Kiel Junislen

78 49 61
                                    

"Kiel nggak bakal jadi bodoh, meskipun Kiel nggak sekolah, Bun

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Kiel nggak bakal jadi bodoh, meskipun Kiel nggak sekolah, Bun."

• See You •


Kiel memainkan kunci mobilnya dengan sesekali melemparkan kunci tersebut ke udara lalu menangkapnya. Ia menatap seluruh sisi rumah yang sunyi.

"Bunda! Kiel pulang!"

"Bu Junislen, dimanakah anda berada?"

"Hel--- "

Teriakan Kiel tergantung saat melihat sosok wanita cantik turun dari lantai dua dengan menatapnya kesal. Kiel semringah memperlihatkan barisan giginya yang tersusun rapi.

"Kenapa teriak-teriak sih, Kiel? Ayah tidur," rutuk Bu Junislen setelah sampai dihadapan putra sulungnya.

"Ups ... Ayah pulang?"

Bu Junislen mengangguk. "Baru pulang, dari mana aja kamu?"

"Kiel nganter anak gadis orang pulang," jawab Kiel enteng.

Bu Junislen menyipitkan matanya, menatap tepat ke wajah tampan itu. Kiel menautkan alisnya, membalas tatapan Bu Junislen.

Kiel menepuk pipinya pelan. "Kenapa, Bun? Kiel cakep banget ya?"

Bu Junislen memutar bola matanya malas. "Anak siapa kamu? Punya percaya diri tinggi sekali," ejek Bu Junislen.

"Anak ay--- "

Lagi-lagi perkataan Kiel terpotong saat melihat kedatangan seorang laki-laki paruh baya yang berdiri disamping Bu Junislen.

"Jangan bilang kamu anak Ayah dan Bunda. Kamu tidak setampan itu," saut Pak Junislen.

Kiel mendengus. "Anak setampan ini tidak kalian anggap? Orang tua seperti apa kalian, jahat sekali," ucap Kiel dramatis.

Pak Junislen menatap istrinya dan begitupun sebaliknya. "Anak yang tidak waras," ucap suami istri itu bersamaan.

Kiel terdiam dan menghentikan aktingnya, ditatapnya wajah Pak Junislen dan Bu Junislen secara bergantian. "Dasar orang tua yang tidak punya hati," cibir Kiel.

"Sudah hentikan drama yang menyedihkan itu," potong Bu Junislen. "Kiel kamu naik dan bersih-bersih. Setelah itu tidur. Ingat! Jangan bergadang lagi!" Bu Junislen memperingatkan.

Kiel mengangguk setelahnya melangkah menuju kamar tidurnya, meninggalkan Bu Junislen dan Pak Junislen yang berdiam diri menatap punggung sang putra yang semakin menjauh.

"Itu anak kamu, Bun?" ucap Pak Junislen.

"Iya, tapi miris tidak tahu kemana ayahnya," lirih Bu Junislen.

Pak Junislen bergidik geli menatap tingkah istirnya. Pak Junislen mengelus dadanya pelan. "Akhirnya aku tahu, anak itu mendapatkan kemampuan aktingnya yang dramatis dari siapa," ucap Pak Junislen.

See youTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang