Doyoung bersandar di kepala kasur sambil terus memandangi Junghwan yang sedang bersiap di depan cermin, dewa itu berkata bahwa berangkat tiap jam tujuh pagi adalah kebiasaan yang harus ia lakukan hampir setiap hari, membuat Doyoung jengah karena lagi-lagi harus ditinggal sendirian pagi ini.
"Bukankah seharusnya kau membantuku?" Tanya Junghwan sambil berjalan ke arah Doyoung dengan dasi di leher yang belum terpasang.
"Tidak, jangan gunakan kekuatanmu." Lanjutnya lagi ketika melihat Doyoung yang ingin menjentikkan jari.
"Kau pikir aku bisa memasang benda itu dengan tanganku sendiri?"
Junghwan tertawa tapi langkahnya belum berhenti, ia duduk di sisi kosong ranjang di samping Doyoung. "Akan ku ajarkan."
"Mengapa tidak kau saja yang memasangnya?"
"Ayolah Kim Doyoung, bersikap romantis tidak akan membuatmu kesakitan."
Doyoung berdecih tapi laki-laki itu menurut dan merangkak ke arah Junghwan, duduk tepat di hadapan dan mulai memasang dasi yang menggantung di lehernya.
"Kau bisa melakukannya?" Tanya Junghwan, Doyoung mengangguk lalu tersenyum puas saat melihat dasi yang kini melingkar sempurna di leher Junghwan.
Yang lebih tinggi mencium pipi Doyoung berulang kali. "Pintar, siapa yang mengajarimu?" Tanya nya sambil memandang Doyoung yang wajahnya mulai memerah.
"Entah lah, sepertinya memang sudah terpasang di otak ku." Jawab Doyoung.
Keduanya berpandangan dan saling melempar senyum terbaik yang mereka punya, Junghwan yang gemas lagi-lagi mulai menghujani wajah Doyoung dengan ciuman di sana sini.
"Tidak bisa kah kau tinggal lebih lama?" Tanya Doyoung yang kini memeluk pinggang Junghwan dengan erat.
"Sepertinya tidak bisa." Jawaban Junghwan berhasil membuat bibir Doyoung merengut maju.
"Kenapa?"
"Karena banyak pekerjaan yang harus aku urus."
"Aku juga termasuk pekerjaan yang harus kau urus." Ucapan Doyoung membuat Junghwan tertawa pelan, lelaki itu membalas pelukan erat immortal yang terlihat enggan melepaskan pegangan di pinggangnya.
"Kim Doyoung."
"Ya?"
"Aku mencintaimu, aku sangat mencintaimu."
Kalimat Junghwan membuat perut Doyoung terasa geli, seolah ada ribuan kupu-kupu yang sedang berterbangan di dalamnya.
"Bisa kau jelaskan seberapa besar rasa cintamu?"
Pertanyaan konyol yang keluar dari mulut Doyoung mendapat kekehan pelan dari yang lebih tinggi. "Sangat besar sampai rasanya aku rela menghancurkan dunia hanya untukmu."
"Berlebihan sekali."
Junghwan tertawa lalu menciumi atas kepala Doyoung berulang kali. "Mau ikut ke kantor?" Tanya nya kemudian.
"Lalu bertemu dengan teman manusiamu yang terus mengumpat perihal pekerjaan mereka? Tidak, terima kasih."
Doyoung mengeratkan pelukan dan membenamkan wajahnya di dada Junghwan.
"Junghwan..." Ucap Doyoung pelan.
"Mhm?" Jawab Junghwan, sebelah tangannya bergerak untuk mengusap rambut Doyoung dengan lembut.
"Kau tahu ini hanya mimpi?" Tanya Doyoung.
"Tentu saja, itu karena kau yang tidak berhenti memikirkanku." Jawaban dari Junghwan diiringi dengan usapan yang terasa makin samar di punggung Doyoung.
![](https://img.wattpad.com/cover/327438924-288-k581926.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Fate [Hwanbby]✔
Fanfiction"Is fate getting what you deserve, or deserving what you get?" wherein Junghwan, a cursed God who killed everyone that got his love, meet Doyoung, an immortal who desperately wanted to die.