13、secrets that have held in maw's heart

200 33 5
                                    

    Maudyn kembali membuka video senam yang diberikan oleh gurunya itu, hanya untuk memastikan gerakannya lagi. Sebenernya Maudyn udah hapal sih, cuma mau mastiin aja udah bener atau nggak.

Maudyn yang sedang jongkok daritadi melirik ke belakangnya yaitu ke Hariz yang sedang pemanasan.

"Lo udah apal gerakannya belum?" tanya Maudyn.

"Apal lah, gua ntar nyontek aja ke lo, Maw." jawab Hariz. Maudyn menggeleng-geleng lalu kembali menatap handphonenya.

Setelah beres nonton, Maudyn memposisikan handphonenya untuk dirinya dan Hariz. Ia juga sudah menaruh handphone Hariz untuk nyetel video senam.

Jadi, ponsel Maudyn untuk merekam, ponsel Hariz untuk nyontek.

Maudyn bangkit dari jongkoknya, "kita latihan dulu yaa, kalo udah biasa sama gerakannya baru take beneran."

"Langsung direkam aja, Maw. Siapa tau bisa one take kan."

"Gue gak yakin sama lo," gumam Maudyn yang ternyata Hariz dengar itu.

"Buset, Maw.. eh, bentar, ini rambut gua nusuk mata anjir." keluh Hariz lalu menyisir kasar rambutnya.

Maudyn beralih menatap Hariz yang berada dibelakangnya. "Yaelah, iket dulu lah. Ada iket rambut gak?" tanya Maudyn.

Hariz melepas ikat rambut yang ada dipergelangan tangannya itu, lalu menyodorkannya ke Maudyn. "Iketin dong."

"Hah??? Bisa sendiri lah?"

Hariz menggeleng dengan wajah polosnya, "gak bisa gua—AAAAKH! Tangan gua keram." ucap Hariz ALAY banget biar diiketin rambutnya.

"Serius gak sih lo???" ucap Maudyn tapi tetep aja mengambil ikat rambut itu. Tindakannya bertolak belakang dengan kalimatnya.

"Nunduk," perintah Maudyn. Hariz menurunkan badannya, menyamakan dengan Maudyn agar dia mudah untuk mengikat rambut Hariz.

"Emang rambut lo panjang gini gak ditandain pak Suseno apa?" protes Maudyn dengan wajah seriusnya.

Banyakin ngomong dan jangan liat Hariz, fokus sama rambut! pikir Maudyn. Biar gak keliatan lagi tegang karena jarak yang SUPER TIPIS diantara mereka.

Mungkin dengan jarak segini, Hariz bisa mendengar detak jantung Maudyn yang gak karuan. Gawat!

Hariz yang sedaritadi memandang wajah Maudyn itu tersenyum kecil. "Gua udah jarang ketemu si Sus lagi." jawabnya.

Maudyn gak jawab, dia sedang mengontrol ekspresi wajahnya karena daritadi Hariz ngeliatin mukanya mulu.
Gimana gak risih sih?

"Jangan liatin terus dong!" protes Maudyn.

"Siap siap," Hariz memalingkan wajahnya ke arah lain.

"KEPALANYA JANGAN IKUT GERAK!" protes Maudyn LAGI. Tapi kali ini sambil ketawa soalnya ngakak liat muka Hariz yang tadi Maudyn pukul pelan. Kelewat emosi.

"Aw.." keluh Hariz drama.

"Nah, udah udah. Ribet sih lo dilan cepmek."

"Jelek banget anjir ngatainnya." ucap Hariz sambil memainkan rambutnya yang sudah diikat kayak si Mancung.

"Mulai ya, Riz. 1..2..3.."

_______________________________

Langit sudah berubah warna menjadi gelap. Saat perjalanan ke warung Aksa, Hariz dan Maudyn sudah ditimpa hujan yang sedikit-sedikit lama-lama jadi bukit. Alias tiba-tiba deres. Makanya Maudyn sedikit lari pas udah deres, untung udah deket.

unpredictable harizTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang