****
Hati Bella remuk. Mungkin tidak akan sesakit ini kalau Jona hanya menolak untuk bertanggung jawab atas bayinya, sungguh ia pun tidak berniat meminta pertanggung jawaban lelaki itu, Bella hanya mengikuti apa yang Disa sarankan untuk mengatakan pada Jona perihal bayi mereka.
Bella melakukan itu semata-mata karena tidak ingin disalahkan jika suatu saat nanti Jona mengetahui tentang anak itu setelah Bella menyembunyikannya. Tapi, alih-alih mendapat pertanggung jawaban, entah dinikahi atau Jona mengakui bayinya, Bella malah mendapati kata-kata penuh hinaan dari lelaki itu.
Bukan hanya tidak mengakui kalau bayi di dalam perut Bella adalah darah dagingnya, Jona juga menghinanya dengan mengatakan kalau ia sengaja menyerahkan tubuhnya sendiri untuk lelaki itu tiduri agar bisa masuk ke dalam keluarga Pradipta.
Sumpah demi apa pun, Bella sudah muak sekali mendengar nama keluarga itu. Jangankan jadi menantu, untuk menjadi saudara saja rasanya ia sudah tak ingin. Lebih baik ia membesarkan anaknya seorang diri dibanding menikah dengan Jona lalu dihina seumur hidup.
"Udahlah, Bel." Disa yang baru saja datang setelah Bella menghubunginya mencoba menenangkan wanita itu. Sejak menginjakan kaki di gedung apartemen ini, Bella ingin sekali meraung dan mengumpat seraya melemparkan sumpah serapah pada Jona yang telah menghinanya. "Ssstt, udah-udah ... jangan nangis lagi, nanti mata lo bisa sakit."
"Gue gak bisa terima, Dis." Bella menarik tisu dari tempatnya. "Gue terluka! Bisa-bisanya dia ngehina gue kayak gitu."
"Iya gue ngerti."
"Harusnya gue gak ketemu dia. Harusnya gue gak ngikutin saran lo!" raungnya sambil membersit ingus di atas tisu.
Disa yang melihat itu menatap jijik ke arah Bella. "Iya, sorry ...," ringisnya. "Gue juga nyesel minta lo untuk ketemu sama bajingan itu!" Kalau diingat, Disa rasanya jadi ikutan geram. "Gue pikir Jona beda dari Sean! Gak tahunya dia lebih sialan! Ck!"
"Gue gak masalah kalo dia gak mau tanggung jawab, tapi gak usah ngehina gue! Dia gak akan tahu gimana perasaan gue sama bayi ini, Dis!" Bella telah melewati perang batin yang panjang hanya untuk bisa menerima janin itu, bahkan sampai detik ini, ia masih belum bisa menerima janin itu sepenuh hati. "Semua gak mudah, gue mati-matian berusaha untuk jadi calon ibu yang baik, tapi dengan entengnya dia bilang gue ngegunain bayi ini untuk bisa masuk ke keluarga Pradipta!"
Disa menepuk-nepuk bahu Bella, memahami apa yang wanita itu rasa. Tapi, mungkin ini adalah terguran dari Tuhan atas kesalahan yang ia buat. Anggap saja sebagai pelajaran hidup agar Bella tidak mengulangi kesalahan yang sama.
"Lo tau kan seberengsek apa dia, Dis?"
Kepala Disa mengangguk paham. "Ya udah, gak usah mikirin Jona lagi. Sekarang ada yang lebih penting yang harus lo pikirin, Bel."
Sontak Bella menghentikan tangisnya, menghapus air mata yang mengalir di pipi. Pasti ini masalah pekerjaan. Sebenarnya, sejak Jona memintanya untuk pergi dari Negara ini, Bella sudah memikirkan nasib karirnya. Ia sudah menentukan akan berakhir seperti apa karir yang sudah ia bangun selama lima tahun itu.
"Untuk kontrak sama produk pelangsing, gue udah minta keringanan, gue bilang kalo lo ada masalah kesehatan, untungnya mereka mau mengerti dan mengurangi tiga persen biaya pinalty yang harus lo bayar," terang Disa.
Bella sedikit lega mendengar itu. Ia menghela, merosotkan kedua bahunya ke bawah.
"Tapi gimana sama karir lo, Bel? Gue belum bilang apa-apa sama manajemen." Disa kembali dibuat pusing karena memikirkan karir Bella.
Tadinya Disa pikir semua akan berjalan lancar dan sesuai rencana kalau saja Jona siap bertanggung jawab dan menikahi Bella. Tapi lelaki itu menolak, bahkan meminta Bella untuk menggugurkan bayi itu. Semua berubah kacau, Disa ingin lepas tangan rasanya, apalagi sekarang Bella menolak untuk menggugurkan bayi itu.

KAMU SEDANG MEMBACA
Merajut Asa
RomanceBella merasa terkhianati saat lelaki yang telah menjadi kekasihnya selama lima tahun memilih untuk melepaskannya dan kembali pada wanita yang telah sang ayah jodohkan. Rasa ingin membalaskan dendam sangat kuat, Bella ingin mereka hancur, Bella ingin...