Sudah beberapa bulan ini Aaron tidak ada menjumpaiku..
Biasanya dia langsung datang ke sekolahku setiap minggu nya dengan mobil sport biru gelap nya yang dapat menarik perhatian anak-anak sekolahku yang lewat, hanya untuk memaksaku pulang ke apartemen nya, menghabiskan waktu bersama seharian penuh. Ntah untuk bercerita, menonton tv, main uno, atau membantuku mengerjakan tugas sekolah. Setelah larut malam, baru dia mengantarkan ku kembali ke rumah.
Orangtua ku yang sudah kenal dekat dengan keluarga Aaron selalu mengizinkan ku pulang selarut apapun selama aku bersama Aaron.. Sehingga itu tak jadi masalah jikalau dia ingin memaksakan kemauan nya itu..
Aku selalu merasa aman dan percaya kepada Aaron walaupun berada di satu ruangan berjam-jam, lagi pula kan dia gay
Tetapi selama 4 minggu belakangan ini dia tak pernah menghampiriku di sekolah. Bahkan dia tak pernah mengirimkan ku email..
Aku mencoba menanyakan tentangnya kepada orangtua ku, tetapi mereka juga sedang mengurus cabang perusahannya di Inggris..
Mengapa aku merindukannya, bathin ku..
**********
"Alexandra.." panggil guru fisika ku..
Apa aku terlihat seperti melamun dari tadi yah.. wah gawat nih.. pikirku sejenak sembari menghampiri guru ku
"Saya buk, ada apa yah" jawab ku binggung
"Ibuk ada tugas untuk kamu, kamu harus bentuk kelompok belajar dengan 4 anggota dari kelas ini.. dan kalian harus membuat project karya ilmiah fisika.. bisa?"
"Bisa buk.. " jawabku yakin. Tetapi sepertinya tugas kali ini aku lebih berat dari biasanya. Pertama karena harus menyatukan pemikiran dengan 3 orang lainnya dan tanpa bantuan Aaron..
"Ibu yakin kamu pasti bisa.. ajaklah rafael sekelompok dengan mu ya.."
Aku hanya bisa mengangguk pelan mendengar kata guru fisika ku itu.. Wajahnya yang lembut membuat muridnya tidak mau untuk membangkang dari apa yang di ucapkannyaAku memang terkenal sebagai penyendiri di sekolah tetapi aku juga merupakan siswa berprestasi di sekolah.. Aku selalu meraih juara umum kedua setiap semester, dan selalu kalah dengan juara umum pertama yang tak pernah ku kalahkan..
Rafael Aldi
Cowok pemegang juara umum di sekolah dan juga sekelas denganku. Dan dengan berat hati sekelompok denganku untuk menyelesaikan tugas ini..
"Akhirnya kita bisa bersama dalam satu kelompok juga yah", suara berat yang tiba-tiba berbisik ke telinga ku dari belakang, sontak membuatku membalikkan badan dan menatap lelaki juara umum itu. Wajah kami hanya berjarak beberapa centi membuat aku menyadari bahwa liris matanya yang berwarna coklat itu menatap ku dengan tajam.
Setelah beberapa detik dan aku menyadari jarak kami yang terlalu dekat membuatku langsung menjauh dari nya
"How poor you are.. Pasti kamu terlalu menginginkan untuk sekelompok dengan ku kan..", jawabku ketus dan langsung pergi meninggalkan nya