bab 6

1.4K 63 1
                                    

"Riri~ ayo kita bermain~ aku bosen menunggumu jika kau terus saja duduk di depan komputer" rengek Isaac..

"Tunggu sebentar lagi yah, sedikit lagi selesai kok"

"Haaaaaa~ dari tadi kau juga berkata bahwa 'dikit lagi selesai dikit lagi selesai' tapi sampai sekarang kau juga belum selesai aku bosen" Khairi yang sudah mulai kesal pun langsung mengambil ponsel nya dan memberikan nya pada Isaac..

"Sudah! Ambil ini dan bermain"

Isaac diam sejenak lalu tanpa banyak tanya ia langsung membawa ponsel Khairi menuju kasur yang ada di ruang kerja milik Khairi.

Ruang kerja milik khairi lumayan besar, dengan di lengkapi berbagai interpersonal seperti lemari, kasur, dll, di ruang kerja Khairi juga tersedia toilet jadi mereka tidak perlu boleh balik hanya untuk toilet.

Alasan Khairi mendesain ruang kerjanya seperti itu karena, jika ia memiliki kerja yang cukup menumpuk lalu ia mengerjakannya hingga larut malam, jika ia malas ke kamar maka ia bisa saja langsung tidur di sana bahkan jika pagi tiba ia juga tidak perlu kembali ke kamarnya untuk mengantisipasi baju atau apa pun itu karena di ruang kerja ini sudah tersedia semua, dan ruangan ini bisa di anggap kamar kedua bagi Khairi.

2 jam berlalu kedua nya sibuk dengan pekerjaan nya masing masing, yang satunya sibuk duduk di komputer dengan jari jari yang lincah menekan huruf dan yang satu laginya sibuk dengan tontonan nya, ruangan itu hanya di penuhi oleh suara dari film yang di tonton oleh Isaac, kira tidak masalah akan hal itu toh... dia juga tidak terganggu, dan yang penting Isaac tidak rewel lagi.

1 jam pun berlalu dan akhirnya pekerjaan Khairi selesai, sebelum itu ia merenggangkan badannya terlebih dahulu setelah itu bangun dan pergi menuju Isaac yang sedang sibuk dengan tontonannya.

"Hm? Apa yang sedang kau tonton sayang?" Ucap Khairi yang gimana tiba saja sudah berada di belakang Isaac, karena tindakan dari Khairi barusan itu membuat Isaac kaget.

"Uwa..! Ban tayo copot... ih Riri bikin kaget"

"Hehe maaf, lagi nonton apa? Serius banget nonton nya"

"Aku lagi nonton tayo!"

"Tayo?"

"Iya, tayo Riri nggak tau Tayo?"

"Enggak tuh, baru dengar sekarang "
Isaac kaget bukan main, bagaimana mungkin khairi tidak tau Tayo? Selama ini Khairi hidup di mana?

Batin Isaac kaget.

"Itu loh Riri yang kartun bus itu loh yang bus warna biru nah nama dia tayo"

"Oooo"

"Riri tau?"

"Enggak"

................

"Udah makan dulu, jangan hp terus"

" iya bentar tapi ini lagi seru! Tayonya lagi baku hantam ama penyihir jelek"

"Iya, tapi kamu makan dulu, kartunya bisa kamu puse dulu, liat tuh nasibnya nganggur, entar ayamnya Riri ambil loh,mau"  dengan cepat Isaac langsung menutup ponselnya dan langsung melindungi piring nya agar Riri tidak mengambil Ayam kesayangan nya.

"Nggak boleh, ini punya ku"

"Iya deh iya, cepet makannya"

Selesai makan

"Sebentar lagi Alex dan Felix akan datang, kita akan menunggu mereka di ruang tamu saja bagaimana?"

Isaac hanya mengangguk dan mengikuti Riri dari belakang.

Khairi ia menyalakan TV agar suasana di rumah nya tidak terlalu sepi, tapi entah seperti kebiasaan atau apa tv nyala tapi keduanya sibuk dengan ponsel masing masing, khairi memakai ponsel nya yang satunya lagi sambil memesan sesuatu. Dan Isaac ia hanya melanjutkan vilm nya sambil rekaman dengan paha Khairi yang menjadi bantalannya, sesekali Khairi mengeluh lembut surat lembut milik Isaac. Dan tak lama setelah nya

Ting tong

Salah satu pelayanan langsung membuka pintu utama dan menampilkan dua orang pria dengan anak kecil?

Yah anak kecil itu adalah anak angkat dari Felix dan Alex beberapa bulan yang lalu, anak itu bernama Aiden
Felixa, Felixa adalah gabungan dari nama Felix dan Alex.

"Uwa!! Bunda!! Aiden  kangen!!" Teriak Aiden dan langsung memeluk Khairi, khairi ia hanya tersenyum sambil membalas pelukan dari Aiden, saat ini anak itu sudah berumur 7 tahun.

" wah, Aiden sudah lama kita tidak jumpa, bagaimana kabar mu? Kedua orang tuamu" tanya Khairi dengan meningikan sedikit nadanya pada kata 'dan orang tua mu' dengan tersenyum geli Aiden menjawab.

"Seperti biasa bun"

Mendengar jawaban Aiden Khairi tertawa dan diikuti oleh Aiden, lalu Isaac dia sedari tadi memperhatikan interaksi mereka berdua dan jujur saja ia sangat cemburu.

Dan karena rasa cemburuan Isaac mendorong Aiden agar menjauh dari Khairi, Aiden mundur beberapa langkah dan Isaac? Dia langsung masuk ke pangkuan Khairi sambil memeluknya dengan erat.

"Apa yang kau lakukan, siapa kau? Kenapa kau merebut bundaku!" Ucap Aiden kesal.

"Harusnya aku yang bertanya siapa kau? Kenapa kau tiba tiba saja datang dan langsung memeluk Riri?" Jawab Isaac yang tak kalah kesal

"Aku? Aku adalah keponakan nya, lalu kau? Kau siapa dan apa maksudmu dengan memeluknya seperti itu!?"

" Aku? Aku kekasihnya mau apa kau?!"

Jder!!!

Bagai tersambar petir, dan seketika Aiden diam seribu bahasa.

"B...bagaimana mungkin? Bunda itu milikku, dia sudah berjanji akan menjadikan ku suaminya apa maksudmu yang tiba tiba datang berkata bahwa kau adalah kekasih bunda? Bunda itu milikku dan akan terus seperti itu dan bukan milikmu!!!!"

Dan kini Isaac yang terdiam lalu menatap Khairi dengan tajam, dengan mata yang berkaca kaca.

"A...apa itu benar?"

Khairi terdiam dengan senyuman kikuk miliknya menatap ke arah dua pria yang melihatnya sambil tertawa dengan puas.

"Kau bilang kau hanya akan menjadi milikku...hiks" tangisan  isaac pecah membuat Khairi semakin panik.

"B...bukan begitu sayang, itu hanya candaan  aku tidak tau kalau ia menganggap serius hal itu" jelas Khairi sembari memeluk Isaac erat. Lalu pandangannya pergi mengarah Aiden, dan betapa paniknya ia saat melibat Aiden yang juga terlibat aka menangis.

"Bunda jahat hiks...hiks padahal aku..."

"Aiden kan masih kecil, dan masih butuh  waktu untuk tumbuh jika bunda menunggu Aiden terlalu lama takutnya bunda menjadi tua dan tidak akan mendapat pasangan, dan mati tanpa merasakan 'ini'"

Secara diam diam tangan kiri Khairi dengan sengaja memainkan nipple milik Isaac, dan karena hal itu Khairi mendapat kan satu pukulan kecil dari Isaac yang masih saja menenggelamkan wajahnya di dada Khairi. Dan khairi ia hanya tertawa girang.

"'Ini', apa maksudnya?"

"Makdusnya itu se..." belum selesai Felix menjawab tapi ia sudah mendapatkan geplakan  dari Alex

"Jangan mengajarkan hal yang tidak tidak!" Sinis Alex dan Felix hanya nyengir seperti kuda🤣

"Tidak ada sayang, kau akan tau apa yang di maksud bunda mu jika kau sudah besar nanti, untuk sekarang kau masih terlalu kecil untuk mengetahuinya jadi kemarilah dan jangan ganggu bunda mu dengan kekasih kecilnya" Aiden hanya bisa terdiam dan memgangguk karean jika
Alex sudah angkat berbicara maka itu sudah waktunya untuk menghentikan perdebatan mereka.

Dan Isaac ia tersenyum puas karena ia yang menang, memang lah ya kalo air mata sudah beraksi pasti ia bakalan menang telak.

"Kau puas sayang"

Isaac mendonggakkan kepalanya menatap Khairi yang tengah tersenyum padanya

"Sangat puas"




My cute boy [GxB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang