjutnya, kita bakalan kenalan sama kakak-kakak yang lain. Terus, baru kalian anggota baru. Ayo," Evan mengangguk pada orang di sebelahnya, memberikan isyarat untuk segera memperkenalkan diri.
"Perkenalkan nama saya–".
Perkenalan para kakak senior terus berlangsung dengan lancar, hingga tiba-tiba pintu terbuka lebar menampilkan sosok pria tampan disana.
"Maaf, telat." Katanya seraya menutup pintu, berjalan masuk lalu duduk disebelah Evan.
"Dari mana aja lu?!" Bisik Evan pada Mahesa yang baru datang, "Dapet tugas tambahan gue." Jawabnya dengan cara yang sama. Mahesa tidak tau bahwa Balqis, gadis yang disukainya, ada di ruangan yang sama dengan dirinya saat ini.
"Kenapa diem?" Evan bingung ketika ruangan mendadak hening. "Udah selesai semua, tinggal Hesa yang belum." Sahut seorang wanita disana, jelas dia adalah senior juga.
"Oh? Tinggal gue nih? Okeh, perkenalkan nama saya Mahesa Gilang Adiswara biasa dipanggil Mahesa atau Hesa, dari," Mahesa menghentikan ucapannya sendiri, "Pake asal?" Lalu bertanya pada Evan yang dengan cepat diangguki.
"Saya dari Bali." Lanjutnya kemudian.
"Okeh, yang senior-senior ini udah pada kenalan semua, kan ya?" Evan menatap semua orang di sana dan beberapa ada yang mengangguk.
"Sekarang gantian yang adek-adek baru, silahkan dari kanan terus sampe muter searah jarum jam."
Yang merasa berada di posisi pojok kanan pun memperkenalkan dirinya, Balqis sedikit gugup ketika sebentar lagi akan tiba gilirannya.
"Perkenalkan, saya Belivia Diksi dari Jayapura."Via memperkenalkan dirinya dengan lancar disertai logat Jayapura-nya yang memang sudah melekat padanya.
"Saya Nayara Balqis Az-Zahra dari Surabaya." Balqis berbicara dengan jari yang tidak berhenti saling bergulat, saling bertaut berharap mengurangi rasa gugupnya.
"Naya?" Ulang Mahesa dengan lirih.
Spontan ia menegakkan kepalanya, mencari dari mana kata Nayara tadi keluar.
"Dia..." Mahesa tidak dapat berkata-kata ketika matanya benar-benar melihat Balqis secara langsung. Ia tidak menyangka bahwa gadis itu ternyata ikut Mapala.
Seketika hatinya membuncah akan kehadiran gadis itu disini.
Di ruangan yang sama dengannya.
![](https://img.wattpad.com/cover/328744671-288-k571183.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Izinkan Kulukis Senjamu
Ficção AdolescenteTerinspirasi dari lagu "Melukis Senja." Hanya berisi potongan cerita. -o0o- "Orang bilang senja itu setia, tapi apa jadinya kalau senja hari itu tak datang?" - Alaska "Berarti lagi ketutupan mendung." - Nayara Balqis "Lo mau ga jadi senja gue? Senja...