⚠Don't Copy My Book⚠
Sudah sebulan semenjak kejadian markas di serang, BoEl sekarang sedang berada di ruang rawat di salah satu rumah sakit. Sedari tadi mereka bertujuh fokus pada [Name] yang berbaring di atas ranjang rumah sakit dengan mata yang asyik terpejam dari sebulan yang lalu.
Mereka berfikir, sebenarnya apa yang sedang [Name] impikan hingga [Name] enggan membuka matanya. Apa mimpi itu sangat indah?
"Sudah sebulan, [Name] bakalan membuka matanya dan pulih kembali kan Kak Gempa?" Tanya Thorn yang sedari tadi tak mengalihkan pandangannya dari wajah [Name] yang sangat damai jika sedang tertidur(?).
Gempa menghembuskan nafas lelah. "Kak Gempa yakin, kalau [Name] bakalan membuka matanya dan kembali pulih seperti sedia kala" balas Gempa mencoba menengkan sang Adik.
Solar yang awalnya fokus pada ponselnya langsung berdecak kesal. "Sudah satu bulan Kak! Tapi buktinya apa? Ga ada kemajuan sama sekali! Lebih baik sekarang kita bawa [Name] ke rumah sakit di Singapore agar alat alatnya lebih lengkap dan bisa merawat [Name] dengan benar" usul Solar. Btw, Solar udah sembuh semenjak 2 minggu yang lalu.
Gempa menggeleng tak setuju mendengar usulan Solar. "Dokter bilang jika luka [Name] tak terlalu parah, namun Dokter tak tahu mengapa sampai saat ini [Name] belum bangun juga. Padahal kalau di periksa pun keadaan [Name] baik baik saja, kita hanya perlu menunggu, Solar"
"Kita harus menunggu sampai kapan Kak?! Sudah satu bulan kita menunggu tapi hasilnya? Apa Kakak tak khawatir dengan keadaan [Name]?!" Sungut Solar.
Tiba tiba suasana menjadi tegang karna perdebatan Adik Kakak itu. Halilintar yang awalnya sibuk mengelus tangan [Name] langsung mengalihkan perhatiaannya pada mereka. Karna perdebatan itu juga membuat Ice yang tengah tertidur di sofa langsung terbangun.
"Diam lah! Ini di rumah sakit jika kalian lupa" sarkas Halilintar dingin.
Ice yang masih setengah sadar lantas keheranan ketika merasa jika suasana sangat tegang, ia menoleh ke arah Blaze yang duduk disampingnya lantas bertanya. "Kenapa?" Tanyanya.
Blaze yang belum ngeh jika Ice sudah bangun tentu terkejut karna tiba tiba Ice bertanya padanya, dengan refleks yang bagus (uuhm mungkin) Blaze menoyor kepala Ice dengan sekuat tenaga menggunakan tangannya.
"Sakit bodoh!" Maki Ice.
Blaze yang mendengar makian Ice langsung menyengir kuda, tak lupa juga dengan watadosnya. Karna makian Ice semuanya langsung mengalihkan perhatian mereka ke arah Blaze dan Ice hingga tak menyadari jika orang yang tengah mereka tunggu tunggu sedang mengerjap ngerjapkan matanya.
[Name] yang masih sibuk mengumpulkan nyawanya langsung mengalihkan pandangannya ke arah sudut kiri ruangan ketika mendengar kegaduhan dari arah situ.
[Name] merenggut sebal melihat BoEl yang tengah bertengkar. "Tsk, berisik!" Desis [Name].
BoEl yang awalnya fokus pada pertengkaran mereka lantas langsung menoleh ke arah ranjang dan langsung disuguhkan dengan pemandangan [Name] yang sudah bangun dan sudah dengan posisi duduk sambil mengucek salah satu matanya menggunakan tangan dan jangan lupa wajahnya yang merenggut sebal. Oh shit! Pemandangan yang sangat menggemaskan.
Kenapa Halilintar tak merasakan pergerakan [Name]? Karna tadi ia sudah melepaskan genggamannya dari tangan [Name] jadi pantas saja ia tak sadar dengan pergerakan [Name].
[Name] berdecak kesal karna BoEl hanya menatapnya sambil melongo. "Yaakk kenapa kalian malah bengong? Ini masih pagi kalian tahu?!" Sungut [Name].
Lalu tanpa aba aba BoEl langsung menerjang [Name] dengan pelukan mereka, [Name] tentu terkejut. Tiba tiba ia teringat dengan kejadian 8 tahun yang lalu di alam bawah sadarnya tentang hubungannya dengan BoEl, mendadak ia menjadi canggung.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Seventh Mafia's And One Psycho Girl's [BoBoiBoy X Readers] (END)
Fantasy[Fullname] seorang gadis psycho. Ia di tugaskan oleh boss nya untuk membunuh tujuh mafia kembar. Akankah ia berhasil membunuh mereka? Atau malah ia yang terbunuh oleh ke tujuh mafia itu? Atau mungkin bukan keduanya? Lantas apa yang akan terjadi di a...