Pada hari ini Hyunjin tumpahkan semuanya. Lelahnya pada puncak, hatinya lelah terhentak. Netra elang yang tajam itu keluarkan semua kesedihan yang tertahan semenjak sang ibu tiada.
Bibir tebalnya bergetar, tangisan tanpa suara itu membuat Felix ikut sesak. Tak lelah tangannya mengusap punggung dari sosok yang tengah bersandar di bahunya saat ini.
"Keluarin aja, Jin. Jangan tahan lagi, tenang aja gue di sini," ucap Felix.
Untuk pertama kalinya Felix melihat Hyunjin menangis, pria penghangat suasana yang selalu terlihat tegas dalam tugas organisasi.
"Mama.. hiks."
Felix mengangguk pelan, "bagus, Hyunjin. Keluarin aja semuanya, jangan ragu."
Selama tiga puluh menit, Felix berikan bahunya dan relakan kain itu basah karena air mata Hyunjin. Kini Hyunjin merasa lebih baik setelah membasuh wajahnya, walaupun terlihat sedikit sembab.
Felix tersenyum menatap Hyunjin, "lebih baik?"
Hyunjin mengangguk, "makasih, Felix."
Felix mengangguk, "jangan sungkan."
Mereka terdiam beberapa saat. Pandangan Felix mengedar ke seluruh penjuru ruangan, hingga netranya kembali menatap pada kanvas dan lukisan-lukisan yang bertumpuk.
Felix kembali memandang Hyunjin, "Hyun, lo jago lukis, ya?"
Hyunjin mengangkat kepalanya kemudian menatap ke arah sudut ruangan. Hyunjin terkekeh pelan.
Senyumnya terbit, "Gue belajar lukis dari gue kecil, gue selalu pengen gambar mama. Dulu gue selalu bikin sketsa mama, dan mulai gue kembangin perlahan."
Perlahan senyumnya menghilang, "tapi gue baru bisa lukis mama setelah mama meninggal, gue pengen banget mama bangga sama gue karena bisa lukis dia."
Felix mengangguk paham, tangannya terulur untuk mencapai kepala Hyunjin. Ia mengusap lembut, "gak ada yang lebih baik dari seorang ibu."
Hyunjin menatap Felix, ia tersenyum dan mengangguk, "mau lihat semua lukisan gue?"
Felix mengangguk antusias, "mau mau! Ayoo!"
Hyunjin menggenggam tangan Felix, kemudian ia bangkit dan berjalan menuju sudut ruangan sembari menarik tangan Felix.
Hyunjin mengambil lukisan pertama, kemudian ia tunjukan pada Felix.
Felix berbinar, merasa terkagum dengan lukisan cantik itu. Bergambarkan wanita yang tengah tersenyum.
"Cantik, ya?"
Felix mengangguk, "ini.. mama?"
Hyunjin menggeleng, "ini Leonna," jawabnya kemudian tertawa hambar.
"Lo sayang banget ya sama dia?"
"Seorang pelukis pasti menggambarkan sosok tercintanya dalam kanvas," jawab Hyunjin.
Felix tersenyum tipis.
Hyunjin merangkul bahu Felix, tangannya bergerak ke atas, kemudian menggerakkan tangannya pada seluruh lukisan yang mengitari ruangan membentuk garis lurus.
"Ada dua puluh empat lukisan mama, gue selalu kangen sama mama."
Felix membuka mulutnya melihat seluruh lukisan, badannya berputar untuk melihat betapa indahnya lukisan tangan Hyunjin, yang bergambarkan sang mama dari berbagai versi.
"Impressionisme, semua itu gue kembangin dari kesan gue terhadap mama."
Felix menatap Hyunjin, "apa itu?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Friendly [Hyunlix]
Teen Fiction[Hwang Hyunjin × Lee Felix] Hyunjin si friendly yang suka mengganggu kedamaian anak kelas, dan Felix si anak pindahan kelas yang berusaha menyesuaikan diri. warning ! bxb