Rooftop

74 48 64
                                    

"Gue muak!"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Gue muak!"

• See You •

Sebuah mobil sedan berwarna hitam berhenti tepat di depan gerbang SMA Trimurti. Dimana tempat tersebut sekolah yang pertama kalinya Lyeah masuki sejak satu setengah tahun ini.

"Lyeah, ingat kata-kata kakak, jangan absen dari jadwal cuci darah lagi siang ini," ucap Kim selaku kakak sepupu Lyeah memperingati.

Lyeah mengalihkan perhatiannya kepada Kim yang tengah duduk disebelahnya. "Iya Kak, jangan khawatir."

"Obat nya kamu bawa kan? Ingat kata dokter jones, obat itu hanya sedikit membantu meredakan rasa sakit yang kamu rasakan. Tapi tidak bisa terus-terusan kamu minum, itu berbahaya."

"Iya Kak, Lyeah ingat, dan Lyeah tahu itu."

"Kakak hanya khawatir dengan kesehatan kamu," Kim menatap ragu kepada Lyeah. "Perlu Kakak temani kerumah sakit nanti?" tawarnya.

Lyeah tersenyum, menggeleng kecil. "Tidak perlu."

Laki-laki itu mengangguk pasrah. "Baiklah, jika perlu bantuan segera telpon Kakak ya?"

Gadis itu menganggukkan kepalanya, lalu dengan cepat turun dari mobil sebelum kakaknya berubah pikiran dan memutuskan untuk menemaninya.

Lyeah membalikkan tubuhnya menatap jauh ke dalam sekolah barunya. SMA Trimurti. Ia menarik nafas dalam-dalam lalu melangkah masuk.

Kaki jenjang gadis itu terus melangkah melewati koridor. Kali ini semua perhatian para penghuni SMA Trimurti teralih kepadanya. Tatapan kagum dan memuji terus menerpanya.

Lyeah mengabaikan semua perhatian yang ia dapatkan. Kakinya terus bergerak menuju sebuah ruangan yang bertuliskan ruang kepala sekolah. Lyeah melangkah dengan pasti memasuki ruangan itu.

"Kamu ... Kapan sih kamu bisa sekolah dengan tenang disini?"

Lyeah menghentikan langkahnya, menatap seorang laki-laki yang sangat familiar dimatanya. Saat ini tengah menerima ocehan dari kepala sekolah.

"Pak, saya hanya menabrak pot bunga loh, pot bunga," bela Kiel dengan beberapa penekanan pada perkataannya.

Lyeah terkekeh mendengar jawaban enteng dari Kiel. Sedangkan dua orang laki-laki yang tengah berdebat itu masih tidka menyadari keberadaannya.

Brak ...

Lyeah maupun Kiel terperanjat oleh gebrakan meja tersebut. Lyeah tetap diam tidak mengeluarkan suara. Sesekali mengelus dadanya, untuk menetralkan keterkejutannya.

"Ets ... Pak, jangan gebrak meja, tangan Bapak besar. Nanti mejanya rusak, sama aja merusak fasilitas sekolah," ucap Kiel memperingati.

Kali ini Lyeah terkikik mendengar ucapan laki-laki itu membuat Kiel dan Pak kepala sekolah menatapnya.

Kiel menyipitkan matanya, menatap Lyeah intens. Menimang-nimang apakah ia tidak salah liat, seperti sebelumnya mengira pot bunga sebagai pembatas parkiran.

"Lyeah?" panggil Kiel memastikan.

Lyeah mengangguk. Melangkah maju, berdiri tepat disebelah Kiel, yang masih terus fokus mengikuti pergerakan gadis itu

Pak Kepala sekolah, yang dikenal sebagai Pak Tules itu menatap heran kepada Lyeah. "Kamu siapa lagi?!" gertak Pak Tules.

"Heh Pak, jangan ngegas gitu dong ke cewe," sela Kiel berani, tanpa peduli dengan tatapan maut yang telah Pak Tules lemparkan kepadanya.

"Saya Lyeah Brodin, murid baru di SMA Trimurti," jelas Lyeah.

Pak Tules berfikir sejenak, tangannya bergerak mengambil sebuah map berwarna biru. Membukanya sebentar lalu kembali ia tutup.

