Part 4

1 0 0
                                    

"Sampai." Kevin menghentikan mobilnya. Mobil Kevin berhenti tepat di depan sebuah kafe.

Kevin membuka pintu mobil dan keluar, sedangkan Natalie masih bingung apa yang sebenarnya diinginkan Kevin darinya. Ia pikir Kevin akan membawanya ke hotel atau ke apartemen, tapi ternyata lelaki dewasa itu malah mengajaknya ke kafe.

Natalie terhenyak saat Kevin mengetuk kaca mobil. Lelaki itu mengisyaratkan agar Natalie cepat keluar.

Gegas, Natalie langsung mengambil tasnya dan membuka pintu mobil. Ia masih berjaga-jaga jika Kevin menyerangnya tiba-tiba di depan umum.

Lelaki itu terkadang bisa bersikap gila. Bahkan lebih gila dari lelaki yang pernah dekat dengan Natalie selama ini.

"Katakan apa maumu?" Natalie melotot ke arah Kevin.

Lelaki itu tidak peduli dan terus saja masuk ke kafe. Ia hanya tersenyum dan membiarkan Natalie mengikutinya kesal. Perlahan kevin memastikan agar rencananya berhasil.

Kevin duduk dan memesan makanan. Ia masih terlihat tenang mendengar ocehan Natalie yang menyita pandangan pengunjung kafe.

"Kamu diam atau aku akan menciummu di sini." Kevin terdengar mengancam. Natalie langsung diam dan menutup bibirnya.

Wanita berambut cokelat itu masih mengingat jelas saat Kevin selalu mengambil keuntungan darinya. Menggunakan taktiknya hanya untuk mencuri kesempatan.

"Apa maumu?" Natalie masih tidak habis pikir dengan perilaku Kevin. Awal bertemu lelaki itu menunjukkan sikap dinginnya. Namun, secara tiba-tiba Kevin selalu muncul dan mengejar-ngejar Natalie.

"Aku hanya ingin mengajakmu makan. Setidaknya kamu bisa makan gratis." Kevin langsung makanan yang baru saja datang.

Ia tidak peduli dengan Natalie yang masih saja terus berbicara. Ia dengan cepat melahap makanan yang baru saja terjadi. Setidaknya rasa laparnya berkurang.

"Sudah cukup ngomongnya?"

"Belum! Aku tidak akan berhenti sebelum kamu mengatakan maumu." Natalie masih saja bersikap ketus. Rasanya ia ingin segera pergi dari hadapan lelaki yang tidak membuatnya nyaman.

"Aku hanya mau makan. Tidak lebih. Apa salah kalau aku lapar?" Kevin meminum ice float di depannya.

"Kenapa harus menculikku?"

"Menculik? Aku tidak menculikmu. Aku hanya mengajakmu paksa."

"Sama saja!"

"Berbeda, lah. Aku hanya ingin kamu menemaniku makan, tidak lebih. Sekarang aku sudah selesai dan kamu boleh pergi."

"Hah?!" Natalie masih belum percaya apa yang baru saja ia dengar. Bahkan ia belum makan sama sekali, tetapi Kevin menyuruhnya pergi.

"Kenapa? Kamu boleh pulang. Aku tidak akan menahanmu. Aku sudah selesai makan dan kenyang."

Perut Natalie terdengar berbunyi. Ia merasa kikuk karena memang sebetulnya perutnya terasa lapar. Hanya saja ia merasa gengsi jika harus mengatakannya. Melihat Kevin melahap makanannya dengan nikmat membuat Natalie semakin lapar. Ia berharap Kevin akan memesankan makanan, tetapi kenyataannya tidak.

"Aku mau pulang. Kalau kamu masih di sini silakan. Aku tidak melarangmu." Kevin beranjak dan memanggil Waitress. Ia mengeluarkan beberapa lembar uang untuk membayar makananannya.

Natalie masih belum percaya yang terjadi di depannya. Kevin pergi begitu saja dan meninggalkannya tanpa mengajaknya makan. Ah, bagi Natalie ini seperti pembodohan. Lelaki itu benar-benar tengah mempermainkannya.

Gadis berambut cokelat itu merasa benar-benar bodoh. Bagaimana bisa ia dipermainkan. Padahal selama ini banyak lelaki yang selalu memohon kedanya.

"Nasib sial!" Natalie menggerutu kesal.

One Thousand Percent LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang