BAB 6 : Pemalas

121 21 3
                                    

Sudah sebulan semenjak Felix pindah ke kelas baru, semua pandangannya tentang ketidaknyamanan di kelas baru itu perlahan berubah.

Pagi ini Felix datang terlambat, karena ia terlalu santai. Sebenarnya tidak bisa di katakan terlambat, namun bagi Felix si rajin yang selalu berangkat empat puluh menit sebelum bel masuk tentu saja pukul enam lebih lima puluh di katakan terlambat.

Felix berjalan masuk ke dalam kelasnya, sedikit tertegun karena kelas ini sudah sangat ramai. Mereka sangat berisik, mungkin kelas lain akan terganggu dengan ini.

Felix menghampiri bangkunya yang kini tengah di duduki oleh Son Eric, ia menatap Eric malas.

"Minggir!"

Eric yang tengah tertawa bersama Karina itu menatap Felix, "eh si cantik, tumben siangan nih?"

Felix berdecak, "minggir Eric, ih!"

Eric terkekeh, "bilang gue ganteng dulu coba?"

"Karinaaa! Usir Ericnyaaa!"

Karina sendiri terkekeh melihat Felix, "minta bantuan Hyunjin gih, atau bilang aja ganteng gitu."

"Dih sama aja!"

Felix menarik telinga Eric, "minggirrr! Gak mau tau harus minggir atau gue gebuk lo!"

Eric meringis sembari memegangi telinganya, "aargggh! Aduh aduh Felix sakit oyy ampunn!"

Felix menarik telinga Eric membuat Eric ikut tertarik agar sakitnya tidak berlebih, akhirnya Felix melepaskan tarikan tersebut setelah mengusir Eric dari tempat duduknya.

Hyunjin datang merangkul Eric, menatap Felix dengan pandangan mengejek. Felix yang di tatap seperti itu langsung melemparkan tatapan sinisnya.

"Udahlah, Ric. Jangan duduk di tempat orang galak, nanti jodoh sama Felix gimana?"

"GUE AMIN PALING KENCENG LAH BABI!" Eric menghempaskan tangan Hyunjin dan sedikit menempeleng kepalanya.

Felix menatap Hyunjin tajam, "BACOT! Lo dower, jelek!" Felix duduk di bangkunya dengan dengusan.

Karina tertawa, "gue terpesona sama muka lucu lo, Fel. HAHAHAH!"

Felix menoleh, mencubitnya lengannya membuat Karina meringis pelan.

"Tuhkan galak! Udah sini Karina sama mas aja sayang sini!" Hyunjin menarik lengan Karina yang masih di sisi Felix.

"MUNTAH SEKEBON!"

..
..
..

Jam kosong menjadi jam favorit bagi siswa-siswa pemalas, yah Felix salah satunya. Tidak terbilang pemalas, tapi siapa yang tidak menyukai jam kosong?

Kebebasan terjadi di kelas 12 IPS II, guru mapel mereka sakit. Meskipun mendapat tugas, mereka bisa mempercayakan itu kepada Felix. Beberapa minggu ini Felix akhirnya bisa dekat dengan teman kelasnya karena Hyunjin, ia selalu di libatkan dalam obrolan dan candaan.

Tugas yang di tinggalkan telah selesai, tinggal mereka menyalin tugas Felix. Benar-benar kelas beban, hanya berpusat pada satu siswa pintar.

"Felix ini tugasnya lo ngerjain bener kan? Kalo gak bener gue nikahin lo," ujar Eric sembari menulis tugas yang sama persis dari buku Felix.

Shuhua menoyor kepala Eric, "lo udah nyontek, gak tau diri lagi!"

"Dih sirik lo? Kenapa? Mau gue nikahin juga hah?!"

Felix yang duduk di bangku merasa pening mendengar keributan itu, di saat-saat seperti ini lah mereka berbondong-bondong memutari meja Felix. Para siswa mengatakan jika Karina paling beruntung karena bisa duduk nyaman di samping Felix. 

Felix mendengus, ia mengedarkan pandangannya. Ia menatap Hyunjin yang terlihat santai tertidur di bangkunya, di belakang.

"Hyunjin santai banget kayaknya," ucap Felix.

Jisung yang berada di samping Felix tertawa, "gak heran, dia aktif organisasi tapi pelajaran gak peduli."

Felix melirik Jisung yang masih sibuk menulis, "kok lu tau?"

"Gue sering main ke kelas ini sebelumnya, awokawok."

"Tapi dulu dia anak baik-baik, loh."

..
..
..

"Tugas udah di tulis?"

Hyunjin mengangkat kepalanya, menatap Felix yang kini berdiri di sisi meja. Kemudian matanya mengarah ke Yeji.

"Udah di tulisin."

Felix menggeleng, "lo kenapa? Gak peduli sama tugas gini, udah mau lulus loh?"

Hyunjin memutar bola matanya malas, "biar aja sekalian gak lulus, sumpah gue males, Fel."

"Kok gitu?!"

"Mending lo temenin gue bolos."

Felix terkejut saat tiba-tiba lengannya di tarik oleh Hyunjin, ia di seret keluar dari kelas. Sedangkan siswa lain memilih abai dan melanjutkan menyalin tugas.

Hyunjin terus berjalan tanpa melepaskan genggaman tangannya kepada Felix, sesekali Felix protes karena Hyunjin berjalan cukup cepat membuat ia sulit mengimbangi langkah Hyunjin.

"Hyunjinn, gue gak suka bolos!"

Hyunjin menghentikan langkahnya, membuat Felix juga ikut berhenti. Hyunjin berbalik, kemudian menatap Felix.

"Lo katanya pen gue anggep adek? Masa nemenin kakaknya gak mau, cuman nemenin gue aja elah, Fel."

Felix menghela nafas pelan, "oke-oke gue temenin, mau kemana?" 

"Rooftop!"

..
..
..

Maka disini mereka sekarang, memandang keindahan kota Seoul dari rooftop ini. Felix sedikit tertegun melihat Hyunjin begitu menikmati suasana, apalagi angin yang menerpa wajahnya membuat anak rambut itu menambah kesan ketampanan seorang Hwang Hyunjin.

"Gue juga pengen rajin, Fel."

Hyunjin menundukan pandangannya, kemudian beralih ke arah Felix yang masih tetap menatapnya lamat.

"Lo pinter dari kapan?"

Alis Felix mengerut, "pertanyaan macem apa itu?"

"Okay, gimana orang tua lo pas lo dapet nilai gak bagus atau prestasi anjlok?"

"Biasa aja, cuman bilang gue udah ngelakuin yang terbaik."

Hyunjin mengangguk, "gue jadi iri."

"Karena?"

"Gue terakhir kali denger 'saya bangga sama kamu Hwang Hyunjin' dari papa aja udah lima tahun yang lalu."

"Kenapa lo percayain gue tentang cerita lo itu, Hyunjin?"

Hyunjin menghela nafas, "gue pengen rajin juga, ajarin gue Fel."

Felix mengangkat kedua alisnya, "percaya banget gitu gue rajin orangnya? Gue aja buka buku kalo ada tugas doang," jawab Felix.

"Tapi kok lo pinter?"

"Takdir kali."

Hening, Hyunjin tidak menjawab. Felix mendudukan dirinya di sofa yang tersedia, kemudian menyuruh Hyunjin untuk duduk di sampingnya.

Sofa itu berasal dari anak-anak nakal yang sering berkunjung ke rooftop.

Hyunjin menurut, ia duduk di samping Felix dengan ekspresi yang terlihat murung sekarang. Rasanya ia ingin mengeluarkan semua keluh kesah karena mendapatkan aura sang mama yang telah tiada di diri Felix.

"Gue gak mau ngajarin, tapi kalo belajar bareng masih oke."

Hyunjin menatap Felix, "serius?!"

Felix mengangguk, "tempat terselah lo aja deh!"

Hyunjin tersenyum senang, "siap Fel. Makasih ya!"







TBC

Ay? Jangan bosen

Friendly [Hyunlix]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang