Netra Doyoung terus memerhatikan Junghwan yang sibuk berjalan kesana kemari, dengan mulut yang tidak berhenti mengunyah permen karet yang Doyoung sendiri tidak tahu sudah bungkus keberapa yang ia konsumsi sejak pagi.
Sebelum membiasakan diri mengunyah makanan yang tidak akan ada habisnya ini, Doyoung pernah kecanduan merokok bahkan hingga dua bungkus per hari, ia merasa kosong jika tidak memiliki apapun di dalam mulutnya.
"Sudah berapa lama kau tinggal di sini?" Doyoung terlihat berpikir sejenak sebelum menjawab pertanyaan Junghwan.
"Seribu tahun lebih, entahlah aku tidak menghitungnya." Jawabnya dan diikuti oleh anggukan kepala yang lebih tinggi.
"Pernah merasa bosan?"
Tangan Doyoung yang semula ada di bawah meja mulai bergerak naik, tanpa sadar ia menggigiti kuku jarinya sendiri. "Awalnya cukup senang karena banyak hal seru yang dapat aku lakukan di sini, tapi makin lama aku makin muak." Jawabnya lagi.
Junghwan mendekat ke tempat Doyoung duduk menyodorkan permen yang ia ambil dari lemari makanan, juga tong sampah kecil tepat ke hadapannya. "Buang permen yang ada di mulutmu, rahangmu bisa lepas jika kau terus mengunyah permen karet selama ribuan tahun."
Doyoung tertawa namun tetap menuruti perintah Junghwan, ia membuka bungkus permen mint yang barusan Junghwan berikan. "Terima kasih." Ucapnya sebelum memasukkan permen itu ke dalam mulutnya.
"Kau kesepian."
"Aku tahu."
"Dan kau butuh teman."
Teman. Andai Junghwan tahu sudah berapa banyak teman yang Doyoung punya sebelumnya.
"Tidak, aku hanya ingin pergi dari sini."
Dapur Junghwan yang hanya disinari oleh cahaya seadanya membuat sosok Doyoung cukup samar di mata Junghwan, tapi dari tempat duduknya, Junghwan dapat melihat mata bulat lawan bicaranya yang menyiratkan kesedihan yang dirinya sendiri sulit untuk mengartikan.
Tapi sedikit banyak Junghwan paham dengan apa yang laki-laki itu rasakan, ini bahkan belum genap dua ratus tahun sejak dirinya dilempar ke dunia. Bagaimana dengan Doyoung yang sudah lebih dari satu abad di sini?
"Maaf, tapi aku benar-benar tidak bisa membantumu."
Ucapan Junghwan berhasil membuat decakan kesal keluar dari mulut Doyoung, yang lebih pendek akhirnya menggebrak meja dengan sebelah tangan, membuat sosoknya menghilang begitu saja dari pandangan Junghwan.
***
"Dewa tapi tidak memiliki kekuatan sama sekali, dua ratus tahun hidup di dunia, tidak dapat menua, bukan immortal karena ia bisa mati..."
Tangan Doyoung sibuk mencoret kertas yang ada di depannya, buku itu berisi beberapa informasi soal Junghwan yang ia dapat dari informan terpercaya.
Hantu yang berada di sekitar rumah Junghwan.
Doyoung tersenyum saat menyadari bahwa Junghwan memang sosok terkenal selain karena dirinya dewa, juga karena ketampanannya yang di luar nalar manusia.
Seharusnya Tuhan menciptakan sedikit goresan di wajah laki-laki itu agar tidak banyak orang yang jatuh cinta padanya.
"Aku harus tahu kelemahannya." Ucap Doyoung pada diri sendiri, setelah merapikan kertas di atas meja ia kemudian melangkah menuju kasur besar yang ada di tengah ruangan.
Walaupun tidak butuh tidur, tapi Doyoung perlu beristirahat jika sedang lelah, meski ia tidak akan sakit jika terlalu banyak beraktivitas, tapi Doyoung merasa perlu melakukan hal yang biasa manusia lain perbuat.
KAMU SEDANG MEMBACA
Fate [Hwanbby]✔
Fanfiction"Is fate getting what you deserve, or deserving what you get?" wherein Junghwan, a cursed God who killed everyone that got his love, meet Doyoung, an immortal who desperately wanted to die.