Hari Pertama Sekolah

52 5 0
                                    

Prolog

Gak pernah terbayang bahkan Denzy tidak punya wishlist untuk punya anak kembar. Setelah sah menjadi pasangan dari bapak Juna Denzy hanya ingin hidup bebas sekolah, bebas pergi, dan bebas konseran di belahan dunia. Namun pada akhirnya ia harus mempunyai dua bayi kembar.

Kedua bayi mereka kembar tak seiras. Begitulah cikgu melati bilang pada Fizi. Mereka berbeda lewat lima menit je kata Upin Ipin, sih, gitu. Dan yang menjadi kakak adalah bayi laki laki yang ganteng rupawan mirip oppa Korea dan adiknya bayi perempuan yang mirip sekali dengan kakaknya. Denzy jadi pusing sendiri melihat bayi nya, kadang suka tertukar mana kakaknya mana adiknya saking sama. Mungkin saat didalam perut si kakak memfotocopy dirinya.

"Oooakkk oaaak" begitu lah suara bayi menangis.

"Aduh kamu berisik banget sih, nak. Ini kakak atau adik ya?" Tanya Denzy membuka kain yang menggulung si bayi.

"Si kakak mulu yang nangis liat tuh si adek gak pernah nangis pas brojol. Bosen mami denger kamu yang nangis, gantian dong sama adek."

"Oooakkk!!!"

Dari lahir memang yang banyak nangis tuh si kakak. Sedangkan si adek hanya diam stay cool, walaupun nangis si adek gak pernah lama. Calon calon wanita tangguh nih.

***

Umur mereka kini semakin bertambah dan mereka semakin kompak. Kompak dalam segala keributan yang membuat seisi rumah, sekolah, sampai istana Bogor heboh. Tiada hari tanpa adu mulut adu domba sampai adu ayam ayaman mereka lakukan. Si kembar yang mempunyai sifat berlawanan yang kadang kedua orang tua mereka saja heran.

Sifat lebay, manja, barbar, malas dan aneh adalah sifat Junvi Abiella sang kakak kembar yang bersatu dengan sifat rajin, rapi, teratur, kalem, dan tukang ngegas dari Dasha Aqiella. Perpaduan yang harmonis ketika keduanya disatukan. BOM! meledak seluruh dunia. Seperti sekarang ini yang ribut karena barang MOS diantara mereka hilang.

"AKU SEMALEM BELI, PASTI DI MAKAN SAMA SI JUNPOL!" Omel Dasha yang masih mencari barang nya di kulkas. Coklat batang yang ia beli untuk memenuhi syarat MOS nya itu hilang.

"Hobi banget nyalahin gue!"

"Iyalah udah pasti gara-gara lo! Kemarin aja kaus kaki gue ilang diumpetin sama lo!"

"Ah serah deh, Junvi mau eek dulu." Balas Junvi langsung lari ke kamar mandi.

"Junpol ih, udah siang!"

"Mamih...."

Dasha merengek, sedangkan mamihnya hanya bisa bernafas menghirup udara segar di kulkas sambil meminum air dingin untuk menetralkan emosinya.

Terpaksa Dasha harus menunggu. Padahal jam sudah menunjukkan pukul 07.45 ia sudah hampir telat. Belum lagi nanti diperjalanan akan membutuhkan banyak waktu lama. Jika saja papihnya belum berangkat kerja Dasha sudah ikut pergi. Sayangnya Dewi keberuntungan sedang tidak memihak padanya.

Dan sampailah mereka pada sebuah gedung besar berisi siswa siswi unggulan didalamnya—Sekolah. Dengan pagar yang sudah tertutup rapat rapat. Sudah dipastikan mereka telat.

Dasha melepaskan helmnya dan setengah berlari untuk membuka pagar itu yang sudah terkunci. Dengan wajah kesalnya ia menoleh pada Junvi.

"Tuhkan telat! Gara-gara lo Jun!"

"Dih, gue mulu deh yang salah."

"Ya lo emang sumber masalah!"

"Kok lo ngomong gitu sih sama gue? Sumpah tega banget lo Sa, hati mungil gue jadi sedih." Junvi mempoutkan bibir, wajahnya menunduk berakting sedih.

Dasha mendegus kasar bisa-bisanya ia memiliki saudara kembar seperti Junpi yang amat sangat manja dan menyebalkan.

"Terus ini kita gimana Jun ... Gue gak mau kena hukuman."

"Kita masih anak MOS loh."

"Gue anak mamih Denzy." Ujar Junvi sambil mengedikkan bahu.

Dasha memukul kencang Junvi. "Gue serius!"

"Yaudahlah cuma MOS ini, mending kita bolos aja. Main warnet yuk!"

Dasha melotot tajam. "GILA LO!"

"Yaudah kalau gak mau ikut, gue pergi. Bye! Hati-hati sama OSIS nya." Kata Junvi menyalakan motornya dan pergi meninggalkan Dasha yang masih berdiri di pintu gerbang.

"Junpol!!! Anjir woy jangan tinggalin gue! Abang macam apa lo, tai!" Teriak Dasha.

"Heh kamu! Anak baru kenapa telat?!"

Dasha terkejut menoleh ke arah sumber suara di belakangnya. Salah satu murid dengan pakaian rapi menggunakan jas OSIS itu sedang menatapnya galak lantas bibirnya terangkat menampilkan smirk yang mengisyaratkan, jika setelah ini tamatlah riwayat Dasha di hari pertama sekolahnya.

"Kamu saya hukum."

Dasha membuang nafas pasrah, mengikuti kemana murid OSIS ini membawanya. Tangannya terkepal kuat menarik tali tas dan mulut nya menggerutu.

Awas aja si monyet Junvi itu tidak akan pernah Dasha ampuni sampai kapanpun jika hal buruk terjadi padanya hari ini.

Junvi terkikik geli melihat saudara kembar nya itu ditegur oleh OSIS ia mengambil foto dari kejauhan. Sebenarnya tadi Junvi hanya bercanda, ia tak ingin meninggalkan adiknya itu namun saat berbalik arah Dasha sudah ditegur OSIS duluan. Makannya, Junvi saat ini bersembunyi di balik pohon kelapa dan menertawakan adiknya. Junpi tak berniat kesekolah ia akan menunggu adiknya itu di warnet saja, untungnya ia membawa jaket jadi ia bisa menutupi seragamnya itu.

Mungkin ia akan melakukan ini sampai MOS terakhir. Soal Dasha yang akan melapor kepada mami, ia hanya perlu menyogoknya dengan buku novel atau es krim.

••••

HEYHO!

Sedikit dulu untuk part ini kalau rame lanjut part 2!!!! Ayo rameinnnnn!!!!! Vote dan komennya jangan lupa, ya!!!!

My Twins freak [Sequel MTB]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang