Masih seperti biasa dan entah kapan kegiatannya itu akan berganti. Pagi cerah dengan ditemani langit biru putih yang menambah kesan bahagia dunia.
Tangan putih itu meraih pintu kecil berwarna abu-abu. Niatnya ingin meletakkan beberapa barangnya. Matanya memicing saat melihat benda tipis putih sudah tergeletak rapi disana. Sedetik kemudian, ia berinisiatif untuk mengambil benda itu, ah, itu surat yang beberapa hari ini juga sering ia dapatkan.
___________________________________________
Assalamualaikum orang baik,
Hai, Dira Ayunda...
Kamu tau nggak? Kamu terlalu baik untuk aku seburuk ini. Bahkan aku juga ngerasa nggak pantes kalo aku mengharapkan kamu. Tapi nggak papa kan?Dira, semangat untuk apapun. Jangan pernah dengan keadaan. Kamu kuat! Kamu hebat! Hingga kata nyerah nggak pantes buat kamu. Semangat hafalannya ya, semangat kukiahnya.
Thanks, kamu bisa selalu aku lihat tanpa bisa aku gapai. Obat dahaga dalam ketidak sengajaan. Makasih ya, see u for your time yang nggak pernah kamu sadar atasnya.
Secret admirer:)
___________________________________________
Tanpa ia sadari, kedua sudut bibirnya terangkat, membentuk lengkungan manis nan sempurna.
"Makasih" Itu keluar pelan, dan akan dinilai tulus oleh setiap indra yang mendengar.
Tidak ingin berlama-lama karena takut dosen sudah masuk, setelah menutup kembali pintu itu, ia melangkah pergi dari sana.
Dengan style-nya yang juga tidak teringgal, membuat gadis itu sering menjadi sorotan karena keanggunan dan kecantikannya. Seperti sejarang, Dira hanya memakai rok plisket yang dipadu dengan atasan putih dan jilbab warna senada dengan roknya, cukup membuat orang yang bertemu dengannya memuji kecantikan diparas itu.
***
Niat gadis itu hendak langsung pulang ke asrama sstelah kelas hari ini, namun itu terurungkan ketika mendengar suara cempreng teman satunya itu.
"Canteeekkkk"
"Makan ayo, seblak pak joko" Ajaknya
"Hmm, oke lah ayo" Jawab Dira setelah berfikir beberapa detik waktu.
Dua gadis itu berjalan beriringan sampai ditempat yang menjadi tujuan Dira sebelum mereka pergi ke warung seblak Pak Joko.
Pintu kotak kecil abu-abu itu mulai ia buka perlahan. "Kenapa" Tanya Vella saat menyadari perubahan raut Dira.
"Jangan lupa makan, jaga kesehatan, aku melihatmu,someone" Cicit Vella membaca tulisan yang terrangkai sempurna mengotori kertas putih yang tertempel di bagian atas kotak kardus berwarna merah.
Dira menoleh ke arah Vella, seakan meminta jawaban atas realita dunia itu. "Terima" Jawab Vella meyakinkan.
"Kamu? " Tanya Dira spontan.
"Aku ada Gibran nggak kayak kamu sendiri terus. Eh, nggak lah Ra maaf itu aja tanda-tanda" Vella sesekali terbahak atas kalimatnya sendiri. Mata yang sesekali melirik ke arah kotak yang masih belum dia sentuh sama sekali itu, membuat Dira sedikit jijik juga malu dengan keadaan.
"Ya udah aku pamit dulu,bye... " Vella lantas mulai melangkahkan kali setelah menyelesaikan kalimatnya.
"It's okay, waalaikumsalam" Jawaban Dira seketika membuat Vella menoleh dan menunjukkan jurus cengiran kudanya karena malu, kemudian sedetik setelahnya langsung kembali melanjutkan langkah dengan sedikit berlari.
KAMU SEDANG MEMBACA
RAYNDA [TERBIT]
Teen FictionYaAllah, aku yakin ada kebahagiaan yang telah Engkau rencanakan untukku ~Diraayunda 🌷🌷🌷 Tentang sebuah rasa yang terhalang dinding pesantren,kemudian jarak.Sebuah perpisahan yang di satukan oleh wak...