3. Dicampakan

313 55 2
                                        

Part 2 ada di KaryaKarsa atau website nih buat jajan ya, karena berisi adegan dewasa

****

Bodoh!

Jona mengumpat dalam kantuknya. Pagi ini, saat ia baru saja terbangun dari tidurnya dengan kepala pening, Jona mendapati seorang wanita cantik sedang terlelap di dalam pelukannya. Bukan hanya itu, bahkan ia mendapati tubuh mereka tak lagi berbusana. Jona jelas ingat apa yang sudah mereka lakukan semalam.

"Berengsek!" Ia mengumpat pelan seraya memukul keningnya dengan kepalan tangan. "Goblok!"

Jona tidak bisa berhenti mengutuki dirinya sendiri. Ia benar-benar merasa bodoh saat ini. Harusnya ia bisa mengendalikan dirinya semalam. Jona bukan lelaki yang mudah mabuk, toleransinya pada alkohol cukup baik. Bahkan ia masih bisa menyetir setelah semalam suntuk ikut party. Tapi mengapa kali ini ia bisa lepas kendali? Mengapa ia bisa melewati batas itu?

Seharusnya saat urusan mereka terselesaikan, Jona langsung mengakhiri segalanya dengan wanita itu, bukan malah merayakan kerberhasilan mereka sampai mabuk dan berakhir di atas ranjang seperti ini. Seharusnya mereka bisa menahan diri dan tidak terpengaruh dengan alkohol. Seharusnya ia tidak tergoda oleh wanita itu.

Shit!

Sebenarnya apa yang ada di dalam otaknya hingga bisa meniduri Bella?

"Lo dalam masalah, Jo!" gumamnya terpejam.

Semalam ia benar-benar tidak bisa mengendalikan dirinya, ia terbawa suasana pun alkohol yang sudah mengaburkan akal sehatnya. Apalagi Bella terlihat begitu menggairahkan untuknya semalam hingga rasanya ia tidak bisa melewatkan wanita itu begitu saja.

Ya Tuhan!

Jangan sampai Papa tahu kejadian ini, lelaki tua itu sudah mewanti-wanti dirinya untuk tidak bermain api dengan mantan kekasih sang sepupu. Papa sudah memintanya untuk jangan bertemu Bella lagi, tapi entah mengapa ia malah mengajak wanita itu ke tempat ini.

Menarik tangannya perlahan, Jona beranjak dari ranjang dan memungut pakaiannya yang tercecer sebelum kemudian berlari masuk ke dalam kamar mandi. Jona membersihkan dirinya, sesekali bayangan semalam berkelebat di kepala. Betapa hebatnya pergumulan mereka semalam, Bella begitu seksi dan menggoda, pantas Sean tidak bisa meninggalkan wanita itu meski sudah menikah.

Selesai membersihkan diri dan memakai kembali pakaiannya, Jona keluar dari kamar mandi. Ia cukup terkejut saat mendapati Bella sudah terbangun. Wanita itu sedang duduk meringkuk di atas ranjang dengan tubuh berbalutkan selimut putih yang semalam mereka gunakan untuk menutupi tubuh.

Jona menarik napasny, bergerak memungut kunci mobilnya yang mungkin terjatuh semalam. "Gue balik duluan, Bel," pamitnya tanpa ingin membahas kejadian semalam dengan wanita itu.

Bella dengan pandangan yang masih menunduk hanya diam, hingga saat langkah Jona mendekati pintu, wanita itu membuka suaranya. "Harusnya kita gak ngelakuin ini kan, Jo?" lirihnya pelan, tapi meski begitu suara Bella berhasil membuat langkah Jona terhenti. "Harusnya gak sejauh ini kan?"

Karena Bella masih mengharap Sean, bagaimana kalau lelaki itu tahu ia telah tidur dengan sepupunya? Bella tidak ingin Sean meninggalkannya karena masalah ini. Ia masih mencintai Sean meski lelaki itu sudah berpaling darinya.

"Anggap aja gak terjadi apa-apa semalam." Jona mendesis saat berbicara seperti itu. Ia tahu ucapannya sangat kurang ajar, tapi ia pun tidak ingin kejadian semalam dengan Bella terngiang-ngiang di kepalanya. "Yang semalam cuma kesalahan."

Menoleh, Bella menautkan kedua alisnya dengan pandangan sinis.

Kesalahan?

Ya memang kesalahan, tapi apa Jona harus berbicara seperti itu setelah menidurinya?

Merajut AsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang