09.Oh, My Husband!

470 50 9
                                    

09

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


09. Panggilan kesayangan

Lily menepuk-nepuk tangannya seolah membersihkan kotoran disana. Sudut bibirnya terangkat melihat kepergian dua orang wanita dari rumahnya lalu menutup pintu dengan perasaan lega. Lily berbalik, hendak menghampiri Zerlon.

"Om, ngapain sih disitu?!" Lily tersentak ketika menemukan Zerlon tengah berdiri dibelakangnya.

"Nungguin kamu, takut diculik."

Lily memberenggut. "Siapa juga yang mau nyulik Lily!"

"Kamu kenapa kelihatan senang sekali?"

"Ya senang dong, akhirnya si ulet keket pergi juga dari sini." Lily berjalan menaiki anak tangga disusul Zerlon dibelakangnya.

"Ulet keket?"

"Itu loh, adik sepupunya Om."

"Oh, si Yeri?"

Lily mengangguk. "Iya, tom and yeri."

Zerlon tertawa kecil melihat Lily yang tampak tidak menyukai keberadaan adik sepupunya itu. "Kamu cemburu sama dia?"

"Cemburu sama kak Yeri yang rambutnya merah kaya ayam jago?" Lily berdecih pelan. "Enggak dong, Lily alergi sama perempuan gatel."

Senyum dibibir Zerlon terbit. "Kamu gak marah dia ngeliatin saya kaya gitu?"

"Kesel dikit sih, tapi biarin lah, kasian. Toh, dia cuma ngeliat muka Om doang, kalo badan dan semuanya? Cuma Lily yang bisa, cuma Lily juga yang ngerasain!"

"Itu pasti, karena kamu istri saya."

Lily mengetuk dagunya. "Tapi seru sih, kalau ada pelakor. Biasanya nih, Lily cuma baca di cerita fiksi, terus kalau Lily yang ngalamin, kayanya asik, Lily jambak-jambak itu pelakor sampe gundul kaya ipin."

Zerlon mendelik. "Jangan aneh-aneh, Bunga Lily. Sudah baik hubungan kita gak ada orang ketiga."

"Hubungan tanpa orang ketiga itu kaya aspal baru dikeramik, mulus, datar."

Helaan napas keluar dari mulut Zerlon. Duduk di tepi kasur dan menarik pinggang Lily. "Saya yang gak tertarik ada orang ketiga dihubungan kita."

"Kenapa, Om?"

"Karena berdua sama kamu lebih cukup dan lebih baik," timpal Zerlon.

"Iya dong, apalagi berduan sama Om. Pasti seru banget, asik, anget. Gak kaya para jomblo yang cuma bisa ngeliatin orang bucin, ngenes."

Zerlon terkekeh, tangannya terulur mengusap puncak kepala Lily gemas.

"Li, saya ada satu permintaan, boleh?"

Lily menatap Zerlon sebentar lalu mengangguk dua kali. "Boleh, apa itu?"

"Panggil saya, sayang seperti yang kamu lakukan tadi."

Manik Lily melebar kemudian mengerjapkannya. "E-emang gak papa, Om?"

"Memang siapa yang gak bolehin? Saya suka kamu manggil saya seperti itu," balas Zerlon jujur.

"Baiklah, Om. E-eh sayang..."

"Good girl," ucap Zerlon dengan suara berat membuat bulu kuduk Lily meremang.

"Kenapa ayy?"

"Ayy?" cicit Lily.

"Panggilan kesayangan untuk kamu."

Lily manggut-manggut. "Lily mau bersih-bersih."

Zerlon menahan lengan Lily. "Saya mau sama kamu, jangan pergi."

"Lily gak pergi, Lily mau bersih-bersih sayanggg. Badan Lily bau kecut," kata Lily mencium aroma tubuhnya yang wangi.  Tidak ada kecut-kecutnya sama sekali.

Zerlon menggeleng pelan, matanya menatap Lily penuh memohon. "Saya mau sama kamu, tidak perlu mandi kamu sudah wangi, sayang."

"Tap--"

Lily melotot ketika Zerlon menarik tubuhnya dan berakhirlah ia berada diatas Zerlon sekarang. Merasakan kulitnya bersentuhan dengan kulit Zerlon, mata keduanya bertemu dan lagi Lily merasakan degup jantung Zerlon yang cepat.

"S-sayang."

Cup!

Zerlon mencium bibir Lily, hanya mencium tidak lebih. Ia masih sadar dan tidak mau melakukannya sekarang. Setelahnya ia merengkup tubuh kecil Lily, mencium ceruk leher sang istri hingga membuat Lily kegelian.

"Shhh...Sayang, gelii."

▫️▫️▫️

Pagi-pagi buta bel rumah Lily sudah berbunyi. Lily yang masih tertidur pulas terpaksa bangun meskipun matanya masih setengah tertutup.

Dibukanya pintu utama rumah dan menampilkan Leron dengan cengir kudanya menyapa sang adik tanpa rasa bersalah.

"Kak Leron ngapain kesini, sih?"

Leron mendengus kesal. "Mau main lah, bukannya lo yang nyuruh gue buat sering main kesini, lupa lo?"

"Lily gak lupa tapi maksud Lily gak dateng sepagi ini juga, Kak!"

"Orang gue pengin dateng kesini sekarang, masa gak boleh. Awas dah, gue mau masuk. Ada tamu bukannya disuruh masuk malah diomelin gak jelas!" Leron mendorong pelan Lily lalu masul ke dalam rumah, mendaratkan pantatnya di sofa depan televisi lalu memakan cemilan disana.

Lily menutup pintu kasar. "Kakak dateng bukannya bawain makanan malah ngabisin makanan."

"Tamu adalah raja, ngapain gue bawain makanan kalo disini aja banyak, mana mahal-mahal! Nih toples juga, ada emas-emasnya."

"Lebih mahal toplesnya ketimbang Kakak!"

"Heh dasar adek laknat!"

"Ada apa ini?" Zerlon turun dengan wajah bantalnya. Tidurnya terganggu karena tidak merasakan keberadaan Lily.

"ANJIRRR, LO BERDUA HABIS NGANU-NGANU? LON BAJU LO KEMANE? ASTAGA ADEK GUE UNBOXING LO BENERAN?!"

Zerlon membuka penuh matanya begitu juga dengan Lily ketika suara melengking Leron menyadarkan mereka.

Lily melotot melihat badan Zerlon tanpa atasan. "Sayang, baju kamu!"

"Gerah ayy, ac-nya mati."

Zerlon mendesah kecewa. "Jadi kalian gak anu-anu?"

Lily menggeleng. "Ayang Zerlonnya gak mau!"

"Lo gak doyan sama adek gue, Lon?"

"Bukan begitu saya--"

"LI, LO KURANG GATEL SIH!"

TBC

Oh, My Husband! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang