"Selamat pagi." Ucap Doyoung sambil melangkah ke arah Junghwan yang terlihat sibuk di dapur, Junghwan menoleh dan melempar senyum terbaik yang ia punya.
"Sudah merasa lebih baik?" Pertanyaan Junghwan dibalas dengan anggukan pelan yang lebih kecil, Doyoung berdiri di belakang Junghwan dan langsung melingkarkan kedua tangannya di perut Junghwan.
"Aku merindukanmu." Ucapan Doyoung membuat Junghwan terkekeh, Dewa itu mengecilkan api kompor sebelum berbalik kemudian membalas pelukan Doyoung.
Junghwan mengistirahatkan dagunya di atas kepala Doyoung, sedangkan Doyoung membenamkan wajahnya di dada bidang milik Junghwan, sedikit berharap untuk mendengar detak jantung di dalam sana. Namun yang Doyoung dengar adalah isi hati Junghwan yang padahal sudah sekuat tenaga Junghwan sembunyikan.
Aku juga merindukanmu.
Doyoung tersenyum dan mengeratkan pelukannya, berdoa dalam hati supaya ia mampu menghentikan waktu agar kebahagiaan yang ia rasakan saat ini akan bertahan lama.
"Sebentar, masakan ku akan gosong kalau kita terus berpelukan seperti ini." Doyoung berdecak kesal karena ia enggan melepas pelukan Junghwan. "Kim Doyoung, setelah ini kau puas memelukku seharian." Bujuk Junghwan, dan untungnya berhasil karena Doyoung langsung melepas pegangannya di pinggang yang lebih tinggi.
"Tunggu di meja makan, aku akan masak dengan cepat agar kau tidak menunggu lama." Ucap Junghwan sambil mengusap kepala Doyoung.
Jemari Doyoung bergerak tidak beraturan di atas meja, menimbulkan bunyi berisik yang mengganggu telinga siapapun yang mendengarnya. Tapi tidak bagi Junghwan, Dewa itu paham betul kalau Doyoung hanya berharap agar Junghwan menyelesaikan urusannya dengan cepat.
Junghwan meletakkan beberapa piring berisi makanan yang ia masak sendiri di atas meja, juga peralatan makan lain tepat ke hadapannya juga Doyoung. "Aku sudah memasak sebagian besar bahan makanan yang kita beli kemarin, kau hanya harus memanaskannya. di microwave." Ucap Junghwan di sela kegiatan.
"Kenapa harus aku?"
"Siapa tahu kau ingin makan saat aku tidak ada?"
"Tidak ada? Kau berniat pergi dari sini?"
Junghwan tidak menjawab, ia duduk di hadapan Doyoung setelah selesai menata meja makan. "Makanlah." Ucap Junghwan.
"Mengapa kau tidak menjawab pertanyaanku?"
"Bicara saat makan itu tidak sopan, Doyoung."
"Kalau begitu aku tidak akan makan sebelum kau memberiku jawaban."
Keduanya diam, Junghwan sibuk menghabiskan makanan yang ada di piringnya, sedangkan Doyoung hanya memandang Dewa itu tanpa bersuara. Dengan kedua tangan yang dilipat di depan dada, Doyoung bersandar di kursinya sambil terus menatap Junghwan, berusaha menguping isi hati sang Dewa meskipun berakhir gagal karena telinganya tidak menangkap suara.
"Tidak ingin makan?" Tanya Junghwan dan tidak mendapat tanggapan dari Doyoung, immortal itu bahkan tidak berkedip sama sekali. "Berhenti bertingkah seperti anak kecil, Doyoung." Lanjut Junghwan lagi.
"Apa yang sedang kau rencanakan?" Kali ini giliran Doyoung yang bertanya.
"Apa maksudmu?"
"Kau berencana akan meninggalkanku, kan?"
Doyoung tertawa ketika melihat ekspresi Junghwan yang sedikit panik di depannya. "Buang semua barang yang kau beli kemarin sebelum pergi dari sini." Ucap Doyoung sebelum bangkit dari duduknya, ia berjalan masuk ke dalam kamar, menutup pintu dengan keras meninggalkan Junghwan yang masih duduk di kursi meja makan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fate [Hwanbby]✔
Fanfic"Is fate getting what you deserve, or deserving what you get?" wherein Junghwan, a cursed God who killed everyone that got his love, meet Doyoung, an immortal who desperately wanted to die.