⚠Don't Copy My Book⚠
Sudah seminggu setelah kejadian dimana [Name] ingin membunuh BoEl namun berakhir ia terkurung di dalam mansion yang ternyata milik Amato.
Saat ini [Name] sedang berjalan jalan di lorong sendirian. Kenapa ia di biarkan berjalan sendirian dan tidak di kurung di kamar? Jawabannya ya karna [Name] tak akan bisa kabur.
Penjagaan di mansion ini sangat ketat, di seluruh penjuru mansion terdapat banyak Bodyguard. Dulu [Name] sempat ingin kabur, namun ketika ia sudah berada di gerbang, sialnya gerbangnya hanya bisa di buka menggunakan sidik jari, yang pasti hanya sidik jari Amato dan BoEl.
"Haish.. aku bosan berada disini, tak ada yang bisa ku lakukan selain tidur, mandi, dan makan" keluh [Name].
[Name] memegang tenggorokkanya yang tiba tiba merasa haus. "Lebih baik sekarang aku ke dapur" gumamnya dan ia langsung berjalan menuju dapur yang terletak di lantai satu.
Ketika sampai di dapur [Name] melihat Gempa yang sedang memasak. Tak peduli dengan keberadaan Gempa, [Name] langsung mengambil gelas dan menuangkan air ke dalamnya lalu meminumnya.
[Name] terkejut ketika Gempa membuka pintu lemari kecil tempat bumbu bumbu di atasnya, ia mendelik pada Gempa. "Bagaimana jika pintu itu terhantuk ke kepala ku? Jika kepala ku kenapa napa kau mau tanggung jawab?" Cetusnya.
Gempa memandang [Name] bingung, lalu ia membuka tutup pintunya. Dan pintu itu tak menyentuh kepala [Name], bahkan jarak kepala [Name] dan pintu lemari itu sekitar satu jengkal.
"Kau menghina ku pendek?" Sarkasnya.
Gempa menggeleng. Sungguh, saat ini ia sangat bingung pada perempuan yang sekarang ada di hadapannya. Jelas jelas sedari tadi ia tak mengucapkan sepatah kata pun.
"Aku tak menghina mu pendek, tapi itu kenyataan. Kau bilang takut pintunya terhantuk ke kepala mu, jarak dari kepala mu ke pintu satu jengkal yang sudah pasti tak akan menyentuh satu helai pun dari rambut mu" jelas Gempa.
[Name] merotasikan matanya malas. "Aku bukan pendek! Aku hanya kurang tinggi saja!" [Name] mengambil satu buah apel dan berlalu pergi dari dapur meninggalkan Gempa yang menatapnya aneh.
"Pendek dan kurang tinggi apa bedanya?" Batin Gempa bertanya tanya.
(Beda huruf sama pengucapannya Gem)
[Name] membuang asal sampah apel yang ia bawa dari dapur tadi, saat ini ia sedang berjalan jalan di halaman samping mansion. Ia melihat Thorn sedang berada di dalam rumah kaca yang berisi taman bunga dan Thorn terlihat tengah menyiram bunga bunga itu. Karna penasaran, [Name] beranjak menuju rumah kaca itu.
'Thorn flower garden'
[Name] melihat sebuah papan bertuliskan itu sebelum ia masuk ke dalam rumah kaca. "Jadi ini rumah kaca milik Thorn" gumamnya.
Ketika sudah sampai di dalam rumah kaca itu, Thorn sama sekali tak menyadari keberadaan [Name]. [Name] menatap kagum pada taman bunga, tamannya sangat cantik dan indah. Semua bunga disini terlihat terawat dan subur, tak ada satu bunga pun yang layu atau rusak.
Sedangkan Thorn yang sedang asyik menyiram bunga langsung di kejutkan ketika ia membalikkan badannya dan langsung di suguhkan [Name] yang berdiri tak jauh darinya.
[Name] yang merasa jika Thorn sedang menatapnya lantas menoleh. "Kenapa?" Tanyanya.
Thorn menggeleng lalu ia menyimpan selang yang ia gunakan untuk menyiram tadi di atas meja kecil yang ada disana. "Sejak kapan kau ada disini?" Tanya Thorn.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Seventh Mafia's And One Psycho Girl's [BoBoiBoy X Readers] (END)
Fantasy[Fullname] seorang gadis psycho. Ia di tugaskan oleh boss nya untuk membunuh tujuh mafia kembar. Akankah ia berhasil membunuh mereka? Atau malah ia yang terbunuh oleh ke tujuh mafia itu? Atau mungkin bukan keduanya? Lantas apa yang akan terjadi di a...