Tempat Untuk Pulang {ASA}

231 16 0
                                    

Assalamualaikum teman teman...
Masih disini ya
Maaf kalo banyak typo nya
Manusia gak luput dari kesalahan

Jangan lupa bintang nyata ⭐⭐⭐
Spam 🥀🥀🥀

Bismillahirrahmanirrahim

'Tempat terbaik untuk pulang bukan
Hanya berupa ruang tapi bisa berupa
Seseorang '

Sore ini sehabis sholat ashar dan mengaji, para santri melaksanakan bersih bersih rutin yang dilakukan pagi dan sore

Semua sudut pesantren dibersihkan dengan baik dan teratur. Anifa, gadis itu sejak tadi juga ikut membersihkan pondok pesantren milik ayahnya ini

Gadis itu sangat mencintai pesantren ini, itu juga ia tunjukkan sebagai rasa cintanya terhadap ayahnya, ia menarik nafas dalam-dalam dan mulai menyapu halaman pesantren yang begitu luas

Tidak lupa dibantu oleh sahabatnya, Rania. Sejak awal mulai bersih bersih mulut nya tidak henti bercerita, membuat Anifa hanya geleng-geleng kepala dan ber 'oh' ria

"Rania, kamu gak capek dari tadi nyapu sambil cerita panjang lebar?" Rania hanya menampilkan gigi rapi miliknya dan menggeleng "cuma cerita toh fa, lagian gak capek juga kok malahan seru!"

Anifa hanya tersenyum menanggapi jawaban dari sahabatnya itu "fa, kamu tau gak? Kalo aku masuk pesantren ini, rasanya beruntung banget" intonasi suara Rania sedikit merendah yang membuat Anifa menghentikan aktivitas nya dan mulai menatap sahabatnya

Gadis itu mengamati wajah manis milik Rania "kalo dulu aku gak masuk sini, aku gak akan ketemu kyai, nyai, santri santri disini dan terutama kamu"

Anifa meletakkan sapu yang dipegangnya, dan masih setia mendengarkan cerita gadis itu "dan pasti, aku bakal terus disiksa sama ayah. Yang lebih parahnya lagi mungkin aku gak bakal hidup sampe sekarang "

Setetes cairan bening mulai keluar dari pelupuk mata gadis itu, pandangan nya masih fokus kedepan sesekali menunduk menghapus air matanya. Anifa yang melihat itu lantas langsung memeluk tubuh gadis itu

Rasa sakit yang dirasakan sahabatnya itu seolah membuat nya ikut merasakan bagaimana kejamnya dunia pada gadis malang ini. "Ran, dulu sama sekarang itu beda. Sekarang kamu punya aku, punya santri lainnya dan punya tempat untuk pulang, ya pesantren ini adalah rumah kamu"

"Dan yang paling penting, kamu punya Allah untuk tempat paling nyaman buat berkeluh kesah." Rania mengurangi pelukan mereka lalu memandang wajah cantik milik Anifa "fa, jangan pernah pergi ya. Atau pindah dari pesantren ini." Ucap gadis itu dengan pipi yang masih basah

"Rania... Gak mungkin aku pergi apalagi sampe pindah dari pesantren, ini rumah aku ran..." Keduang tersenyum dan kembali berpelukan satu sama lain, seolah tidak ada yang boleh pergi atau saling meninggalkan, tapi takdir kita sudah diatur oleh Tuhan kita hanya bisa menerima.

******

Matahari sudah menghilangkan dari ufuk barat, kini berganti dengan bulan yang menyinari indahnya langit pada malam hari ini, membuat siapapun yang menatapnya menolak untuk berpaling

Setelah aktivitas malam yang para santri lakukan, kini mereka bersiap untuk tidur, karena akan ada hari esok yang penuh dengan cerita baru

Tapi semua itu tidak berlaku bagi putri kyai Khalid, malam ini gadis yang identik dengan mata indah itu masih duduk di bangku kamarnya, memandangi langit malam dengan bulan dan bintang sebagai penyempurna nya. Senyuman nya terbit kala suatu memori melintas dikepala nya

"Ayah, ayah apa kita akan terus tinggal disini"
"Iya Nifa, karena ini rumah kita
"Jika suatu saat kita kehilangan rumah kita dan harus pergi?"
"Ayah akan tetap mempertahankan rumah kita, dan Allah akan mempermudah hambanya yang berusaha"
"Ayah, Nifa janji akan terus di pesantren ini sampai tua"
"Anak ayah sama bunda emang pintar"

Ingatan itu saat dirinya dan ayahnya berada dibawah pohon rindang belakang pesantren, pada saat itu keduanya sedang berjalan-jalan mengelilingi pesantren dan tepat diumur Anifa yang ke tujuh tahun

"Ya Allah, Nifa gak akan tinggalkan pesantren ini. Sekalipun nanti Nifa harus benar-benar pergi, maka izinkan Nifa buat pulang setelah nya" pandangan gadis itu masih setia pada bulan yang seolah juga ikut menatap nya, seakan ikut mengaminkan doa yang ia panjatkan.

Terimakasih banyak guys
Jangan lupa chapter selanjutnya yaaaa
Babay...
Bintang ⭐⭐⭐
Komen ....

'manusia terlalu serakah menginginkan segalanya, padahal ia tau itu adalah hal mustahil terutama untuk kasih sayang yang lama....'

ASA: Semesta Itu Bukan Milik Kita Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang