Garda Pergi -12-

1K 68 4
                                    

Vote, komen dan follow.
*****

Sia menghabiskan waktu semalaman bersama Jeff dan Zela untuk bercerita banyak hal pada satu sama lain, mulai dari apa yang Sia rasakan, kuliah Jeff di UK atau kisah percintaan Zela yang baru putus dari kekasihnya untuk kesekian kalinya karena Garda. Mungkin mereka bisa bercerita sampai besok, jika saja Garda tak menegur Zela dan mengingatkan ada jam malam di Kost Narapati. Dengan terpaksa, Zela dan Sia pun harus membiarkan Jeff pergi dengan taksi.

Zela langsung pamit kembali ke rumah karena sudah mengantuk, meninggalkan Sia dan Garda di depan pintu kost. Sia masih diam di tempat karena Garda terus menatap ke arahnya, ia pikir mungkin pria itu mau bicara sesuatu. Namun, Garda tak kunjung bicara, jadi Sia yang berinisiatif bicara duluan sambil mengeluarkan sebuah amplop dari saku celananya. Sia memberikan amplop itu pada Garda.

"Uang kost saya selama hampir dua bulan tinggal di sini. Makasih karena tidak mengusir saya dari sini, padahal saya telat bayar," ucap Sia.

Garda menerima amplop itu dengan berat hati. Ia ingin menjelaskan bahwa hari itu ia hanya terbawa amarah sehingga menagih uang kost. Tapi, ia tahu itu akan berakhir percuma. Sia tak akan mau tahu, perempuan itu sudah terlanjur sakit hati dengan perilakunya tempo lalu.

"Habis ini kamu mau pindah ke tempat pria itu?"

"Pria itu? Maksudnya Jeff?" tanya Sia memastikan karena pertanyaan Garda kurang jelas. Garda menganggukkan kepalanya. Sedari tadi Garda diam karena memikirkan susunan kata yang baik untuk menanyakan rasa penasarannya, tanpa menyakiti perasaan Sia.

"Kalau saya jawab iya, Bapak mau tuduh saya perempuan yang engga benar lagi karena tinggal dengan Jeff kan?" tanya Sia lagi, kali ini dengan nada marah. Sia tahu itu hanya pertanyaan biasa atau mungkin basa-basi pemilik kost agar tahu kapan penghuni kostnya pergi, sehingga kost bisa disewakan kembali. Tapi, berhubung orang yang menanyakan adalah Garda. Pria yang paling suka menghakimi Sia, maka Sia tak dapat berpikir positif.

"Bapak tuh ada masalah apa sih sama saya? Bapak engga suka saya dekat dengan Zela, Bapak suruh saya menjauh dari Zela, menghina saya, bahkan merendahkan martabat saya sebagai perempuan. Tapi, kenapa Bapak engga minta langsung ke Zela untuk menjauhi saya? Saya memang jatuh miskin, tapi bukan berarti Bapak bisa bersikap seenaknya pada saya. Tenang kok, Pak. Setelah saya dapat pekerjaan tetap, saya pasti akan pindah dari...."

"Jeff alasan kamu engga membalas perkataan saya tempo lalu tentang perasaan saya kan?" tanya Garda memotong ucapan Sia. Sia otomatis diam karena terkejut tiba-tiba Garda membahas pembicaraan tempo lalu. Ia pikir Garda tak akan mau membahasnya lagi.

Sia ingin mengatakan bukan. Tapi, ia malah memilih diam. Entah kenapa ia ingin melihat tatapan yang sama pada mata Garda saat ia melihat Garda bersama Moana. Katakan Sia masih belum dewasa dalam menyikapi masalah, bukannya menjelaskan kesalahpahaman, ia malah memperpanjang kesalahpahaman itu. Sia menikmati saat bisa membalas perbuatan Garda yang terang-terangan bermesraan dengan Moana, padahal sebelumnya menyatakan perasaannya pada dirinya.

Garda yang tak mendapat jawaban dari Sia, akhirnya menyimpulkan bahwa dugaannya benar. Setidaknya ia sudah memastikan kebenaran dugaannya, sebelum akhirnya mengambil keputusan yang akan mengakhiri segala kemungkinan di antara mereka.

"Saya minta maaf atas semua perkataan dan sikap saya selama ini ke kamu. Saya sadar bahwa sikap saya tak dewasa dalam menyikapi perasaan saya ke kamu. Seharusnya saya memahami bahwa tak semua orang memiliki perasaan yang sama pada satu sama lain. Saya mencintai kamu, Sia. Kamu tenang saja, besok kamu engga akan melihat saya lagi. Saya memutuskan ke Singapura untuk melanjutkan pendidikan dan membuka cabang usaha. Semoga selalu bahagia, Sia. Saya yakin kamu adalah perempuan kuat yang mampu menghadapi semua rintangan di hidupmu. Saya pamit pergi," ucap Garda dengan senyum tipis lalu berbalik badan dan meninggalkan Sia.

Sia terdiam kaku di tempat. Ia pikir Garda akan mengajaknya berdebat, tapi pria itu malah mengalah dan mengakui kesalahannya. Garda mencintainya? Rasanya sulit dipercaya, tapi ia melihat ketulusan di mata Garda saat mengatakannya. Sia ingin mengejar Garda dan memastikan bahwa pria itu serius dengan perkataannya. Namun, ia teringat satu hal. Dia bukan siapa-siapa sekarang. Sia bukan lagi anak pengusaha kaya raya yang sederajat dengan Garda. Sekarang ia hanya yatim piatu sebatang kara yang terancam putus kuliah. Memutuskan mengejar Garda bukanlah pilihan yang tepat untuknya sekarang. Sia tak akan mampu bertahan di hubungan yang tak seimbang. Setiap harinya ia akan terus dihantui rasa rendah diri karena status ekonominya. Jadi, lebih baik ia membiarkan Garda berpikir apapun tentangnya malam ini dan seterusnya. Walaupun, sebenarnya Sia menyadari bahwa ia juga menyukai, bahkan mulai mencintai Garda.

Sia menutup pintu kamar kostnya, lalu menangis meratapi kehidupannya. Kenapa semua harus terjadi padanya? Setelah merelakan orang tuanya, ia juga harus merelakan cinta pertamanya. Kemana perginya keberuntungan yang selalu melekat pada dirinya saat terlahir sebagai putri tunggal dari pasangan keluarga kaya? Sia ingin semuanya kembali seperti semula. Kuliahnya baik-baik saja, ekonomi keluarganya berada di puncak kejayaan, orang tuanya bahagia dan masih hidup, serta Garda datang menyatakan perasaannya. Tapi, semua itu hanya mimpi. Mimpi yang tak akan pernah ia miliki karena semua sudah berakhir. Tak semua cinta akan berakhir bersama. Begitu pun cinta Sia dan Garda.

*****

Tangerang, 27 April 2024

SIA - Dewasa KarenamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang