Chapter 3 - Stuck With The Crazy Boy

71 8 2
                                    

Pagi ini..
Setiba nya aku sampai sekolah, aku sudah disambut dengan panggilan seorang guru. Yah tugas lagi, batin ku

"Tak banyak tugas untuk mu hari ini alexa.. Hanya menyiapkan sebuah proposal hari guru yang sudah tertunda beberapa bulan, mau kan kau membantu guru mu?" pinta guru ku dengan lembut.

Bagaimana aku bisa menolak mu, aku bukan atasan mu, jawab ku dalam hati

"Rafael tolong bantu alexa menyelesaikan tugas ini ya", perkataan yang sontak membuatku terpaku

Apa maksud perempuan ini.. Rafael katanya? Apa dia akan menjebakku kembali bersama cowok gila ini?

"Hai alexa.. senang bisa berkerja sama dengan mu sa..yang..", ucapnya dengan nada yang sulit ku mengerti. Dan mengapa dia menambahkan kata sayang.

Sial..
Pikirku melayang saat pengumuman juara umum sekolah semester pertama. Nama nya dipanggil terlebih dahulu dan diikuti dengan pemanggilan nama ku.

Aku tak begitu berharap untuk menjadi juara, yang ternyata sangat diinginkan oleh seluruh anak disekolah ku.

Pemberian piala disertain dengan suara ruih yang berasal dari teriakan histeris anak cewek.

Ya..
Mereka meneriaki Rafael yang tanpa ku sadari sedang berdiri disampingku dengan pandangan mata nya yang tak terlepas untuk menatap ku.

Aku bahkan tak mengira dia bisa mengabaikan salaman dari kepala sekolah hanya untuk memperhatikanku..

Apa anak ini punya pikiran? Apa dia tak tahu itu kepsek!? teriak ku dalam hati..
Walaupun aku tau dia tidak akan mendengarnya..

Setelah pemberian piala..
Aku dapat merasakan tangan ku ditarik paksa,dalam keadaan masih ditengah lapangan upacara.
Rafael.. yah dia pelaku nya.
Tanganku masih tergenggam erat olehnya, dan membuatku berhadapan dengan nya.

"Aku suka cewek pintar.. Dan tentu saja tidak lebih pintar dari ku", ucap nya.

Aku tidak dapat mencerna kata kata yang baru saja dia ucapkan.
Dia gila, itu kata pertama yang muncul di pikiranku

"Aku ingin kau menjadi pacarku", ucapnya tanpa ragu.

Parasnya yang tampan membuat banyaknya cewek yang mengaguminya. Tetapi dia dikenal sebagai cowok yang tidak memperdulikan cewek. Bahkan gosipnua dia tidak pernah memiliki teman dekat cewek.

Dan perkataannya barusan membuat kami menjadi tontonan satu sekolah.

Tangannya menyadarkanku yang baru saja berhasil teringat kepada kejadian tahun lalu itu..

"Tapi buk, bagaimana dengan kelas ku hari ini. Guru nya killer buk..", berharap guru itu akan merubah pikirannya dan membiarkan ku memasuki kelas.

"Tenang alexa.. ibu telah memberitahu guru mata pelajaranmu. Jadi kau bisa dengan tenang membantu ibu disini", jawab guru ku dengan tenang.

Kau tenang sekali.. Tidak dapatkah kau mendengar teriakan ku ini.. Aku tak ingin bersamanya disini seharian
Umpatanku yang hanya sampai ketenggorokan dan tidak mungkin dapat ku keluarkan.

*

"Sudah jam 3 sore nih.. kamu gak mau makan siang alexa", tanya Rafael

"Kau selesaikan bab terakhir ini dulu. Setelah ini kau bisa bebas, dan tolong biarkan aku beristirahat sebentar", ucap ku tanpa memperdulikan jawabannya.

Ku sikutkan satu lenganku berusaha membuat bantalan yang pas untuk tempat kepalaku. Satu hal yang ku tahu sekarang bahwa aku kelelahan.

*

"Alexa.. bangunlah. Sudah sampai depan rumah mu", suara berat tepat di samping telingaku mampu membangkitkan kesadaranku dan mendapati diriku yang berada di mobil Rafael, tepat di samping nya yang mengaja menegadahkan kepala ku di lengannya.

Bodohnya kau alexa. Kenapa kau bisa sampai tertidur.. umpatku dalam hati.

Dengan cepat aku menjauh dari nya. Memastikan bahwa aku benar benar berada di depan rumah ku.

"Kenapa kau bisa tau dimana rumah ku? Bagaimana kau bisa mengantarkan ku sampai rumah?", tanyaku cepat

Tanpa menjawab dia turun dari mobil nya, mengarah ke pintu penumpang dan menarik ku setengah membopong ku langsung masuk ke rumah.
Seluruh pelayan menyambut kami dengan membungkukkan badan dan memberi hormat.

Tepat di depan pintu rumahku, "Cukup. Kalau kau tidak bisa menjawab pertanyaan ku, kau bisa pulang sekarang. Terimakasih telah mengantarku", perkataan yang sontak keluar dari bibir ku dan aku yakin itu cukup kasar untuk dikategorikan sebagai ucapan terima kasih.

Sorot matanya yang tajam tidak menunjukkan ekspresi apa pun. Wajah nya datar tanpa senyuman.

Tetapi dapat ku rasakan bahwa ada kesedihan disana, di dalam hatinya, walaupun aku ingin mengetahui ada apa dengan nya, tetapi aku akan berusaha untuk tidak membaca pikiran nya. Karena walaupun aku bisa, tapi itu akan sangat menguras tenaga ku, dan menurutku itu kurang sopan.

Dia pergi begitu saja menuju mobil yang masih terparkir di depan pagar rumahku. Tanpa ucapan selamat tinggal atau sejenis nya.

Kenapa ia begitu berbeda? Dingin.. Tak seperti biasanya yang selalu menggangguku. Apakah ucapanku barusan membekas di hatinya.

Ohh
Mengapa terlalu sulit mengerti seseorang tanpa membaca pikirannya

Aku bisa gila menghadapi orang gila sepertinya..

-----------------------------------------------------------

Finally..
Siap nih chapter 2 nya..
Semoga enak yah.. meski rada abstrak..
Author nya kan masih belajar juga sayang.. hahaha

Emang rada susah nebak apa mau Rafael.. Maka dari itu tetap vote and comment yah..

This chapter dedicated for the best reader yah yg nuntutnya gk ketulungan KimGyuna

xoxo

Rahasia CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang