"Kamu nggak nginep Van?"
Sosok wanita yang kerap Devan panggil mama menghampiri Rere duduk di samping wanita itu yang memijat tumitnya lelah, pesta pernikahan mereka baru saja selesai. Ben dan Clarissa sudah pulang lebih dulu karena Alea yang mengantuk, anak pertama mereka enggan menginap karena alasan Ben bekerja besoknya.
Kali ini Devan melepas dasi tuxedo yang ia kenakan. Rambut rapi nya sudah tampak acak acakan, sudah sejak sore tadi lelaki itu tampak memaksakan senyum untuk para undangan yang datang."Aku harus kerja besok ma, ya jadi harus pulang" keputusan Devan final.
"Yaudah kalau mau maksa pulang, biar pak Arif yang nganter" Kali ini papa Devan bersuara, tidak bisa menolak keinginan Devan yang enggan tidur di rumah.
Rere wanita yang baru Devan nikahi menyusul langkah lebar Devan. Dalam hati ia menggerutu karena tidak nyaman dengan gaunnya, berharap bisa memakai baju rumah yang biasa ia kenakan.
Devan membukakan pintu, Rere masuk masih mencoba mengankat gaun nya dengan susah payah, Devan ikut membantu. Rere sudah sangat ingin membaringkan tubuh dan menghapus make up. Pernikahan yang mereka adakan terhitung sangat mendadak, Rere bahkan tidak membawa baju-baju dari rumahnya karena yang sempat dipikirkannya hanya bersalaman dengan tamu undangan keluarga Devan dengan senyum yang terus mengembang. Dia tidak sedang mengadakan pesta di rumahnya sendiri, setelah terjadi akad nikah, secara sah wanita itu di boyong untuk menggelar resepsi kecil di rumah pribadi keluarga Alshafa, sampai tidak sempat memikirkan kebutuhan pribadinya.
Pasangan yang baru saja melakukan akad nikah tadi pagi itu resmi menjadi sepasang suami istri. Tidak ada pernikahan mewah seperti kebanyakan acara pernikahan, hanya sebuah pernikahan tertutup yang di adakan di halaman rumah dihadiri kerabat pihak suami dan istri.
Wanita yang baru saja keluar dari mobil Alphart hitam milik keluarga Devan itu berjalan terseok, sedang Devan berjalan lebih dulu membuka kunci rumah yang akan ditempati wanita itu seterusnya. Setelah melewati perdebatan yang cukup alot dengan mama dan papanya, Devan tetap memilih untuk membawa Rere yang begitu kelelahan pulang.
Rere tidak pernah mempermasalahkan tinggal, yang terbesit dari pikirannya hanyalah ia ingin bebas dari hiruk pikuk pesta pernikahannya sendiri, secepatnya. Mengganti baju dengan setelan kasual dan membaringkan tubuh.Devan berjalan memasuki kamar, diikuti Rere yang mengekor, sembari berjalan terseok dan rasa lelah yang tiada tara Rere tetap mencoba menyusul. Pernikahan yang dikira akan barlangsung cepat nyatanya tidak begitu. Seharian dia dan Devan harus menyalami tamu yang lebih dari yang dibayangkan, mereka kebanyakan di dominasi kerabat Devan. Rere sengaja tidak mengundang siapapun, tidak juga ke tiga sahabatnya, sedang Devan hanya mengundang beberapa temannya saja sesuai perjanjian. Sebelum acara pernikahan mereka di gelar Devan dan Rere sempat berunding untuk menyembunyikan status pernikahan mereka, Rere tidak memiliki alasan yang jelas meski begitu Devan tetap menuruti. Dan keluarga Devan juga tidak tampak mempermasalahkan keputusan Rere untuk menggelar pernikahan tertutup.
Rere mendudukkan tubuhnya di tepi ranjang, masih memijat tumitnya yang mulai lecet dan perih ia harus merelakan kaki kecilnya menggunakan high heels setinggi dua belas centimeter, wanita itu menatap sepasang sepatu pernikahannya, bentuknya yang cantik dan elegan bisa Rere yakini itu mahal. Meski menyakitkan memakainya Rere sangat menyukai menggunakan sepatu high heels, ia beranjak membawa dengan hati-hati menaruh sepatu itu di sudut rak sepatu bersebelahan dengan sepatu-sepatu milik Devan.
Devan masih sibuk bermain smartphone, sedari tadi lelaki itu tidak pernah terpisah dari benda silver persegi panjang di tangannya. Berdiri dengan indah tanpa berkeinginan duduk, Rere pikir tubuh lelaki itu memang tidak merasa lelah berdiri seharian.
"Kamu nggak mandi?"
Sadar Devan menoleh, ia melepas jas nya melempar ke samping tempat Rere yang sudah kembali duduk. Wanita itu berjengit kaget, memandang sedikit kesal.
KAMU SEDANG MEMBACA
Mr Arsitek
Romance[Follow for more story] Ketika dua manusia yang sama-sama pernah terluka menjalani sebuah perjodohan, mereka yang saling menyayangi tapi tak bisa mendeskripsikan perasaan sayang yang mereka miliki. Mereka saling membutuhkan tapi tak bisa menyebut pe...