Bab 1

513 36 1
                                    

Kereta kuda berjalan dengan cepat. Hujan mengguyur atapnya. Bunyi dentuman gemiricik hujan semakin lama semakin pelan menandakan jika hujan cukup reda. Francesca tak membutuhkan payung untuk turun dari kereta. Keadaan cuaca yang buruk ini mengingatkannya pada jalanan di di sudut kota london. Yang kumuh, becek, dan rawan akan kejahatan. Para anak pasti kedinginan karena tidak menemukan selimut yang hangat.
Francesca mendesah, berapa banyak topi atau gaun yang bisa ia jual. Gaun lamanya laku di toko barang bekas. topi mana lagi yang akan lolos dari pengecekan sang ayah. Anak-anak itu membutuhkan banyak dana. Dia mungkin bisa mendapatkannya dengan mendirikan badan amal namun sayang Lady muda dianggap tak biasa jika terlalu peduli pada Masyarakat kelas bawah. Walau reputasi membebaninya namun ia tetap menjaganya demi seseorang.

Kereta kudanya telah berhenti, dia memilih tidak menggunakan payung cantik miliknya. Gaun bersihnya sudah cukup menarik perhatian.

“Lady... “

Sang pendamping marry, mengekorinya sambil memasang raut wajah khawatir. Marry memang dari keluarga tidak mampu namun Marry dibesarkan oleh keluarga petani di Lecester. Yang jauh dari keadaan kumuh serta kotor hingga yang mendorong seorang anak berusia 8 tahun untuk mencuri atau merampok demi sesuap nasi.

“Red! “Belum sempat mengetuk pintu tapi seseorang sudah membukanya.
“Aku membawa selimut, beberapa selimut. Besok hari Sabtu aku akan memberikan roti gandum juga. “

“Sudah terlalu banyak barang yang kau berikan. “

“Tidak lebih banyak dari yang telah kau beri.”

“Kalau kau sering kemari, namamu bisa tercemar.”

Francesca mendengus kesal. Bola matanya hampir diputar ke atas kalau tidak melihat seorang anak laki-laki yang bersembunyi di belakang temannya. “Hanya orang bodoh yang menerka, jika seorang perempuan berpakaian abu dengan topi lebar membosankan bisa disebut Lady, Jack. Lagi pula aku selalu mengenakan penutup wajah dan aku menyewa kereta “

“Kau masih sangat keras kepala.”
Francesca mengibaskan tangan lalu masuk rumah walau tidak dipersilakan.

“Mencuri lagi? “ sebuah lukisan pemandangan sungai venesia tergeletak tak berdaya di sudut ruangan.

Francesca tebak yang melukisnya pastilah seorang Italia yang mempunyai gaya berkelas.

“Apa yang bisa ku lakukan untuk menghidupi beberapa anak jalanan itu.”

Frascesca berjongkok, menilai lukisan siapa yang Jack ambil. Kemungkinan ia juga tahu dari rumah mana kawannya itu mencuri. “Lumayan tapi ku sarankan kau berhenti. Bagaimana kalau kau digantung atau dibuang ke daerah kontinen? Kepada siapa lagi anak-anak itu akan bergantung? “

“Jangan menasehatiku Red! “

“Aku peduli padamu sebagai kawan. “ ungkapnya dengan wajah sendu. Semenjak kecil mereka bersama. Jack mengajarinya segalanya. Mulai dari mencopet, menggunakan ketapel, bermain pedang kayu, dan ketrampilan lain. Lelaki ini dulu juga membagi makanan dengannya saat dirinya sempat hilang.

“Apa yang bisa ku lakukan untuk menghidupi anak-anak itu selain mencuri, atau menjadi tukang pukul. Judi juga keahlianku, bermain trik kartu aku bisa namun sampai kapan kecuranganku tidak ketahuan? “

Francesca mengangkat bahu karena tak tahu harus berbuat apa dengan pekerjaan Jack yang berbahaya. Jack mencintai anak jalanan sebesar Francesca mencintai mereka.

“Andai saja aku bisa menggunakan mas kawinku untuk membeli rumah penampungan yang layak. Dari sana kita bisa meminta sumbangan para bangsawan. Tapi itu jika aku sudah menikah. seorang lady muda tak biasa mengikuti kegiatan sosial atau amal yang begini. Bisa-bisa segalanya tentang aku dikorek dan itu bisa mendatangkan kemurkaan Earl of Lecester. “Yah Francesca sedang dididik menjadi istri yang baik, pelajaran menjadi tuan rumah pesta, pelajaran minum teh, menjamu tamu atau ketrampilan seperti menyanyi, bermain piano atau merajut yang lebih dibanggakan oleh ayahnya dari pada pelajaran seperti berkuda, memanah favorit Francesca. “Sebisa mungkin berhentilah menjadi robinhood. “Francesca berdiri menata gaunnya lalu tersenyum penuh arti.

“Aku pamit Jack. Jaga dirimu baik-baik. Aku akan membagikan makanan hari Sabtu nanti. “

Francesca pergi setelah melambai ke arah beberapa anak. Marry mengangguk karena sudah menurunkan beberapa selimut tambahan dari kereta. Hidup Jack keras, hidup Francesca rumit namun setidaknya mereka masih memiliki hati hingga peduli pada sesama.

🌹🌹🌹🌹🌹

“Fancesca! “ayahnya berteriak lagi. Kali ini apa yang kurang darinya. Semoga kepergiannya kemarin tidak ketahuan atau ada yang lain yang ketahuan. Earl of Lecester terkenal sangat perhitungan, serta akurat. Secuil saja hartanya hilang pastilah dicari sampai ke ujung lubang semut.

“Iya Ayah aku datang.” Untuk sementara Francesca akan meninggalkan piano yang cantik ini untuk mengurus ayahnya yang pemarah itu.

Fancesca hendak berlari namun ia ingat seorang Lady dilarang berlarian seperti seorang wanita pinggir jalan. Dengan anggun ia mengangkat roknya lalu berjalan cepat. Gaun pagi yang berwarna hijau cerah ini sedikit membuatnya tersenyum ceria. Walau ayahnya pelit namun soal mode ayahnya tidak pernah ketinggalan. Justru Francesca yang kerap memilih gaun yang ketinggalan jaman. “kenapa Ayah? “

Ayahnya malah melempar setumpuk laporan pertanian padanya. Francesca memang pandai berhitung namun ini tugas seorang perempuan untuk mengurusi bab gandum, hewan ternak dan penyewa lahan. “Ayah pekerjaan ini tidak pantas untukku. Seorang Lady tidak diberi tugas berat menggunakan otak seperti ini. “

Earl of Lecester menatap putri sulungnya dengan nyalang. Memang tabiat Francesca dari lama senang sekali melawan dan membuatnya Naik darah. “Kau mengurangi jumlah gandum yang harusnya ku jual. “

Alis Francesca Naik satu. “hanya masalah itu? Aku juga punya hak untuk lahan yang dihasilkan. “Bukan rahasia lagi kalau lahan yang ayahnya punya adalah bagian mas kawin ibunya. Ayahnya Earl of Lecester menikahi putri Duke yang tak begitu cantik lagi lemah namun meninggalkan mas kawin yang amat banyak. Salah satu mas kawin ibunya juga terikat pada mas kawinnya.

“Ingat batasanmu Francesca. Kau lebih tahu posisimu di mana. “

Ayahnya William Harley, Earl of Lecester memijit pelipisnya karena mulai pusing jika harus berdebat pagi-pagi. Mungkin sepuluh tahun lalu ia harusnya tak membawa anak ini pulang hanya demi sebuah rumah peristirahatan dan lahan di daerah Norfolk. William melakukan kesalahan fatal. Seorang gadis dengan asal usul tercela mana bisa di posisikan sebagai seorang Lady.

“Aku Francesca Hartley, cucu Duke of Norfolk. Putri sulung earl of Lecester. Aku cukup paham peranku di mana. Ayah tak perlu khawatir soal jatah gandum yang berkurang. Aku yang mengambilnya. Bukan pada petani atau penyewa lahan yang berbuat curang. Aku permisi kalau tidak ada yang ayah perlu katakan lagi. “

Francesca memutar tubuhnya setelah membungkuk sebagai tanda hormat. Senyum puas ia kembangkan, rasanya menyenangkan, perlahan-lahan ia bisa membalas ayahnya. Dulu waktu ia berusia sembilan tahun, Francesca tidak berkutik saat sang ayah membawanya jauh dari rumah. Ia pikir dulu ia beruntung diangkat dari tempat kecil ke istana yang besar nyatanya bahagia tidak diukur dengan berapa besarnya harta, pakaian yang kita punya atau topi serta sepatu yang dapat kita pakai.

Tapi ada kekhawatiran lain yang mengganjal. “Marry, kau bisa membuat roti dengan gandum utuh? “
Marry menggigit bibir lalu tersenyum pahit. “itu akan sulit. Kita harus menggilingnya terlebih dahulu baru bisa adonannya dipanggang. “

Itu kendalanya. Ayahnya sudah memboikot dapur. Francesca dilarang menggunakan pemanggang saat ketahuan pernah menyuruh kokinya untuk membuat roti dalam jumlah yang sangat banyak. “Begitu ya? Sepertinya sulit. Kau bisa kan melakukannya? Aku akan membantumu, aku akan pergi ke rumah Anne untuk memberiku tumpangan memanggang. “

Marry mendesah. Apa yang lakukan Francesca baik namun berdampak buruk untuknya. Belum hilang saat ngeri menyergap Marry kemarin ketika berada di sudut terkumuh kota London. Ia memang miskin namun rumah serta desanya jauh dari kesan kotor. Nonanya ini aneh tapi tipe penyayang berbeda sekali dengan putri bangsawan lain yang bersikap angkuh serta sombong yang Kadang menghukum pelayannya karena kesalahan kecil. Ladynya saja bahkan tak pernah membentaknya atau marah-marah. Francesca tidak menyukai sikap berbasa-basi atau pujian palsu. Lady-nya sangat terhormat, menjunjung tinggi kemanusiaan dan juga murah hati.

***"

Karya hisrom pertama yang udah tamat. Di repost di sini. Mungkin beberapa bab aja kalau mau banyaknya di akun RheaSadewa di sana udah sampai bab 20 an tapi bab totalnya ada di karya karsa.

Ceritanya jelas seru. Cuzz buruan baca

Jangan lupa vote dan komentarnya

Masked man at thr dance Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang