Ecclesia Faleia -1-

4K 185 12
                                    

Selamat datang di cerita Sia dan Garda.

Tolong jangan tanya tentang cerita lain di lapak ini karena aku juga engga tahu kapan lanjut cerita lain.

5 Komen lanjut part 2.
____________________________

Semua orang mengatakan kehidupan Ecclesia Faleia atau disapa Sia adalah kehidupan yang diimpikan oleh semua orang. Mempunyai fisik rupawan dengan rambut pirang bergelombang, bola mata biru laut yang didapat dari ibunya yang keturunan Rusia, tinggi badan di atas rata-rata, hidung mancung kecil, otak cerdas yang menurun dari ayahnya yang lulusan S2 Management Bisnis National University of Singapore, dan kekayaan yang melimpah dari usaha ayahnya di bidang pariwisata membuat kehidupannya bagaikan seorang puteri kerajaan.

Mahasiswi di kampusnya selalu menatap iri saat ia lewat namun para mahasiswa akan berdecak kagum melihat kecantikannya. Tak heran jika di kampus ia hanya punya satu teman yang ia anggap saudari sendiri yaitu Grizelle Narapati atau disapa Zela.

Berteman dengan Zela membuat Sia merasakan bagaimana memiliki saudara karena ia sering merasa kesepian akibat menjadi anak tunggal. Namun ada satu hal yang ia tak suka dari Zela yaitu saudara laki-lakinya. Pria bernama lengkap Garda Narapati itu kini menatap tajam padanya saat ia baru saja turun dari mobil Pajero untuk mengajak Zela berangkat kuliah bersama. Sejujurnya Sia ingin sekali melewati pria itu begitu saja karena malas berbasa-basi dengannya, namun ia diajari adab dan sopan santun oleh keluarganya sehingga terpaksa menyapa pria itu.

"Selamat pagi, Pak Garda."

Jangan kaget dengan panggilan Sia pada pria itu karena Garda tak cocok dipanggil dengan sebutan "Kak". Pria itu selalu memakai pakaian rapi seperti jas, kemeja, dan celana bahan. Garda juga tak pernah tersenyum dan sikapnya yang suka melarang ini dan itu pada Zela membuatnya pantas disebuat Bapak. Walaupun secara fisik, Sia akui Garda sangat tampan. Lihatlah bagaimana tubuh tegap dan berotot yang terlihat cocok dalam balutan kemeja mengkilap itu, lalu pahatan hidungnya yang sempurna dalam artian mancung, rahang tegasnya, bibirnya yang mempesona, dan...

"Saya harap kamu tidak mengajak adik saya untuk bolos lagi seperti minggu lalu," ucap Garda sambil menatap Sia dengan tatapan penuh ancaman, tanpa membalas sapaan gadis itu.

Seketika Sia berhenti memuja fisik kakak dari adiknya lantaran kesal dengan tuduhan Garda padanya. Andai pria itu tahu bahwa Zela yang mengajaknya bolos sebagai bentuk pemberontakan terhadap sikap Garda yang menolak Zela menjalin hubungan dengan sang kekasih. Zela dan Garda adalah saudara kandung dengan sikap berbanding terbalik. Zela dengan sikap ramah, lemah lembut, suka menolong, dan layaknya bidadari. Sedangkan Garda memiliki sikap angkuh, sombong, suka mengancam, dan semua sikap iblis.

"Tapi bukan saya yang...

Belum selesai Sia bicara, pria itu sudah melewatinya dan masuk ke mobil BMW berwarna putih. Tangan Sia mengepal kuat berusaha menahan emosi melihat tingkah angkuh pria itu.

"Sia! Ngapain bengong di sana?! Naik dulu, aku masih siap-siap," teriak Zela dari balkon kamarnya.

Sia mendongakkan kepalanya dan mengangguk lalu masuk ke rumah lantai tiga yang hanya dihuni oleh Zela dan Garda bersama para pelayan, satpam, dan pengawal. Mama mereka meninggal saat melahirkan Zela, kemudian lima tahun lalu ayah mereka meninggal akibat stroke. Mungkin itu juga yang menjadi alasan Garda terlalu protektif pada Zela karena hanya Zela yang ia punya.

____________________

Kelas sudah selesai satu jam lalu namun Zela dan Sia tak ada tanda-tanda mau pulang. Mereka masih di kantin kampus mengerjakan tugas kuliah yang banyak. Sia mengerjakan tugasnya dengan tenang sedangkan Zela berulang kali mengeluh dan menggerutu tak kuat dengan tumpukan tugas.

"Aku nyerah, capek banget. Dari tadi engga selesai tugasnya," ucap Zela sambil menatap kesal pada buku tebal yang sedari tadi ia baca untuk mencari jawaban atas pertanyaan yang diberikan dosennya.

"Nanti lihat jawaban aku aja."

"Beneran?"

"Iya," jawab Sia dengan senyum tipis. Zela langsung memeluk sahabatnya dan mengucap terima kasih berulang-ulang.

Setelah tugas Sia selesai dan memberikan bukunya pada Zela untuk dibawa. Mereka pun pulang, namun Zela yang menyetir mobil malah membelokkan mobil ke arah tempat belanja yang terkenal di kota ini.

"Udah sore, Zela. Nanti dicariin Pak Garda," ucap Sia mengingatkan Zela mengenai kakaknya yang protektif.

"Engga perlu khawatir, urusan Kakak biar jadi urusan aku. Kita belanja dulu biar engga stres."

Jika sudah begini Sia hanya bisa menghela nafas dan mengikuti kemauan Zela. Akhirnya mereka pun belanja sepuasnya hingga lupa waktu dan tak terasa langit sudah gelap saat mobil Pajero milik Sia berhenti di depan gerbang rumah Zela yang tertutup.

"Kak Garda," ucap Zela dengan nada pelan yang terlihat takut saat melihat kakaknya sudah berdiri di depan gerbang dan menatap tajam ke arahnya saat turun.

Sia yang merasa bersalah saat melihat Garda memarahi Zela akhirnya ikut turun. Sebenarnya ia juga takut tapi ia kasihan melihat sahabatnya.

"Berapa kali Kakak bilang jangan pulang lewat jam sembilan?! Sekarang sudah jam berapa, Zela!" bentak Garda dengan mata melotot pada adiknya.

"Maaf, Kak. Aku lupa waktu."

"Masuk ke rumah sekarang."

Zela langsung mengikuti perintah kakaknya dan meninggalkan Sia dengan Garda berdua. Kini giliran Sia yang mendapat tatapan tajam dari Garda. Ia hendak menjelaskan namun pria itu lebih dulu bicara.

"Sebenarnya saya tidak ingin mengatakan ini kepada kamu karena tahu perkataan saya akan menyakiti perasaan kamu. Tapi, saya sudah tak tahan dengan keberadaan kamu di hidup adik saya. Saya harap kamu menjauhi adik saya karena kamu membawa dampak buruk bagi Zela."

_________________

Tangerang, 12 Februari 2023

SIA - Dewasa KarenamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang