-TYPO BERTEBARAN-
❁❁❁❁❁❁
Sunyi, canggung, tidak nyaman.
Vano dan Anza terjebak dalam suasana yang menjengkelkan. Setelah pembicaraan berat di ruang keluarga tadi, gema menyuruh mereka untuk bicara berdua. Berakhir lah mereka duduk di tepi kolam renang yang ada di smping rumah kakek.
"Dek/Mas"
Krik..
"Duluan saja/Mas duluan"
Krik..
"Itu/Tad-"
Krik..
Kekehan canggung terdengar. "Soal yang tadi, adek gimana?" Tanya Vano tanpa menatap Anza.
"Ya gak tau mas. Pernikahan bukan mainan, aku yakin kalau kita setuju keluarga maunya langsung serius, gak ada pacar-pacaran. Aku, bingung mas, mereka terlihat sangat berharap tadi" Vano mengangguk paham, dia ingin Anza mengeluarkan semua pemikiran dan pendapat yang dipendam selama di dalam tadi.
"Aku langsung hilang arah rasanya. Mau nolak tapi apa alasannya?, aku gak punya hubungan asmara sama siapapun. Mau nerima juga bingung. Mas sendiri?" Anza natap Vano.
"Jujur, mas juga gak tau harus gimana untuk saat ini, semuanya terlalu tiba-tiba. Tapi yang pasti, mas sedang mempersiapkan diri untuk segala kemungkinan. Yang dikatakan gepa tidak salah, mas memang sudah pantas untuk menikah. Sebenarnya ya, mas sendiri sudah siap lahir batin untuk menikah, tapi calonnya belum datang" Vano terkekeh.
Anza tersenyum kalem, sepupunya ini memang sudah pantas untuk menikah. Perkerjaan sudah tetap, rumah pribadi pun sudah punya.
Helaan nafas berat terdengar dari Vano dan Anza. "Jadi bagaimana mas?"
"Kamu nanya begitu apa kamu bakalan ngikutin keputusan yang mas ambil?"
"Coba kasih tau aku, apa keputusan yang sudah mas ambil?"
"Keputusan mas adalah, menyetujui permintaan keluarga" Final Vano yang langsung membuat Anza menoleh.
"Tapi mas juga harus dengar keputusan adek" Anza diam, banyak sekali yang ingin dia katakan saat ini, kepalanya terasa penuh tiba-tiba.
"Aku.. Bakalan ngikutin keputusan yang mas Vano ambil, menyetujui permintaan keluarga" Sekarang giliran Vano yang terkejut bukan main, dia tidak menyangka bahwa Anza akan mengikuti keputusannya.
"Tapi, kita harus memulai dari mana mas? Sedangkan, tidak ada cinta diantara kita" Lirih Anza.
"Za, tatap mas. Kamu pernah dengar gak lagu yang punya lirik gini 'lebih baik bangun cinta, dari pada jatuh cinta'?, menikahi orang yang kita cintai itu impian, tapi mencintai orang yang kita kita nikahi itu kewajiban. Kalo memang kamu sudah yakin, ayo jalani pelan-pelan bersama, membuka hati satu sama lain, kita bisa bangun cinta pelan-pelan namun pasti, tegaskan apa yang ingin kita raih. Mas bakalan berusaha jadi pemimpin yang baik buat kamu, dan tolong ikuti mas dengan ikhlas ya Za" Vano menatap Anza dengan lembut.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Cousin || Bluesy
Fanfiction"Jadi kita menerimanya?, tanpa paksaan dan atas kemauan bersama?" "Iya, tanpa paksaan dan atas kemauan bersama. Kita menerimanya" Perjodohan tidak selamanya berakhir dengan buruk. Percayalah.