Memasuki bulan kedua di tempat kerja yang baru, Junghwan berdecak kesal karena menyadari bahwa dirinya mulai menyukai rekan satu kantornya. Terus menyumpah dalam hati mengapa langit memberi kutukan yang sudah jelas akan mengacak garis takdir itu sendiri.
Junghwan dikutuk untuk terlalu mudah jatuh cinta, dan siapapun makhluk yang ia cintai akan mati karena cinta yang Junghwan beri. Sekuat tenaga dirinya menahan diri untuk tidak jatuh cinta kepada siapapun juga.
Tapi hari ini, perasaan yang terus Junghwan tahan malah justru semakin naik ke permukaan. Padahal ini sudah kali ke dua baginya untuk berpindah tempat kerja dalam enam bulan, dan Junghwan sudah muak karena terus berpura-pura menjadi manusia biasa, menjalani hidup normal agar kutukan yang diberikan kepadanya tidak lagi ditambah oleh yang kuasa.
Dirinya hendak menenangkan diri di lantai tertinggi gedung kantornya, tapi malah bertemu dengan makhluk yang terus mengoceh tanpa henti, membicarakan hal yang bahkan Junghwan sendiri enggan untuk memikirkannya.
Sosok laki-laki berambut cokelat terang, dengan tubuh sedikit lebih pendek darinya. Awalnya Junghwan cukup terkesima melihat penampilan makhluk manis itu Junghwan memang ditakdirkan untuk mudah jatuh cinta sejak hari pertama ia turun ke dunia, tapi begitu mendengar kalimat yang keluar dari mulutnya, rasanya Junghwan hanya ingin lari dari sana.
Walau semuanya terdengar masuk akal, tapi Junghwan enggan berurusan dengan makhluk langit mana pun sekarang, terlebih dengan immortal yang terlihat menikmati saat di mana ia bermain-main dengan kekuatan yang dirinya punya.
Sebelum diberi kutukan, Junghwan jauh lebih kuat dibandingnya, Junghwan jauh lebih berkuasa dibanding separuh penghuni semesta, tapi karena satu kesalahan ia malah dilempar turun ke dunia yang rasanya lebih menyiksa dibanding neraka.
"Tidak, kalau kau berniat mengajakku bekerja sama karena kutukan sialan ini, aku tidak tertarik sama sekali."
Ucap Junghwan sebelum sosok di depannya bicara terlebih dahulu, karena sumpah demi apapun Junghwan sudah muak berurusan dengan makhluk aneh, ia hanya ingin menjalani hidup seperti manusia pada umumnya meski pun ia sendiri juga bukan manusia biasa.
"Kenapa?" Junghwan mengacak rambut frustasi, ia yakin immortal yang ada di depannya ini sudah membaca isi hatinya tapi justru memilih untuk bertanya padahal jelas ia tahu apa jawabannya.
"Karena mencintai makhluk sepertimu adalah tugas paling sulit yang bahkan tidak satu pun dewa mampu untuk melakukannya." Jawab Junghwan pada akhirnya, sedikit menyesal karena kalau dipikir kalimat Junghwan cukup menyakitkan untuk dilontarkan kepada makhluk yang belum satu jam ia temui.
"Benarkah? Atau kau justru takut mencintaiku terlalu dalam dan berharap agar aku tidak mati karena kutukanmu sendiri?"
Jantung Junghwan mulai berdegup cepat, perasaan ini lagi-lagi kembali, Junghwan tidak sebenci itu dengan bagaimana Tuhan membunuh makhluk yang ia cintai, tapi Junghwan benar-benar tidak tahan dengan perasaan yang sangat sulit ia kuasai.
"Kim Doyoung." Ucap makhluk di depannya sambil mengulurkan tangan, senyuman manis ikut terukir di wajah kecilnya.
Di bawah cahaya rembulan, kulit Doyoung terlihat bersinar. Dua kancing teratas kemejanya dibiarkan terbuka, membuat kulit putih bersihnya terpampang jelas. Tanpa sadar Junghwan meneguk ludah, ratusan tahun ia tinggal di dunia tapi ini kali pertama baginya melihat sosok yang begitu menawan, entah apa yang Tuhan pikirkan saat menciptakan makhluk di hadapannya.
Doyoung jelas dibentuk bukan sebagai makhluk penggoda, immortal lain yang Doyoung kenal pun tidak ada yang senakal dirinya, Doyoung hanya mencoba menghibur diri di tengah keheningan yang ia jalani. Ayolah menggoda satu dua makhluk hidup lain yang ada di dunia tidak akan merugikan siapa pun, kan?
KAMU SEDANG MEMBACA
Fate [Hwanbby]✔
Fanfiction"Is fate getting what you deserve, or deserving what you get?" wherein Junghwan, a cursed God who killed everyone that got his love, meet Doyoung, an immortal who desperately wanted to die.