Eight

1.3K 132 27
                                    

⚠Don't Copy My Book⚠

[Name] mengerjap ngerjap kan matanya, obsidian merah darahnya meneliti seluruh sudut ruangan bernuansa victoria (putih dan emas) yang tengah ia tempati saat ini.

Ia memegang kepalanya yang terasa sangat pusing, tiba tiba terlintas kejadian dimana ia di peluk oleh seseorang dari belakang, dan Gempa menyuntikkan sesuatu ke dalam dirinya dan membuat ia hilang kesadaran saat itu juga.

[Name] mendapati dirinya tengah terbaring di atas kasur king size yang bahkan jauh lebih empuk dan lembut dari kasurnya yang ada di apartemen. Dan sudah pasti sekarang [Name] sedang ada di kamar yang [Name] tak tahu kamar siapa.

[Name] mendudukkan dirinya. "Aku ada dimana?" Gumamnya.

Perlahan kaki mungil yang tak terbalut apapun menapaki karpet halus yang menghalangi lantai. [Name] berjalan keluar dari kamar.

Lorong.

Itu yang pertama [Name] lihat saat ia sudah membuka pintu kamar, tanpa ragu ia mulai berjalan melalui lorong lorong megah yang di penuhi oleh hiasan hiasan mewah.

Sampai saat ia melewati satu pintu ia mendengar jika ada orang yang sedang berbincang, awalnya ia tak peduli namun ketika salah satu dari mereka menyebutkan namanya ia langsung memberhentikan jalannya dan mendekat ke arah pintu itu.

[Name] menempelkan kupingnya ke pintu guna menguping pembicaraan orang orang itu.

"Apa sekarang [Name] sudah sadar?"

"Mungkin sebentar lagi, Gempa hanya menyuntikkan bius yang tahan selama 10 jam"

Tanpa sadar [Name] mengepalkan kedua tangannya, ternyata suntikkan itu suntikkan bius! Pantas saja ia langsung tak sadarkan diri!

Dan.. tunggu! Itu artinya ia masih hidup dan belum dibunuh oleh mereka. Tapi kenapa?

"Lebih baik sekarang kita lihat keadaan dia sebelum dia sadar, ayah takut ia akan kabur"

[Name] melotot mendengar itu, lantas ia segera membalikkan tubuhnya dan bersiap untuk kabur. Namun sepertinya dewi fortuna sedang tidak memihaknya saat ini.

Saat ia membalikkan tubuhnya tangannya tak sengaja menyenggol guci besar yang ada di sampingnya dan menyebabkan guci itu jatuh dan pecah hingga menyebabkan suara nyaring.

PYAAARRR

"Sial! Sial! Sial!" [Name] merutuki kecerobohannya dalam hati.

"SIAPA DISANA?!"

Terdengar suara decitan kursi dan langkah kaki yang mengarah keluar dari ruangan itu. [Name] langsung berlari dari sana dan tanpa sengaja kakinya menginjak pecahan guci itu hingga mengeluarkan darah.

"Sungguh! Ini hari yang paling buruk!!" Batin [Name] kesal.

Abaikan [Name] yang tengah kabur sembari menahan sakit di kakinya, mari kita lihat keadaan 'mereka'.

Ceklek

Yang paling tua melihat sekitar namun tidak ada siapa pun disana yang mereka lihat hanya guci yang sudah jatuh dengan keadaan yang mengenaskan.

"Thorn, Blaze, Taufan! Cepat kalian lihat ke kamar [Name] dan pastikan jika ia masih ada disana! Dan yang lainnya cari ke seluruh mansion siapa dalang yang sudah memecahkan guci ini!" Titahnya.

Bukan, bukan karna masalah gucinya yang pecah, namun ia takut [Name] sudah siuman dan menguping pembicaraan mereka dari awal dan tanpa sengaja ia memecahkan guci itu.

The Seventh Mafia's And One Psycho Girl's [BoBoiBoy X Readers] (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang