06. Oh, My Husband!

767 44 0
                                    

06

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

06. Penolakan?

Zerlon menatap bahu mungil Lily dari belakang. Setelah perdebatan kecil antara keduanya, Lily pun akhirnya tertidur pulas. Seuntas senyum terbit, gadis kecil dihadapannya kini menyandang status sebagai istrinya. Aneh memang ketika Zerlon mendaptkan istri yang jauh dibanding umurnya sekarang.

Tangan Zerlon bergerak memeluk perut Lily, menaruh wajahnya ke ceruk leher dan mencium aroma tubuh Lily. "Malam pertamanya kita ganti lain waktu. Saya gak mau ambil keperawanan kamu sekarang."

Betul, Zerlon menolak ajakan Lily untuk malam pertama. Zerlon tidak akan membiarkan istrinya kesulitan. Umur Lily masih cukup muda, ia juga masih menginjak SMA. Zerlon bukan lelaki gila nafsu, dia bisa menahan hasratnya sampai waktu itu tiba.

▫️▫️▫️

Pagi hari yang cerah Lily merasa tidurnya terusik karena aroma sedap yang ia cium dari arah dapur. Gadis itu bangun, mengucek matanya sesaat sebelum beranjak keluar dari kamar.

Lily cukup kesulitan mengingat ruangan di rumah Zerlon yang begitu luas seperti istana presiden.

"Mau kemana?"

Lily tersentak menoleh ke belakang.

"Ihh... Om Zerlon ngagetin!"

Zerlon terkekeh kemudian mendekati Lily. Mencium kening Lily sekilas membuat gadis itu degdegan bukan main.

"Good morning, istri."

"Morning too suami."

"Om... Laper..." adu Lily sembari memehang perutnya yang keroncongan.

"Mari kita makan Nyonya, saya sudah memasakan sesuatu untuk Nyonya cantik," kata Zerlon menggandeng tangan Lily dan membawanya menuju ruang makan.

Lily tertawa kecil mendapat perlakuan manis dari Zerlon. Sangat diluar dugaan, mengingat wajah lelaki itu yang datar dan dingin. Namun ternyata sikap Zerlon berbanding terbali.

"Terimakasih, Mas suami yang ganteng!"

Seakan lupa dengan kekesalannya semalam. Pagi ini dia sudah dibuat bahagia oleh Zerlon, ya karena lelaki itu memperlakukannya sangat baik.

"Telor puyuh balado?" gumam Lily.

Zerlon mengangguk, menarik kursi dan mempersilahkan Lily untuk duduk. "Suka? Saya tahu kamu suka sekali telor puyuh balado."

Lily mengangguk antusias. Tangannya bergerak mengambil piring dan makanan untuk Zerlon lalu untuk dirinya sendiri. "Selamat makan, Om Zerlon."

"Selamat makan, Bunga Lily."

Lily melahap telur puyuh balado itu dan berhasil membuat matanya berbinar. "Uwaaahhhh.... Enwak bawngetttt!"

"Kunyah dulu, nanti kamu kesedak."

"Ini enaak bangetttt!" kata Lily setelah menelan makanannya.

"Kamu suka?"

Lily mengangguk. "Sukaaa, kok Om jago sih masaknya?"

"Saya pernah belajar memasak sama Mamah," sahut Zerlon santai.

"Om Zerlon yang maco kaya preman pasar, belajar masak sama Mamah?" tanya Lily masih tidak percaya.

Zerlon itu tampan, selain tampan ia juga maskulin. Wajahnya tegas dan rahangnya kokoh. Terlihat dingin dari luar. Namun hangat dari dalam. Lily sangat tidak menyangka jika Zerlon pandai memasak. Mungkin akan banyak fakta yang membuat Lily lebih terkejut lagi nantinya.

"Dulu saya belajar memasak karena ada penilaian dan Mamah ngajarin saya masak. Dari situ saya bisa masak sedikit-sedikit."

"Gak salah Lily punya suami kaya Om Zerlon. Ganteng, tajir, baik hati, dewasa, pinter masak pula, Ya Allah ini mah lebih dari yang diwattpad," celetuk Lily bangga.

"Kamu suka sekali membaca wattpad?"

"Suka donggg, ceritanya bagus-bagus!"

"Apa perlu saya membeli perusahaan wattpad untuk kamu?"

▫️▫️▫️

Lily mendengus sebal dengan rentetan tulisan berbahasa asing di papan tulis. Otaknya serasa menolak mentah-mentah tulisan itu. Lidah Lily hampir saja kesleo membaca salah satu kalimatnya.

"Gak suka bahasa inggris!" celetuk Lily mencoret lembar belakang bukunya.

"Bahasa inggris gak bisa, bahasa daerah gak bisa, lo bisanya apa sih?" sungut Ama. Setiap pelajaran bahasa inggris pasti sahabatnya itu selalu mengeluh.

"Bahasa korea. Annyeonghaseyo!"

"Bibir lo monyong!" Ama menepuk bibir Lily.

"Ngeselinnn!"

"Suami lo tuh pengusaha besar, Li. Masa lo gak bisa bahasa inggris, malu-maluin." Giya berbisik dari belakang Lily.

Lily berdecak. "Kenapa harus malu? Aku bisa bahasa Indonesia aja udah cukup. Toh, yang jadi pengusaha kan Om Zerlon."

"Serah lo deh!"

Lily mengedikkan bahunya. Melanjutkan sesi mencatat dengan sembarangan. "Om Zerlon lagi ngapain ya dikantor? Kangen deh," gumam Lily.

Gadis itu melihat jam yang melingkar ditangannya. Lima menit lagi bel pulang sekolah berbunyi. Tandanya pelajaran akan berakhir dan dia bisa bertemu sang suami.

"Li, malem pertama lo gimana?" tanya Ama tiba-tiba.

Lily memberenggut kembali menginhat penolakan Zerlon. "Gagal, mas suami gak mau malam pertama!"

"Kok bisa sih? Lo pakai baju dari kita, kan?"

"Heum. Lily udah ngeraba pahanya juga, bisikin juga tapi Om Zerlon tetap gak mau, katanya nanti aja nunggu Lily lulus sekolah," jelas Lily.

Giya meringis. "Lo sampe ngeraba pahanya tapi dia tetap gak mau?"

"Iya." Lily menunduk sedih padahal semalam ia sudah gatal kaya lonte depan gang.

Ana mendesah kecewa. "Gagal deh gue punya keponakan!"

"Kita lulus kapan sih, Gi, Na? Lily gak sabar nganu sama Om Zerlon. Penasaran rasanya gimana, sih?" Sepertinya otak Lily yang polos ini sudah kotor karena membaca cerita dewasa.

Giya meringis. "Lima bulan lagi. Sabar ya, gue gak tau gimana rasanya malam pertama kan gue jomblo."

"Ya udah Giya nganu sama Jalan aja sekarang."

TBC

Oh, My Husband! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang