Junvi kewalahan sendiri. Ia menyesal menawarkan diri untuk menuruti keinginan Dasha. Karena sepertinya keinginan Dasha adalah membuatnya mati secara perlahan. Jika tau akan seperti ini, ia tidak akan pernah berkata begitu lagi. Ini sih namanya menjebak diri sendiri.
Tangannya kini penuh dengan belanjaan adiknya. Tak satupun toko yang terlewat untuk Dasha singgahi, walaupun tidak membeli. Beralih dari toko satu kesatunya lagi dan membeli barang yang ia inginkan memakai uang Junvi sendiri. Kakak siapa yang rela di peras oleh adiknya seperti ini? Walaupun ada jelas itu bukan Junvi! Uang yang selama ini ia tabung untuk membeli PS 5 itu habis seketika dalam waktu satu hari.
"Ihh lucu!!"
Junvi meringis. "Udah lah Sha uang gue abis nanti."
"Loh, loh, kok komplen sih? Kan lo udah janji mau nurutin apa keinginan gue."
"Ya tapi gak begini adikku."
"Tapi gue maunya begini kakakku."
"Ck." Decak Junvi. "Liat belanjaan lo udah mengelilingi seluruh tangan gue gini apa masih kurang?"
Dasha tampak berpikir. "Kayaknya ada lagi sih, gue lupa beli dompet LV yang gue mau."
Barang yang disebutkan membuat Junvi melongo. "Jual aja gue jual dek! Ikhlas gue anjir gila aja, lo."
"Ahahaha panik ya..."
Junvi menggerling. "Gue doain lo kepleset."
"Parah lo kak mainnya sumpah serapah." Dasha memukul kepala Junvi dengan raut kesal.
Karena kesal Dasha berjalan lebih dulu dengan kaki yang di hentak hentakkan sampai ia tidak sadar kalau ada pegawai yang sedang mengepel dan sudah ada tanda peringatan.
'BUGH'
"Awww!"
"Dasha!" Teriak Junvi berlari kearah Dasha yang malah sujud syukur di lantai Mall. "Doa gue akhirnya terkabul." Senyumnya.
"Goblok lo kak, adeknya jatoh malah bersyukur bukannya selamatin!"
"Selamat ya Dasha."
"Kurang ajar lo Junpol!" Pekik Dasha.
Keributan keduanya membuat beberapa perhatian tertuju kepada mereka. Bahkan pegawai yang mengepel pun tak tahan ingin tertawa ngakak. Mungkin pegawai itu pikir mereka sedang syuting Youtube.
Setelah dari mall, Junvi masih belum bebas dari jeratan Dasha. Kali ini lebih bertambah penderitaan nya karena Junvi harus membereskan kamar Dasha serta menanamkan seratus bibit bunga Daisy di halaman belakang yang khusus untuk Dasha dan juga Mami bercocok tanam. Konon katanya, mereka berdua ingin sekali jadi peri bunga seperti pada kartun thinkerbell. Junvi tak mengerti tapi begitulah keluarganya yang random.
Junvi mengusap keringat yang mengalir melewati hidungnya. Dan tersedak ketika butiran tanah ternyata terhisap olehnya. Masih ada delapan puluh lebih bibit bunga yang harus Junvi tanam. Ini sudah semakin sore tapi Dasha masih mengawasi nya di belakang dengan terus memberikan arahan.
"Ayo dong, lo jangan buang - buang waktu. Perkebunan gue masih gundul. Mana mau peri-peri bertamu disini kalau masih gundul?"
"Lo kalau mau lihat mimiperi itu di Instagram Sha, bukan nanam bunga begini!" Geram Junvi.
"Heh! Gue bilang peri-peri bukan Mimi peri, Bolot!"
"Sama aja itu juga peri tau."
"Beda! Apaan sih lo."
"Aarrgh udah. Gue udah gak kuat. Gue mau pergi ke planet lain aja daripada hidup sama alien kayak lo." Kata Junvi menyudahkan pekerjaannya dan berjalan masuk tanpa menghiraukan panggilan Dasha.
KAMU SEDANG MEMBACA
My Twins freak [Sequel MTB]
HumorMereka saudara kembar yang setiap harinya selalu beradu mulut. Namun mereka juga sangat kompak, Kompak dalam segala keributan yang membuat seisi rumah, sekolah, sampai gedung Istana Bogor heboh. Tiada hari tanpa adu mulut, adu domba, sampai adu ayam...