7. Test Pack

115 27 3
                                    

****

Bella lagi-lagi harus mengeluarkan isi perutnya di dalam toilet itu akibat mual yang menyerangnya belakangan ini. Sudah dua kali dalam sehari ia harus memuntahkan makanannya. Tadi pagi di apartemen, lalu siang ini di restoran.

Bella sedang ada pertemuan dengan seorang klien yang menawarkannya untuk menjadi BA produk pelangsing, lalu mual itu menyerangnya, membuat ia harus undur diri dan izin ke kamar kecil. Di sana Bella melepaskan semua rasa mualnya, tubuhnya terasa lemas.

"Bel?" Disa menyusul karena takut terjadi sesuatu pada artisnya. "Lo gak apa-apa?"

"Gue mual, Dis," lirihnya seraya mencebik. Bella sudah merasa sangat lemas. "Kayaknya gue sakit deh, Dis."

"Ya udah, pulang dari sini kita ke Dokter."

Ia mengesah. "Gue gak bisa makan apa-apa, setiap mau makan, muntah terus."

Disa jadi tidak tega, ia membantu artisnya itu untuk merapikan diri dan kembali memoleskan make up di wajah. "Tahan ya, sebentar kok. Lo masih kuat kan?"

Sejujurnya tidak, tapi Bella menganggukan kepala agar Disa tenang. Ia juga tidak ingin kehilangan kontrak ini karena bayarannya yang lumayan besar. Apalagi menjadi Brand Ambassador dari produk pelangsing ini bisa menaikan namanya. "Hem. Gue usahain. Tapi gue mual setiap nyium bau keju."

Seketika kening Disa merengut, ia merasa tidak asing dengan gejala yang Bella tunjukan. Ia seperti pernah melihat gejala itu pada wanita hamil. Tapi Bella tidak mungkin sebodoh itu kan? Meski nakal, Disa yakin Bella tahu dimana batasannya. Bella tidak akan sebodoh itu melupakan pengaman. Lantas menggeleng, Disa membuang pikiran buruk itu dari kepalanya.

"Ya udah yuk, balik lagi."

Bella mengangguk.

Mereka lantas keluar dari ruangan itu, bergerak untuk kembali ke meja dimana dua orang klien mereka sedang menunggu. Tidak jauh setelah melewati pintu toilet, Bella terhenyak dengan langkah kaki yang tiba-tiba terhenti, Disa yang berada di belakangnya hampir saja menabrak punggung Bella.

"Bel! Kenapa sih tiba-tiba berhenti gitu?" sungutnya.

Tidak menggubris ucapan Disa, Bella mematung seraya mata tetap menatap lurus ke depan pada satu sosok yang sempat membuat dadanya berdebar beberapa kali di setiap pertemuan mereka.

"Bukannya itu Jona?" bisik Disa setelah ia berhasil mengikuti arah pandang Bella.

Ya, itu Jona, sedang menatap ke arahnya dengan raut wajah yang tak terbaca. Mereka saling bertukar pandang, membuat Jona juga menghentikan langkah kakinya. Dada Bella seketika berdebar cepat, perasaan aneh itu kembali mengerubunginya.

Ada senang dan juga membuncah saat melihat Jona di sana. Tiga hari ini setiap malam ia selalu gusar, tidurnya tak nyenyak karena dalam rasa galau setelah ditinggal Sean, Bella malah memikirkan Jona. Aneh sekali bukan? Bahkan mereka tidak sedekat itu.

"Bel? Udah yuk, ke meja."

Bella lagi-lagi tidak menggubris managernya, ia bergerak satu langkah ke depan, hendak menyapa Jona, tapi respon mengejutkan diberikan lelaki itu. Jona dengan cepat berpaling, membuang wajahnya ke samping lalu pergi dari sana seolah tidak mengenali dirinya yang pernah memberi nikmat di salah satu kamar hotel.

Astaga, apa Jona baru saja menghindarinya?

Bella membelalak, sedikit terluka karena sikap lelaki itu barusan.

"Dia lihat gue kan, Dis?" bisik Bella pelan, bibirnya mencebik sedih. "Dia pasti lihat gue kan?"

♡♡♡

Merajut AsaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang