Chapter 20

1.1K 140 38
                                    


[Jangan lupa vote ya 😊😊]


Warning : slight nsfw


<<Truth>>


Ruangan yang tidak terlalu besar itu hampir gelap gulita. Segaris cahaya bulan menembus melalui celah kecil. Tiga pria setengah sadar telah babak belur dan diikat pada kursi kayu usang. Dengan lantai beraspal yang dilapisi debu tebal, mengotori sepatu mahal mereka yang bercampur dengan darah. Memprihatan sekali sandra-sandra Bonten alias komplotan Musing itu.

Tiba-tiba terdengar suara gemericik kunci pada pintu besi di depan mereka. Salah satu pria itu melirik. Meskipun wajahnya telah lesu, seringaiannya mendadak melebar. Yang terpikirkan di otaknya pertama kali ialah rekannya yang berniat menyelamatkannya.

Setelah pintu besi itu dibuka, ditarik dari bawah ke atas, baru mereka semua bisa melihat jika mereka di tempatkan di pelabuhan. Pemandangan laut lengkap dengan kargo-kargo berjejer di samping kanan dan kirinya memenuhi mata. Desiran ombak dan angin yang bercampur menyibukkan pendengaran. Sebelum akhirnya mereka mendapati satu pria dengan pakaiannya yang serba hitam lengkap dengan masker hitam yang menutupi sebagian wajah. Senyum mereka pun mengembang lebar.

"Yuran aniki!" seru salah satu pria kesenangan.

"Yuran aniki akan menyelamatkan kita, bukan??" tanya yang lain sudah tak sabar.

"Benar," sahut yang lainnya tak bisa menahan kegembiraan. "Lakukan pesta sepuasnya Bonten! Mereka tak mewaspadai kita akan menghancurkan mereka setelah ini. Dan juga jalang gila itu! Aku tidak sabar untuk menghancurkannya!"

Terkekeh. Tawa rendah Yuran terdengar begitu mencekam. Malam sunyi seakan tak pernah usai.

"Menyelamatkan kalian? Tidak mungkin~"

Lalu entah kenapa ketiganya dibuat merinding. Begitu masker hitam yang menutupi setengah wajah Yuran terbuka, langsung dihadapkan oleh raut menggelap penuh intimidasi miliknya.

"Beraninya orang rendahan seperti kalian mengganggu nee-san ku?"

"E-eh?" salah satu pria itu bingung dan berkata dengan nada gugup dicampur ketakutan. "A-apa maksudnya? A-ani—"

Tak sempat menyelesaikan ucapan. Kunai menancap di dahi ketiga pria begitu kilat. Tubuh manusia itu kini telah menjadi mayat dengan darah yang merembes membasahi lantai.

"Aku selesai menggunakan kalian. Bye~ Bye~"

Akhirnya Yuran segera meninggalkan lokasi itu. Dengan lihai melompat ke atap yang rendah. Sebelum menghilang di balik kegelapan ia tersenyum saat mengingat kenangan kecil.

"Nee-san benar-benar melupakanku ya?" gumamnya, menaikkan masker dan menutupi kembali wajahnya yang makin membuatnya misterius. "Mungkin sudah saatnya untuk mengingatkannya."

"Ini akan menjadi semakin menarik."


****


Sanzu hampir mau mendekatkan wajahnya ke bagian intim (Name) yang masih tertutup gaun itu, tetapi tangan wanita itu tiba-tiba menahannya. Menjambak puncak rambut Sanzu dan membuat pria itu mendangak ke atas, memperlihatkan wajahnya yang memberengut kesal.

"Apa?"

"Tunggu dulu," (Name) melangkah mundur, lalu mengeluarkan ponsel dari saku gaun yang dikenakannya dan menunjukan itu ke Sanzu. "Ada telpon masuk."

Guilty Pleasure X Sanzu HaruchiyoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang