10、aksa & harin

144 28 2
                                    

Tuesday. Seperti hari Selasa biasanya, kelas 11 IPS 3 memulai hari dengan sejarah Indonesia. Dimana guru pelajaran ini gak pernah absen buat nyuruh murid-muridnya maju ke depan kelas untuk menjawab apapun pertanyaannya yang beliau kasih.

Biasa lah guru muda masih semangat ngajar.

"Nah untuk soal ini ibu mau yang jawab perempuan ah, hmmm, kamu!" ucap Bu Intan.

Maudyn yang merasa ditunjuk itu melotot dan menunjuk dirinya sendiri untuk memastikan dan Bu Intan mengangguk.

"Maw, ganbatte kudasai!" ucap Yolan disamping Maudyn.

Sial banget Maudyn pagi-pagi. Maudyn pun berdiri dengan perasaan sebal.

"Oke, apa jawabannya Maudyn?" tanya Bu Intan dengan tangan menempel dipundak Maudyn.

Maudyn sih emang niatnya jawab bahkan dia ke depan bawa buku paket. Di bukalah buku paket tersebut dan syukurnya langsung ketemu jawabannya.

"J. P. Coen, bu." jawab Maudyn.

"Bener gak temenmu ini?" tanya Bu Intan kepada seisi kelas dan disetujui oleh mereka bahwa jawaban Maudyn benar.

"Mantap! Tepuk tangan dulu buat Maudyn."
"Oke Maudyn, kamu boleh pilih anak cowok yang belum kedepan buat jawab soal terakhir ibu."

Maudyn dengan senang hati memilih. Dilihat lah murid cowok kelasnya dan bertemulah pandangannya dengan Hariz. Maudyn mau aja pilih Hariz untuk jawab karena dia pun belum maju.

Tapi untuk menghindari kejadian yang akan terjadi antara Maudyn dan Hariz jadi Maudyn mengalihkan pandangan dan memilih Wino yang berada tepat dibelakang Hariz.

"Wino bu!" ucap Maudyn kikuk. Hariz yang.. gak berharap dipilih juga sih, cuma dia ngeliatin Maudyn daritadi pun tersontak.
Sedih dikit sih, senengnya banyak karena gak disuruh jawab elekekkw. Harusnya Hariz berterima kasih ke Maudyn tau.

Dikirain diliatin terus tuh mau dipilih taunya nggak, batin Hariz.

Yang ditunjuk Maudyn yang paling tersontak, Wino yang lagi bengong tiba-tiba dipaksa untuk jawab padahal dia daritadi gak mudeng. Mau nangis aja Wino.

Maudyn memberi tanda maaf ke Wino yang mukanya udah melas gitu.

"Sorry Wino.." gumam Maudyn kecil dibangkunya lalu melirik sekelibat bangku Hariz tanpa sadar.

_______________________________

    Masih dengan perasaan muram seperti kemaren, Hariz memarkirkan motornya didepan warung Aksa setelah pulang sekolah. Dia niatnya mau mampir dan menenangkan hatinya yang gegana.

Semoga di warung Aksa dia bisa kehibur dikit sama bercandannya Aksa.

Hariz duduk leha-leha dikursi bambu panjang didepan tempat memesan makanan diwarung tersebut.

"Bang, ini mau nyambungin ke bluetooth dong," celetuk Hariz lalu mengambil handphonenya disaku celana. Udah mah hati galau, cuaca hari ini panas banget padahal udah keitung sore.

Hariz membuka seluruh kancing seragamnya. Tenang aja, Hariz pake daleman kaos lagi kok.

Hariz melirik ke belakang, gak ada balasan juga dari Aksa. "Woy bang, lu dimana sih?"

"Sabar kek anying ini gua lagi masang gas." jawab Aksa dibalik etalase transparannya itu.

Hariz terkekeh kecil. Sebenernya Hariz nanya tuh cuma basa-basi doang biar gak hening banget dan biar Aksa tau keberadaan Hariz didepan warungnya itu.

Hariz mah hari-hari juga selalu numpang wifi-an di warung Aksa sambil denger lagu dispeaker.

"And I go crazy 'cause here isn't where I wanna be
And satisfaction feels like a distant memory
And I can't help myself
All I wanna ever say is, "Are you mine?"
Well, are you mine? (Are you mine tomorrow?)
Are you mine? (Or just mine tonight?)
Are you mine? (Are you mine? Mine?)"

unpredictable harizTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang