Kehilanganmu -15-

1.2K 72 10
                                    

Ada kalanya, Garda merasa bahwa hidup selalu mempermainkannya. Pertama lewat kematian orang tuanya. Usianya masih sangat muda saat harus menanggung beban perusahaan dan menjadi pengganti orang tua bagi Zela. Tapi, ia bisa melewati semua itu. Ribuan batu krikil hingga kepingan kaca yang harus ia injak untuk bisa sampai di titik ini. Hingga akhirnya ia lupa bahwa tak semua orang sekuat dirinya menghadapi cobaan hidup.

Ia pikir Ecclesia Faleia atau Sia, perempuan yang merupakan sahabat adiknya akan memilih 'jalan pintas' saat kehancuran menghadapi dirinya. Tapi, ia salah besar. Sia lebih memilih hidup miskin dari pada menjual harga dirinya pada pria berduit, termasuk dirinya. Berulang kali ia mencoba mengetes seberapa kuat pertahanan diri Sia, tapi ia malah berakhir dengan tamparan kenyataan bahwa Sia tidak seburuk yang ia pikirkan.

Kata orang, jangan pernah membenci seseorang karena jarak antara benci dan cinta itu tipis. Kebencian Garda yang bermula dari ketidaksukaannya melihat pergaulan Sia dan dampak keberadaan perempuan itu untuk adiknya malah berakhir pada cinta. Tapi, ia gagal memahami cinta itu sehingga berakhir melukai Sia dengan berbagai perkataan buruk dan sikapnya yang tak menghargai Sia.

Hari ini, Garda berdiri di depan gundukan tanah dengan kayu nisan bernamakan Ecclesia Faleia. Kayu nisan yang terbuat dari kayu cendana dan dipahat langsung olehnya sebagai persembahan terakhir untuk Sia. Makam itu terletak di halaman rumah lama Sia dengan harapan kenangan Sia akan abadi dengan kenangan rumah itu. Garda meletakkan bunga melati di depan kayu nisan.

Sudah satu tahun berlalu, tapi setiap kali ia datang ke sini, ia akan selalu meneteskan air mata karena mengingatkannya pada rasa sakit Sia hari itu. Bahkan, Garda sulit memaafkan dirinya sendiri atas rasa kehilangan ini. Semua orang mengatakan untuk melupakan apa yang terjadi di masa lalu, tapi rasanya tak semua itu. Hari-harinya dilalui dengan ingatan kilas balik detik-detik ia kehilangan Sia.

"Maafkan saya, Sayang. Harusnya kemarin, kamu ada di altar pernikahan dan melihat pernikahan itu. Tapi, takdir berkata lain. Saya tidak akan melupakan bagaimana tatapanmu pada saya, tatapan yang membuat tak mampu mengalihkan diri darimu. Saya rindu itu semua darimu," ucap Garda.

Langit yang mendung dan suara klakson dari mobilnya yang dibunyikan oleh istrinya, membuat Garda tahu bahwa ia harus pergi sekarang. Ia meninggalkan halaman rumah lama Sia dan tak lupa mengunci pintu pagar tersebut. Tepat setelah kejadian hari itu, Garda memutuskan membeli rumah Sia yang dilelang karena ia tahu banyak kenangan Sia di rumah itu. Ia harap kenangan lama Sia akan terus bersamanya.

"Kamu tuh kebiasaan deh, kalau ke makam pasti lama," ucap perempuan di sampingnya menggerutu karena kesal menunggu. Garda tersenyum melihat tingkah menggemaskan perempuan yang kini menjadi istrinya itu.

"Maaf ya, Sayang. Kamu kan tahu setiap ke sana, aku pasti selalu terbawa suasana. Aku belum bisa melupakan kejadian itu," balas Garda lalu mulai mengemudikan mobil untuk pulang ke rumah mereka.

"Kan udah aku bilang, masa lalu tinggalkan di belakang. Buat apa menoleh ke belakang saat masa depan sudah ada."

"Aku lagi berusaha untuk berhenti menyalahkan diriku sendirian atas kehilangan itu. Kamu mau bersabar kan nunggu?" tanya Garda yang dibalas anggukan kepala oleh perempuan itu.

Perempuan dengan bola mata cokelat madu yang berbeda jauh dengan sosok di masa lalunya. Garda tak akan bisa melupakan keindahan mata biru laut di masa lalu. Walaupun, ia akui keduanya sama cantik.

Mereka akhirnya sampai di rumah lantai tiga yang baru selesai dibangun sebagai hadiah pernikahan mereka. Istrinya tampak begitu bahagia saat melihat desain rumah itu mengikuti keinginannya yaitu desain minimalis dan terasa hangat.

"Rumahnya bagus banget, sesuai dengan impianku, aku suka," ucap istrinya sambil memeluknya.

"Rumah ini kan untuk kamu juga, jadi harus sesuai keinginanmu. Apapun akan kulakukan demi melihatmu tersenyum seperti sekarang," balas Garda.

Garda ingat betul bagaimana perjuangan perempuan di depannya untuk meyakinkannya bahwa ia bisa menjadi suami yang baik. Awalnya Garda terus menghindar saat ditanya mengenai pernikahan, ia takut tak bisa membahagiakan istrinya karena masih teringat bagaimana sosok di masa lalu menderita karenanya. Tapi, gadis itu berhasil meyakinkannya.

"Aku engga nyangka kalau Garda Narapati akan menjadi suamiku. Rasanya seperti mimpi," ucap istrinya dengan pipi bersemu merah.

"Aku sendiri merasa sangat bersyukur memiliki perempuan sesabar dan sedewasa kamu. Kamu mampu menjadi air yang tenang saat ombak menghampiri hidupku," balas Garda.

Keduanya saling menatap satu sama lain dengan tatapan penuh cinta. Keduanya saling mendekatkan diri saat tiba-tiba suara teriakan seseorang membuat mereka mundur.

"Tunggu sebentar dong. Ingat masih ada kita, pelayan setia yang membantu membawa barang," ucap Zela yang sudah dari tadi sampai dengan Jeff. Mereka berangkat duluan karena  membawa beberapa koper milik pasangan baru itu. Salahkan sang pengantin perempuan yang ingin naik mobil Ferrari sehingga tak mampu mengangkut koper.

"Kalian sudah tidak diperlukan, jadi bisa pergi," ucap Garda dengan senyum mengejek yang membuat Zela dan Jeff memutar mata jengah.

"Dari mana aja sih? Kok baru sampai?" tanya Jeff lalu duduk di sofa karena lelah mengangkat lima koper.

"Garda ke rumah lama dulu," ucap perempuan yang baru saja menikah itu.

"Astaga, Kak. Udah setahun berlalu masih aja ke sana. Lupain, Kak!" ucap Zela untuk kesekian kalinya. Ia heran mengapa sulit sekali Garda berhenti ke sana saat sudah ada penggantinya.

"Andai saja hari itu engga terjadi, mungkin saat ini..."

Ucapan Garda terpotong saat jari lentik milik istrinya menahannya bicara. Setiap kali Garda menatap mata istrinya, ia terus merasa bersalah karena tak menemukan mata yang sama seperti yang dulu ia lihat.

"Berhenti berandai-andai mengenai masa lalu. Semuanya sudah terjadi dan aku engga pernah menyesalinya. Hanya satu yang hilang dari hidupmu, bukan berarti semuanya telah berakhir," ucap istrinya yang membuat Garda merasa jauh lebih baik.

"Toh yang hilang cuma mata Sia! Jelasin tuh, Sia. Dari awal, aku tuh nolak wacana untuk mengubur matamu yang rusak akibat kecelakaan itu karena tahu Kak Garda pasti makin sulit lupain kesalahannya. Terlebih operasi mata barumu berhasil. Kak Garda itu berlebihan!"

*****

Tangerang, 2 Agustus 2024

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Aug 02 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

SIA - Dewasa KarenamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang