Haii
Yang dimultimedia Alexa lagi gak pake kacamata yah hehe
Happy reading guys.. xoxo-----------------------------------------------
"Alexandra Smith..
Aku Aaron Auguste ingin jujur kepada mu"Aaron yang sudah menggenggam kedua tangan Alexa dan mengarahkannya ke wajahnya. Kali ini dia menutup kedua matanya. Alexa menyadari perlakuan Aaron yang kali ini benar benar diluar kebiasaannya. Merenung, menatap kosong, bahkan membuat seolah-olah dirinya bukan gay dan ia sampai mengatakan "istri?". Banyak pertanyaan yang timbul dalam benak Alexa.
Apa yang sedang dipikirkannya sekarang? Sebulan lebih ia memutuskan komunikasi denganku, apakah ada masalah yang lebih besar daripada urusan perusahaan.
"Aaron auguste.. sahabat yang sudah merangkap menjadi kakak ku sendiri. Jangan pernah menyembunyikan masalahmu sendiri atauuu kau akan tahu akibatnya," Alexa memulai bicara dengan sedikit nada mengancam, ia tidak suka berdiam lama dengan posisi mereka ini.
Aaron yang menyadari nada mengancam segera membuka matanya. "Aku lapar lexa. Masak in aku makanan..,"
"Ahhh.. kau hampir membuatku frustasi. Minta sama bibik aja. Tuh telepon disebelah tuh. Telepon bagian dapur suruh bawa makanan banyak ke sini" jawab Alexa frustasi.
Jelas saja ia frustasi. Dia tidak bisa mengandalkan kemampuannya terhadap Aaron karena janjinya dulu dan dia hanya bisa terbodoh melihat tingkah sahabatnya itu.
"Hehehe bentar yah," dengan polosnya Aaron langsung memanggil bagian dapur dan memesan sesukanya.
Bukan sekarang waktu yang tepat Lexa.. batin Aaron setelah ia menutup telepon.
"Terserah kamu sajalah ron.. aku tidur dulu yah."
Melihat Alexa yang sudah tertidur membuat Aaron sedikit bernafas lega.
Hampir saja, pikirnya.
***
Rafael POV
Setelah meninggalkan café, aku sengaja untuk memarkirkan mobilku jauh dari café, menunggu mereka berdua keluar.
Benar perkiraan awalku bahwa mereka memang sudah saling mengenal lama. Tapi apa arti tatapan sahabat Alexa itu. Tidak tersirat akan persahabatan, melainkan cinta.
Kehadiran dan tatapannya kepada gadis ku itu sangat mengganggu dan dengan mudahnya menyulut emosiku.
Mobil yang membawa mereka memasuki sebuah mansion mewah yang aku tau pasti kediaman Alexa. Mobil itu bisa masuk dengan mudah, sedangkan beberapa waktu yang lalu dia sampai sulit untuk menyuruh penjaga untuk membuka pagar. Aku yang memarkirkan mobilku jauh dari mereka tapi masih bisa melihatnya dari kejauhan.
"Ahh.. ini gila. Aku sudah berlaku seperti penguntit saja. Tapi aku harus memastikan bahwa lelaki itu tidak lagi bersama gadisku."
Sampai malam hari, tidak ada tanda-tanda bahwa lelaki yang bernama Aaron tadi meninggalkan mansion itu. Aku sedikit frustasi menunggui seperti ini. Posisiku sekarang duduk di depan mobil, memastikanku agar tidak jauh terlelap di dalam mobil.
**
Alexa POV'Xaaaaa bangunnn'
Suara teman lain dunia ku itu memang selalu menggangguku. Jelas saja dia sekarang sudah berada tepat didepan wajahku dan meneriakkan kata yang sama.
"Apaa lagii.." jawabku karena heran yang melihatnya begitu kekeh untuk membangunkanku.
'Itu.. ada penguntit. Seseorang yang menyukaimu Lexa'
"Siapa sih.. Lagian ini kan sudah malam dan hujan deras diluar sana, penguntit macam apa yang kau bicarakan"
'Lihat saja sendiri.. hahahahaha' jawabnya yang langsung pergi
"Dasar setan gilakk" umpatku dengan berteriak.
'Emang' jawabnya yang kembali dan pergi lagi
"Kan benerkan ada gila nya.. tapi siapa yang dimaksud dia yah.."
"Ada apa Lexa. Aku mendengar teriakanmu dari luar. Siapa yang gila?" tak ku hiraukan pertanyaan Aaron yang tiba-tiba sudah masuk ke kamarku. Aku berjalan mengeluari kamar ke arah balkon ruang tengah yang sudah basah terkena terpaan air hujan. Aku dapat melihat dengan jelas seseorang tengah duduk di atas kap mobilnya.
"Oh shit.."
**
Rafael POVMalam semakin larut dan aku tetap tidak akan meninggalkan tempat ini sebelum lelaki itu keluar dari kediaman gadis ku.
Yang benar saja, sekarang tubuhku sudah terasa sangat lelah dan langit sudah menjatuhkan rintik-rintik air yang lama kelamaan semakin deras.
Ku usapkan rambutku yang sudah basah, aku tidak tau aku harus menyerah dan pulang atau harus tetap tinggal.
Ku tengadahkan tanganku untuk menutupi wajahku, "Aku harus tetap tinggal Raf.. aku tidak ingin pulang dan tidak bisa tidur semalaman memikirkan dia.."
Aku menutupi wajahku cukup lama dan masih terdengar bahwa hujan masih deras, tetapi tidak ada lagi air yang menghujani atas kepala ku lagi.
Dengan bingung, ku buka wajahku dan mendapati gadis ku tengah menatapku sembari memayungiku di tengah hujan.
Tidak ada kacamata di wajahnya dengan rambut terurai sedikit acak-acakan. Aku terpaku melihat dirinya yang sekarang tengah melihatku datar.
"Alexa?" Aku tidak percaya dia benar-benar ada dihadapanku sekarang
"Hai penguntit.. sudah berapa lama kau menyiksa dirimu disini", ucapnya dengan tetap menatapku datar.
Apa maksudnya.. aku penguntit? Ohh yang benar saja..
"Aku.. hhhhhaaattcih." perkataanku terpotong karena bersin
"Rafa.. Apa yang ada dalam otak sok pintarmu itu. Kau akan jatuh sakit jika kau tetap disini. Ayoo" tatapan datarnya sudah berubah dan dengan cepat dia menggenggam tanganku, menarikku masuk ke mansion nya.
Apa dia mencemaskanku?