Part 3

1 0 0
                                    

Natalie duduk di sofa yang letaknya tidak begitu jauh dari Andrew. Lelaki tampan itu menurut Natalie sangat sempurna. Ia tampan dan lebih bertutur lembut daripada Kevin. Lelaki yang membuat Natalie kesal jika bertemu dengannya.

Lelaki itu dengan sengaja membuat Natalie terkecoh hingga Kevin berhasil menciumnya. Hal yang paling ia benci, meskipun Kevin tampan dan kaya.

Andrew masih melihat CV yang Natalie bawa. Gadis cantik itu merasa cemas jika Andrew tidak suka dengannya.

"It's okey, aku suka dengan CV-mu. Hari ini kamu sudah bisa mulai bekerja." Andrew meletakkan map yang dibawa. Tatapan matanya menelisik penampilan Natalie dari atas sampai bawah.

Wanita di depannya terlihat sangat cantik dan cukup memesona. Berkulit kuning langsat dengan tinggi badan yang proposional membuat Natalie terlihat anggun. Fashion styles yang terbilang modis membuat Andrew hanya berdecak kagum.

Natalie merasa malu dengan tatapan Andrew yang membuatnya terlalu percaya diri. Ia merasa yakin jika pria di depannya akan tertarik dengannya.

"Apa ada yang bisa kukerjakan hari ini?" tanya Natalie ragu.

"Pelajari ini dan buatkan jadwal untukku beberapa hari ke depan." Andrew menyodorkan sebuah map berwarna cokelat pada Natalie."Oh, ya, jangan lupa untuk mengagendakan bertemu dengan Kevin besok. Aku ingin meeting dengannya pagi hari." Andrew menuntaskan perintahnya.

"Baik, Pak." Natalie hanya mengangguk. Wanita itu segera beranjak dan berjalan keluar.

"Oh, ya, satu lagi." Andrew berujar sebelum Natalie meninggalkan ruangannya.

Natalie berbalik menunggu perkataan Andrew. Baginya pria itu terlihat sangat sempurna.

"Kamu nggak perlu panggil aku Bapak, panggil saja Andrew. Aku belum terlalu tua untuk itu." Andrew tersenyum.

"Baik." Natalie hanya tersenyum tipis menyembunyikan rasa senangnya. Ia tidak ingin terlihat norak atau kampungan di depan Andrew. Ia ingin bosnya itu menganggapnya sebagai perempuan yang anggun dan menarik.

Natalie menutup pintu ruangan Andrew dan duduk di tempatnya. Ia mulai menatap mejanya dan mempelajari map yang diberikan Andrew. Ada beberapa agenda yang harus segera dijadwalkan untuk Andrew.

Jari jemari Natalie mulai menari di atas papan keyboard. Matanya mulai awas meneliti setiap kata dan tanggal. Tidak lupa ia menambah catatan penting di dalam note paper agar ia mudah mengingatnya.

"Sangat pekerja keras." Tiba-tiba saja Kevin datang dan menyilangkan kedua tangannya.

Natalie tidak percaya Kevin berdiri di depan mejanya. Kemunculannya sangat tidak diharapkan. Memang pada awalnya Natalie sangat tertarik bertemu dengan Kevin. Namun, kali ini Natalie merasa Andrew jauh lebih menarik daripada pria di depannya.

"Enyahlah lelaki aneh! Nggak usah sok kenal!" Natalie kembali fokus pada pekerjaannya.

"Hummm apa kamu lupa apa yang kita lakukan kemarin?" Kevin membungkukkan badannya dan membuat matanya bertatapan dengan Natalie."Apa aku perlu mengulanginya lagi agar kamu ingat soal ciuman itu? Rasanya manis sekali ...."

Natalie melihat netra yang berjarak sangat dekat dengannya. Kevin terlihat sangat tampan dan menarik. Lelaki itu terus saja memburu mata bulat di depannya. Ia seolah memberi bius agar Natalie tak beranjak dari pandangannya.

Lagi-lagi Kevin mendekatkan bibirnya dan mencium Natalie sekilas. Sepersekian detik Natalie baru tersadar jika Kevin mempermainkannya. Wanita itu langsung mengusap bibirnya berulang kali.

"Dapat! Bibirmu sangat manis sekali, aku suka itu." Kevin tersenyum dan meninggalkan Natalie yang tampak kesal. Lelaki itu tampak berjalan santai tidak merasa bersalah.

One Thousand Percent LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang