Manusia Suci -7-

1.7K 141 7
                                    

60 VOTE, LANJUT PART 8
______________

Sejak kejadian malam itu, Sia berusaha menjauh dari Garda. Ia bahkan tak mau membuka pintu kos saat Garda mengetuk pintu kosnya. Ia tak akan keluar kos jika tahu Garda ada di sekitar kos. Ia berusaha pulang lebih cepat dari jam pulang kerja Garda. Sekarang ia sudah kembali aktif kuliah, ia memanfaatkan kesempatan satu semester terakhirnya sebaik mungkin sebelum akhirnya berhenti kuliah, hal itu yang membuat ia berhasil menjauh dari Garda.

Ia tak tahu alasannya menjauhi Garda. Ia hanya mengikuti kata hatinya saja, padahal jika dipikir secara logika maka Garda tak salah apapun padanya. Garda adalah pria lajang dan Moana adalah wanita lajang. Wajar jika mereka berhubungan.

Malam ini ia dan Zela berencana untuk jalan-jalan, mereka berencana mencoba wahana di pasar malam dan mencoba kuliner di sekitar pasar malam. Ia memutuskan menunggu Zela di depan kos.

"Ayo," ucap Zela saat memberhentikan motornya. Sia mengangguk dan naik ke motor Zela, mereka pun berangkat ke pasar malam.

Sesampainya di sana, mereka merasa takjub melihat banyak permainan dan hingar bingar pasar malam yang ramai dikunjungi.

"Naik kora-kora yuk," ucap Sia sambil menunjuk ke arah kapal berukuran besar yang bergerak cepat dan membuat orang-orang yang menaikinya berteriak histeris.

Zela pun setuju dan mereka memesan tiket. Mereka duduk di bagian tengah dan bersebelahan. Sia dan Zela ikut berteriak saat kapal yang awalnya bergerak lambat menjadi cepat. Setelah turun dari kora-kora, mereka tertawa lepas sambil menceritakan pengalamannya naik wahana itu.

"Jantung aku kaya mau copot karena takut," ucap Zela memegang dadanya yang berdetak kencang.

"Sama. Tapi seru banget. Naik apalagi nih?"

"Naik itu, komedi putar," ucap Zela menunjuk ke arah wahana yang berputar.

Mereka pun kembali membeli tiket dan masuk ke dalam salah satu tempat duduk. Setelah pintu dikunci dan memakai pengaman, komedi putarnya pun berjalan. Kali ini tak sekencang kora-kora, namun tetap saja mereka was-was saat berada di atas. Saat melihat pemandangan langit saat malam dan pemandangan pasar malam dari atas membuat mereka takjub.

"Bagus banget pemandangannya, fotoin aku dong," ucap Zela memberikan kamera yang ia bawa kepada Sia. Lalu mereka berfoto bersama selama bermain komedi putar.

"Makan yuk," ucap Sia saat melihat gerai nasi goreng yang membuatnya perutnya terasa sangat lapar. Zela yang merasa demikian juga langsung setuju.

Baru dua permainan namun mereka sudah merasa lapar sehingga memutuskan memesan nasi goreng. Setelahnya mereka kembali naik wahana dan terasa sudah dua jam berlalu, mereka pun pulang karena merasa lelah sambil memakan lolipop.

Suasana kos sudah sepi karena sebentar lagi jam sepuluh malam atau jam batas malam. Ia pun naik ke lantai atas dan masuk kosnya. Namun tangannya ditahan seseorang dan ia terkejut saat melihat keberadaan Garda.

"Ada apa, Pak?" tanya Sia dengan nada tak bersahabat, judes.

"Panggil saya Garda. Saya mau bicara dengan kamu."

"Bicara saja sekarang."

"Saya dan Moana engga ada hubungan apapun," ucap Garda mengutarakan hal yang sudah lama ingin ia ucapkan pada Sia. Namun reaksi gadis itu tak sesuai harapannya, ia pikir Sia akan senang saat tahu ia tak ada hubungan dengan Moana. Namun gadis itu masih memasang wajah datar.

"Lalu hubungannya dengan saya apa?"

"Saya engga mau kamu salah paham atas kejadian kemarin."

"Tenang aja, saya engga akan beritahu Zela tentang kejadian kemarin karena itu bukan ranah saya."

"Kamu bersikap seakan-akan kamu adalah manusia paling suci padahal kamu sendiri sering melakukannya."

Garda yang sulit mengutarakan perasaannya malah berakhir menuduh Sia dengan mengungkit kejadian di hotel beberapa bulan lalu. Ia tak suka saat Sia bersikap seakan hakim yang memandangnya seperti penjahat.

"Maksud kamu apa?!" bentak Sia yang tak suka saat Garda merendahkannya. Ia memang bukan manusia suci, ia sering melakukan dosa, ia juga pernah berciuman dengan mantan kekasihnya. Namun ia masih waras untuk tidak memberikan kesuciannya pada pria yang bukan suaminya.

"Kamu sering bermalam dengan berbagai pria di hotel."

PLAK.

Satu tamparan mendarat keras di pipi Garda. Tamparan dan tatapan berkaca-kaca dari Sia membuat Garda tersadar bahwa ia sudah kelewat batas. Ia tak seharusnya mengatakan itu.

"Saya memang hidup dari belas kasihan Anda, tapi bukan berarti Anda bisa menginjak-injak harga diri saya."

"Sia, saya...

Belum sempat Garda meminta maaf, Sia sudah lebih dulu masuk ke kos dan membanting pintu di depan Garda. Niat Garda untuk memperbaiki hubungan mereka malah berakhir memperburuk keadaan mereka. Garda pun menyesal karena tak bisa mengendalikan perasaannya.

_________________

Jika mengikuti amarahnya saat ini, Sia ingin membereskan barangnya dan pergi dari kos ini agar tak perlu melihat Garda lagi. Namun ia harus berpikir jernih, jika ia pergi sekarang, ia tak punya tabungan yang cukup untuk bertahan hidup. Ia harus bertahan dan bersikap baik pada Garda walaupun pria itu sudah menuduhnya sebagai wanita tidak baik. Kenyataannya ia berhutang budi pada Garda dan Zela.

"Beneran engga mau ikut camping?" tanya Zela untuk kesekian kalinya pada Sia.

Sia kembali menggeleng untuk kesekian kalinya juga. Entah sudah berapa kali Zela memaksanya untuk ikut camping ke Bogor bersama teman satu angkatan untuk kegiatan keakraban. Entah kenapa Sia tak suka lagi berkumpul seperti dulu, mungkin karena ia tahu orang-orang yang dulu ia anggap teman, kini tak lagi menganggapnya temannya, kecuali Zela.

"Kamu aja yang pergi, hari libur aku harus kerja."

"Sia, berapa kali aku bilang jangan terlalu keras sama diri sendiri! Ada aku yang siap bantu kamu."

"Iya, udah cepat berangkat, nanti terlambat," ucap Sia sambil memandang jam tangannya.

"Apa aku engga usah berangkat juga?" tanya Zela yang tampak ragu. Ia tak enak hati meninggalkan Sia sendirian dan bersenang-senang tanpanya.

"Jangan begitu, aku tahu kamu suka kegiatan alam seperti ini. Aku engga apa-apa kok."

"Jangan sungkan minta bantuan Kak Garda kalau kamu perlu sesuatu."

Sia hanya mengangguk walaupun dalam hatinya ia tak akan pernah melakukannya. Ia keluar dari kamar Zela dan mengantar sahabatnya sampai depan gerbang. Setelah Zela pergi ke kampus dengan mobil, ia pun hendak kembali ke kosnya namun ia berhenti seketika. Ia melihat mobil BMW punya Garda yang melaju kencang dan tampak tak terkendali hingga menabrak pohon besar depan rumah. Entah apa yang terjadi pada Garda hingga tidak bisa mengemudi dengan benar.

"Garda!"
__________________

Tangerang, 22 Februari 2023

SIA - Dewasa KarenamuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang