"Kau benar sudah baik-baik saja?"
"Kenapa? Apa kau akan merawatku lebih lama jika aku bilang bahwa aku masih sakit?"
Junghwan tertawa canggung, ia masih belum paham apa yang dimaksud Doyoung adalah candaan atau justru sebaliknya.
"Aku sudah baik-baik saja, terima kasih sudah membantuku, Junghwan." Balas Doyoung pada akhirnya.
"Aku akan mengunjungimu lain kali, jangan sungkan untuk menyapa jika kita berpapasan nanti!"
Doyoung membalas ucapan Junghwan dengan anggukan pelan, keduanya pun berpisah di tangga yang akan membawa Doyoung ke lantai tiga. Tadinya Junghwan bersikeras untuk mengantarnya tepat ke depan unit, tapi kita semua tahu bahwa Doyoung tidak tinggal di sana.
Setelah memastikan Junghwan sudah pergi, Doyoung menjentikkan jari dan dengan cepat dirinya sudah berada di kediamannya sendiri. Tubuhnya lelah, beristirahat semalaman di tempat Junghwan tidak membantu banyak, dan seharian berada di samping laki-laki itu membuat keadaannya justru makin parah.
Netranya menatap langit-langit kamar, sampai saat ini Doyoung masih yakin bahwa itu adalah Junghwan. Di dunia memang diciptakan tujuh makhluk serupa, tapi dengan paras seindah itu, Dewa mana yang ingin wajahnya dibuat mirip dengan manusia?
Sebenarnya Doyoung masih ingin mencari tahu tentang Junghwan dan kehidupan barunya lebih dalam, tapi karena keputusan bodoh yang ia buat untuk membantu manusia tadi malam membuat tenaganya terkuras habis. Ingatkan dirinya agar tidak membantu siapapun lagi nanti.
Karena kini yang butuh bantuan justru dirinya sendiri.
Alangkah baiknya jika Junghwan ada di sini bersamanya. Doyoung sedikit bersyukur karena mereka sudah bertukar nomor telepon, tidak butuh usaha lebih bagi Doyoung untuk menghubungi laki-laki itu jika nanti ia merindukannya. Tapi tidak hari ini, tidak hari selanjutnya, Doyoung terlalu sibuk menyembuhkan diri.
Butuh dua hari bagi Doyoung untuk membuat tubuhnya pulih, dalam kurun waktu itu ia terus menangis dalam tidur, berusaha menghalau semua kesakitan yang tidak berhenti menyiksanya.
Ia sedikit menyesal karena tidak memiliki manusia di hidupnya, Doyoung terlalu lelah karena terus ditinggalkan, keinginannya untuk meninggalkan dunia pun harus diwarnai oleh kehilangan lain yang sakitnya masih belum sembuh hingga saat ini.
Hari ketiga dan Doyoung dikagetkan dengan ponsel yang berdering tanpa henti, biasanya ponsel itu ia pakai untuk sekedar bermain game atau mengambil gambar yang menurutnya indah. Dan dirinya tersenyum saat melihat nama Junghwan di layar.
"Kim Doyoung?"
"Ya?"
"Kau baik-baik saja? Aku tidak melihatmu di sekitar gedung beberapa hari ini."
Doyoung tertawa pelan, Junghwan yang kali ini ia temui ternyata cukup bodoh.
"Kenapa? Kau merindukanku?"
"Tidak! Aku hanya... khawatir? Kau tidak terlihat baik-baik saja di kali terakhir kita bertemu."
"Kau ingin aku ke tempatmu?"
"Bagaimana jika aku yang ke sana, aku membuat beberapa makanan dan tidak sanggup menghabiskannya sendirian."
"Junghwan."
"Ya?"
"Aku tidak sedang berada di unit hari ini."
"Oh begitu? Tidak apa, aku tidak memaksamu untuk pulang."
"Bagaimana jika kau yang ke tempatku? Aku sedikit kesulitan di sini dan aku benar-benar tidak punya teman."
Panggilan berakhir setelah Junghwan setuju untuk mengunjungi Doyoung nanti, ia butuh waktu untuk bersiap karena terlalu sibuk di dapur begitu sampai rumah, dan untungnya Doyoung memaklumi.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fate [Hwanbby]✔
Fiksi Penggemar"Is fate getting what you deserve, or deserving what you get?" wherein Junghwan, a cursed God who killed everyone that got his love, meet Doyoung, an immortal who desperately wanted to die.