05. Lamaran
Tidak perlu ditanyakan bagaimana kondisi Jaemin sekarang.
Baru kemarin Jisung menginginkan seorang Daddy baru, hari ini dia ingin bertemu dengan Jeno. Sedikit memaksa Jaemin agar dia bisa bertemu Daddy kandungnya itu.
Sudah Jaemin bilang, Jisung mengatakan ingin Daddy baru karena dia sedang marah.
Nyatanya saat Jisung bertemu Jeno di kantornya, anak itu malah terlihat senang sekali. Marahnya pada Jeno sudah hilang.
"Jisung, Papa pulang duluan, ya. Nanti kamu pulang sama Daddy kamu."
Jisung langsung mengalihkan tatapannya pada Jaemin, "Papa mau pulang? Tunggu Jisung, Jisung juga mau pulang sama Papa."
Jaemin mengernyit bingung, "Kenapa ingin pulang? Katanya ingin menghabiskan waktu bersama Daddy." Tentu saja Jaemin bingung, anaknya mengatakan dengan jelas ingin bersama dengan Jeno seharian.
"Jisung sudah tidak ingin. Jisung mau sama Papa."
Jeno mendengus, dia menyentuh bahu Jisung. "Daddy ingin bicara sebentar dengan Papa kamu. Kamu di sini saja."
Jisung menatapnya. Sedikit ragu karena kemungkinan besar, Jeno akan melakukan kekerasan pada Papanya. Tapi sudahlah, dia membiarkan Jeno dan Jaemin keluar.
"Kau sengaja, 'kan?" tanya Jeno kesal saat keduanya sudah berada di luar ruang kerjanya.
"Sengaja?" Jaemin mengernyit, "Aku tidak mengerti dengan apa yang kau katakan, Lee Jeno."
Jeno berdecih, dia mendekat lalu mencengkram kedua pipi Jaemin kuat. "Aku tidak akan membuat hidupmu tenang kalau kau terus seperti ini, Na Jaemin. Aku pastikan hidupmu hancur."
Jaemin meringis, mencoba melepaskan tangan Jeno yang ada di wajahnya. "Hidupku sudah hancur sejak setahun, bahkan empat tahun yang lalu. Jadi saat kau mencoba menghancurkan hidupku, aku akan tetep seperti ini. Tidak akan ada yang berubah."
Pandangan Jeno menajam. Dia mengangkat tangannya, ingin menampar Jaemin namun sebelum itu pintu ruangannya terbuka. Jisung muncul dan Jeno langsung menurunkan tangannya.
"Papa, Daddy, sudah belum? Jisung sudah lapar, ingin makan masakan Mama Injun." Jisung menatap keduanya bergantian.
Jaemin tidak membalas, biarkan Jeno yang mengatakannya.
"Sudah kok," Ekspresi kesalnya langsung menghilang. "Jisung pulangnya hati-hati, ya. Apa mau diantar sama Daddy?"
Jisung menggeleng, "Papa bawa mobil, hehe. Jadi, diantarnya kapan-kapan saja."
Jeno mengangguk, mengusak sayang rambut Jisung lembut. "Hati-hati, ya."
Jisung mengangguk. Dia melambaikan tangannya pada Jeno lalu mengajak Jaemin pergi. Jaemin hanya menuruti keinginan si kecil.
KAMU SEDANG MEMBACA
HEARTLESS LOVE ✔
أدب الهواة"Jaemin, jangan memungutnya lagi. Aku akan memberikan yang baru untukmu." 2Jae Bxb