Jemari Junghwan tidak berhenti mengusap wajah Doyoung yang tengah tertidur di sampingnya, laki-laki manis itu akhirnya terlelap saat matahari mulai terbit, setelah semalaman menahan sakit yang ia rasakan di dalam tubuhnya.
Netra bulat Doyoung yang tertutup perlahan mulai bergerak, Junghwan melempar senyum terbaik yang ia punya tepat setelah Doyoung membuka mata.
"Selamat pagi." Ucap Doyoung dengan suara serak.
Junghwan tertawa, masih dengan ibu jari yang tidak berhenti membelai lembut pipi Doyoung. "Ini hampir jam tiga sore." Jawabnya. "Sudah merasa baikan? Mau makan sesuatu?" Tanya Junghwan.
Doyoung menggeleng dan kembali merapatkan tubuhnya dengan Junghwan. "Tubuhku masih lemas karena tersiksa semalaman."
Senyuman manis terukir indah di wajah Junghwan saat Doyoung membenamkan wajah di dadanya, dikecupnya puncak kepala Doyoung berulang kali dengan sebelah tangan yang melingkar di punggung yang lebih kecil.
"Kau tidak ingin berkencan di luar?" Pertanyaan tiba-tiba yang keluar dari mulut Junghwan membuat Doyoung melepaskan pelukannya, ia menatap wajah mantan Dewa dengan tatapan heran.
"Maksudmu?"
"Aku ingin menghirup udara segar."
"Kau hanya berpura-pura bernapas selama ini."
"Ayolah, ku dengar nanti malam akan ada pesta kembang api di pinggir sungai, aku juga ingin mengisi kulkasmu yang kosong dengan beberapa bahan makanan."
Doyoung berdecak kesal sebelum berbalik untuk memunggungi Junghwan. "Jangan minta aku untuk bertingkah seperti manusia."
"Kim Doyoung..." Junghwan berbisik pelan sambil memeluk tubuh Doyoung dari belakang. "Aku akan memenuhi kulkasmu dengan es krim yang kau sukai."
"Tidak."
"Kau juga dapat memilih permen sebanyak yang kau inginkan."
"Tidak."
"Ditambah dengan permen karet, jika kau mau."
"Baiklah, tapi jangan minta aku untuk mandi."
"Tidak mau aku mandikan?"
"Berhenti bicara omong kosong."
Junghwan tertawa, ia akhirnya beranjak dari kasur lalu mulai berjalan ke arah lemari. "Kau tidak memiliki pakaian hangat?" Tanya Junghwan dan dibalas oleh gelengan kepala Doyoung yang masih berbaring di atas ranjang.
"Aku tidak pernah merasa dingin, lagipula aku tidak butuh itu karena kau yang akan memelukku jika aku kedinginan."
Setelah perdebatan panjang akhirnya Doyoung terpaksa menuruti perintah Junghwan untuk mengenakan coat kebesaran miliknya.
"Aku akan berteleportasi, kita bertemu di sana." Ucap Doyoung tepat di depan pintu rumah, dan lagi-lagi ucapannya ditolak oleh Junghwan.
"Naik mobilku sekarang." Perintah Junghwan yang sudah terlebih dahulu masuk ke dalam mobil.
"Tidak menghemat waktu, aku benci jika harus berhadapan dengan kemacetan di depan jalan besar." Omel Doyoung, kalau bukan karena Junghwan yang memintanya, ia benar-benar hanya ingin berbaring hingga dua minggu ke depan, bukan justru terlibat pertengkaran dengan Dewa yang terobsesi menjadi manusia seperti Junghwan.
"Bagaimana jika di tengah jalan nanti ada makhluk jahat yang menyerangku?"
"Kau pikir aku peduli? Lagipula aku tidak lagi ingin mendapat hukuman karena membantumu terbebas dari para iblis bau itu."
"Masuk dan akan ku turuti semua keinginanmu."
"Semuanya?"
"Semuanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
Fate [Hwanbby]✔
Фанфик"Is fate getting what you deserve, or deserving what you get?" wherein Junghwan, a cursed God who killed everyone that got his love, meet Doyoung, an immortal who desperately wanted to die.