"Lyeah Brodin?" tanya Pak Tules.

Lyeah berlagak mengiyakan pertanyaan tersebut. Lalu Pak Tules memberikan secarik kertas yang cukup besar kepada Lyeah. Tangan gadis itu terulur menyambut kertas tersebut.

"X IPA 1?" cicitnya.

"Baiklah, Lyeah. Kamu boleh pergi, silahkan cari kelas kamu secara perlahan." ucap Pak Tules.

Tanpa banyak basa-basi, Lyeah meninggalkan ruangan tersebut, meninggalkan Kiel yang masih berdiri ditempatnya, menantikan ocehan Pak Tules yang belum selesai.

Alih-alih menuju kelas, Lyeah melangkahkan kakinya kesebuah ruangan terbuka yang berada dilantai dua SMA Trimurti. Rooftop.

Angin bertiup kencang menyambut kedatangan gadis itu kala ia membuka pintu yang terbuat dari besi. Tangannya terulur menyampirkan rambut yang menghantam wajahnya tanpa izin.

Lyeah menyandarkan tubuhnya ke pembatas Rooftop. Mata gadis itu menatap jauh kebawah melihat para penghuni SMA Trimurti yang berlalu lalang kesana kemari.

Gadis itu merentangkan kedua tangannya lebar-lebar, menarik nafas dalam-dalam. "Hah ... Gue benar-benar nggak tahu, sampai sejauh mana, gue bisa ngerasain hamparan yang tersaji dengan indah ini," lirihnya tanpa menghilangkan senyuman dari bibirnya.

Gadis itu memejamkan matanya, meresapi hembusan angin yang menerpa lembut tubuhnya, dan membuat rambutnya terayun pelan.

Setelah beberapa saat, Lyeah membuka matanya berlahan. Menengadah kebawah menatap bungkus plastik berwarna biru tua yang berisikan obat-obatan pereda nyeri yang diresepkan dokter untuknya.

Digenggamnya erat plastik itu, perasaan muak menjalar ke seluruh tubuhnya, hingga membuatnya merasa sesak. Obat yang seharusnya ia minum sesuai anjuran dokter. Kali ini, lagi-lagi tidak diminumnya.

"Obat ini buat gue muak!"

Lyeah melempar plastik itu kelantai dasar, lebih tepatnya kelapangan, hingga benda kecil itu tidak tertangkap lagi oleh netranya. Lalu gadis itu mendudukkan dirinya dipagar pembatas Rooftop, tanpa rasa takut sedikitpun.

Ia duduk dengan tenang, mengatur nafasnya yang tidak lagi terasa tenang. Akhir-akhir ini ia semakin mudah merasa lelah, meskipun tidak melakukan aktivitas yang ekstrim.

Lyeah lagi-lagi memejamkan matanya, berusaha menetralkan detak jantung yang semakin cepat, dan nafasnya yang memburu.

Uhuk ...

Gadis itu membekap mulutnya saat cairan berwarna merah pekat keluar tanpa aba-aba darinya. Pandangannya memburam. Seolah tidak tahan lagi menopang bobot tubuhnya yang kian terasa semakin memberat.

"Ayah Bunda, Lyeah capek. Bohong kalau Lyeah sanggup jalanin ini sendirian," isaknya kuat, pecah sudah pertahannya.

Tangan gadis itu yang sebelumnya telah dilumuri oleh darah, kini luruh disamping tubuhnya. Isakan demi isakan terlepas dari bibirnya. Hingga terdengar semakin keras.

Drak ....

"Loh? Manusia?" ucap Seorang laki-laki dengan linglung.

-----🕊️-----

Gimana? Kaget nggak? Wkwk, nih chapter dadakan aku update, yuks beri reaksi kelian🤸

Ingat, lima pesan burung ini:
🕊️ Vote cerita yang kalian baca saat ini.
🕊️ Komen jika suka.
🕊️ Simpan ke perpustakaan cerita ini.
🕊️ Share jika suka banget .
🕊️ Dan follow akun ku.

Terimakasih untuk dukungan kalian, luv yu guys, sampai bertemu di chapter berikutnya 🖤🕊️

See youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang