Chapter 9.

35 9 2
                                    


Yarkuv.. Jangan buang-buang waktu lagi.

Suara itu secara tiba-tiba muncul di pikirannya, tentu Zay'an tau apa maksudnya cuman dia tak yakin bisa melakukannya.

Tapi yah.. Apapun yang terjadi dia tidak akan bisa mati, Zay'an belum ditakdirkan untuk meninggalkan dunia yang ia tempati setidaknya sampai waktunya tiba.

Wush.

Sepersekian detik Zay'an sudah berada di depan traveler tsb, traveler itu tentu terkejut bersama benda terbang di sampingnya.

"UWAAKHHHH!!!" Teriak Paimon yang sangat amat terkejut.

"GILA MUNCUL KAYAK HANTU! BIKIN JANTUNG PAIMON HAMPIR COPOT!" Omel Paimon ke Zay'an.

Daripada ngomel-ngomel seperti Paimon, Traveler itu lebih penasaran kenapa Zay'an mencarinya.

"Ada apa?" Tanya Lumine ke intinya.

Zay'an diam sebentar, dia sedikit merubah suaranya menjadi sedikit lebih enteng "Aku akan bergabung denganmu." Jawabnya membuat 2 insan itu membatu tak percaya.

Paimon melirik kearah Lumine, Lumine melakukan hal yang sama. Mereka berdua bisik-bisik enggak guna soalnya Zay'an masih bisa dengar.

Zay'an melihat raut wajah mereka yang masih ragu-ragu, "Aku bisa membantu perjalanan kalian ke Liyue lebih singkat." Ucap Zay'an memberikan tawaran.

"Kalian pasti akan terburu-buru ingin pergi ke Liyue setelah mendengar apa yang Archon Barbatos katakan." Mereka berdua terkejut karena Zay'an tau bahwa mereka akan menemui archon barbatos.

"Aku tunggu, esok temui aku di thousand winds temple." Setelah itu Zay'an menghilang dari hadapan mereka berdua.

Paimon Khawatir, "Lumine Paimon Khawatir, Sepertinya pria itu cenayang. Bagaimana jika nanti dia akan mengambil jiwa kita?!" Ujar ketakutan Paimon kepada Lumine.

Lumine sebenarnya khawatir juga tapi dia berusaa sebaik mungkin untuk positif thinking.

"Bagaimana kalau kita tanya pendapat Venti? Sepertinya Venti tau sesuatu tentang pria itu." Saran Lumine, Paimon menyetujui saran tersebut "Baiklah, Ayo ke pengamen itu!"

Beberapa saat kemudian...

Lumine bertanya pada Venti- Barbatos saat ia membuka sesi tanya jawab, "Oh, Pria yang kalian maksud adalah pria yang akhir-akhir ini jadi bahan pembicaraan di kota?" Tanya Venti memastikan, mereka berdua menjawab dengan mengangguk.

"Sebenarnya.. Aku juga tidak tau siapa pria itu." Jawaban Venti membuat mereka berdua kecewa.

"Sepertinya kalian ketakutan, Baiklah akan kuceritakan sebuah kisah yang pernah aku dengar dulu." Ucap Venti.

"Beribu-ribu tahun yang lalu ada seseorang yang tidak diketahui identitasnya, dia dikenal sebagai dewa kegelapan. Dia bukanlah seorang dewa tapi dia dicap sebagai dewa karena berhasil membunuh dewa asli dan melepaskan segel yang ada padanya."

"Orang itu suka menghancurkan negara damai dan membunuh warga dalam negara tersebut. Dia tidak bisa dihentikan bahkan membuat dewa lain terancam. Tapi konon keberadaannya semakin tahun semakin samar hingga akhirnya hilang bak ditelan bumi, sampai sekarang tidak ada yang tau dimana dia."

"Yah, pria itu sangat mencurigakan bisa saja itu ternyata dia yang berpura-pura sebagai warga biasa." Sejujurnya Venti hanya menakut-nakuti saja, tapi cerita itu benar adanya.

"Lumine, bagaimana ini?! Paimon takut kau dijadikan target lalu jiwamu diambil, Kyakhh!!!" Panik Paimon saking ketakutannya.

"Tenanglah, semua akan baik-baik saja. Aku hanya bercanda, pada intinya aku tidak tau siapa pria itu, kita juga tidak boleh menuduh sembarangan." Venti berucap omong kosong.

"Baiklah, terima kasih venti. Ayo Paimon."

"Tunggu Lumine kamu mau kemana? Jangan bilang.."

"Sudah ikuti saja dulu."

Setelah mereka sudah berada jauh dari Archon itu Zay'an baru muncul dihadapan mereka.

"UAKH!" Kaget Paimon karena lagi-lagi Zay'an muncul secara tiba-tiba. Lumine kaget juga tapi ia segera menetralkan rasa kagetnya.

Lumine memberanikan dirinya untuk bertanya pada Zay'an tentang cerita yang diceritakan Venti tadi.

"Apa kau-" sebelum Lumine mengucapkan kalimatnya Zay'an sudah memotong.

"Cerita itu tidak memiliki bukti kenyataannya, itu hanyalah cerita dari manusia ke manusia lainnya." Ucap Zay'an sudah menebak apa yang akan Lumine bicarakan.

"Tapi selain itu kita juga tidak tau pasti siapa dirimu." Balas Lumine setidaknya dia ingin kecurigaannya berkurang sedikit.

Zay'an menatap malas mereka berdua dari balik topengnya, 'Manusia lemah tapi sangat angkuh.'

"Aku hanya seseorang biasa, jika memang benar aku ingin membunuhmu maka sudah kulakukan semenjak kita bertemu." Jelas Zay'an, "Aku bisa membunuhmu tidak kurang dari satu detik, aku bisa membunuhmu kapan saja tapi itu tidak kulakukan. Bukankah itu sudah lebih dari cukup sebagai pembuktian?" Sambung Zay'an.

Lumine berpikir seribu kali, perkataan itu memang benar tapi bukan berarti dia harus setuju begitu saja.

Malas berlama-lama Zay'an memberitahu saja tujuannya "Tujuanku adalah mati, mungkin aku akan mati saat mengembara bersamamu." Jelasnya tentu alasanan seperti itu mengagetkan mereka berdua.

Paimon dan Lumine lirik-lirikkan lagi sebelum akhirnya berbisik-bisik yang ga guna lagi.

"Lumine, kau percaya orang itu? Alasannya mengada-ada sekali!" Bisik Paimon, "Tapi mungkin saja benar, dia ingin mati terhormat sebagai pengembara." Balas Lumine berbisik juga.

Setelah mereka berdua berdiskusi, baru berbalik badan menghadap ke Zay'an. "Kami akan putuskan tergantung dirimu yang mengatakan bisa membuat perjalanan ke liyue lebih singkat." Ucap Lumine sudah memutuskan dengan matang.

"Kapan kalian pergi?"

"Mungkin, sekarang?"

"Pegang." Zay'an mengulurkan kedua tangannya, membuat mereka berdua bingung tapi mereka menuruti.

"Ini akan memusingkan, jadi pegang erat." Jelas Zay'an, Lumine ingin bertanya tapi tiba-tiba penglihatan mereka langsung berubah.

.

.

.

.



Why I Am Still Here? ✥𝘎𝘦𝘯𝘴𝘩𝘪𝘯 𝘐𝘮𝘱𝘢𝘤𝘵•𝘍𝘢𝘯𝘧𝘪𝘤✥Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang