17

1.1K 143 5
                                    


Tak!

Kamila jatuh tersungkur ke tanah, setelah Hachiman membalas serangannya. Kamila menganga lebar ia mengangkat bilah pedangnya yang sudah hancur hanya menyisakan handel pedang.

Awalnya Hachiman menyuruh Kamila untuk menyerangnya, Kamila menuruti perintah itu langsung menyerang Hachiman dengan pedang. Namun, ia sangat terkejut saat Hachiman menggunkan ranting pohon untuk mengkis serangan pedangnya sampai ia jatuh tersungkur ke tanah dan pedangnya yang beradu dengan ranting kayu Hachiman hancur seperti kerupuk.

"Empat koin emasku! " Kamila menatap nanar pada pedangnya yang sudah hancur, Ia jatuh bertekuk lutut di tanah dengan dramatis ala sinetron.

Hachiman yang menyaksikan itu hanya diam, ia bergerak mengambil sebuah pedang panjang di dekat gua dan menyerahkan pada Kamila yang masih dramatis dengan pedangnya.

"Gunakan ini, " Kepala Kamila mendongak, Hachiman menyodorkan sebuah pedang yang familier di pikiran Kamila

"Katana?!" Kamila langsung berdiri dengan gembira matanya berbinar melihat katana yang di sodorkan Hachiman.

Kamila langsung menerima Katana dari Hachiman, ia memandangi dengan takjub. Para Husbu Kamila sering menggunakan senjata ini dalam pertempuran. Kamila meloncat sangking senangnya dengan senyuman merekah seolah pedangnya yang hancur tidak lagi ia gubris.

"Kau masih terlalu bodoh untuk menyerang menggunakan pedang, yang kau tau hanya ayun sana, ayun sini. Sekarang kita akan belajar dasar dari menggunakan pedang Katana ini."

Kamila hanya mengangguk ia terlalu terpana dengan Katana yang ia pegang. Pikiran Kamila membayangkan bagaimana hebatnya dirinya bertarung menggunakan Katana seperti di adegan anime.

"Kita mulai sekarang."

"Haik!"

*****


Kamila terkapar kelelahan di tanah. Hari sudah malam ia dari pagi sampai malam belajar dasar menggunakan Katana. Awalnya Kamila pikir ini hanya kacang tapi ia salah ternyata menggunakan Katana tidak semudah yang ia kira.

Napas Kamila ngos-ngosan menguap membentuk asap di malam yang dingin. Kamila mengangkat tangannya yang sudah kasar dan memerah karena menggenggam Katana. Lenganya yang terasa hampir putus, kakinya yang kehilangan kekuatan berdiri. Ternyata pelatihan dari Hachiman sangat berat, tadi Kamila disuruh mengayunkan Katana Seribu kali jika ada yang salah ia harus mengulang lagi, pelatihan ini lebih mirip ajang penyiksaan bagi Kamila.

"Huh," Kamila menangkap suara langkah kaki berat bersamaan dengan suara gesekan besi. Kamila yang sudah tahu itu siapa langsung menutup mata ekting pingsan.

"Bangun. " suara berat dan mendayu dalam dari Hachiman masih belum membuat Kamila menyudahi aktingnya. Ia masih terkapar dengan lidah mulut menganga sedikit.

"Bangkit atau kau kutebas, " Kamila langsung spontan bangkit mengucek matanya menguap palsu dan beralih menatap Hachiman dengan sayu. "Ada apa guru?" Kamila langsung khawatir Hachiman akan menyuruhnya mengayun pedang lagi. Sungguh Kamila sudah tidak sanggup.

Hachiman bergerak ikut duduk lesehan di samping kanan Kamila. Ia menatap penuh arti pada hutan yang gelap yang hanya disinari bulan dari balik topengnya. Kamila meggaruk pelipis kepalanya ia merasa canggung.

"Kamila, apa tujuanmu mengayunkan pedang?" Kamila yang tangannya di pelipis turun, ia menatap hutan yang lebat."Aku ingin kuat!" jawab Kamila.

"Tujuanmu tidak bisa di terima," Kamila menoleh bingung, ia memenjamkan mata menikmati angin malam bebas berbaur dengan rambut peraknya.

"Aku ingin kuat, bisa melindungi sesuatu yang aku miliki. Dan aku berjanji memikul kegelapan di dunia ini, aku rasa aku harus kuat untuk tujuan atau mimpiku itu. " Kamila menjawab dengan mantap.

Hachiman sedikit puas dengan jawaban Kamila. "Ingat pedang yang kita gunakan, sihir yang kita mainkan digunakan untuk melindungi sesuatu yang berharga bagi kita. Sihir kegelapan pada dasarnya sama hanya saja, banyak disalah gunakan untuk tujuan keji," Kamila mendengarkannya dengan seksama ikut setuju dengan Hachiman.

"Dan satu lagi kuat yang sesungguhnya adalah tekad dan kemauan, bukan dari jutaan jurus dan teknik yang kau kuasai. Inggat walaupun kita pengguna sihir kegelapan jangan pernah membunuh nyawa tanpa alasan yang jelas." Kamila terkesima mendengar penerangan dari gurunya. Ia terpukau.

"Guru, kenapa guru berada di gunung ini? " Kamila telah menyimpan pertanyaan ini dari sejak awal mereka bertemu kemarin.

Hachimam diam ia masih nyaman menatap hutan yang gelap. "Aku tersegel disini 1000 tahun, oleh seseorang yang hebat. Dia mengurungku mengatakan aku akan menjadi ancaman setelah menghancurkan sesuatu,"

Kamila diam tapi, ia dilanda kebingungan sesuatu apa? Kamila membuka mulut kembali pertanyaan tapi, Hachiam bangkit dari duduknya melangkah pergi.

"Tidak perlu tahu, sekarang istirahat kau akan di neraka besok. " Hachiman pergi. Kamila yang mendengar itu langsung panas dingin. Dari kejauhan suara senyap kelepak sayap mendekat menuju Kamilar.

RWANGH!

"Ada apa?" tanya Phoenix melewati telepati.

"Sepertinya kita salah datang kesini," Kamila berdiri ia berjalan menuju gua. Disini Kamila akan tidur di atas tanah kasar berbatu. Kamila meneguk kasar ludahnya ia mengambil beberapa helai daun meratakannya dan tidur di atas tanah.

"Phoenix lain kali kita harus membeli kasur."

Mau tak mau Kamial tidur di atas daun sedangkan Phoenix di sampingnya, mereka telah tidur disini dua malam karena disini tidak ada pondok hanya gua dan sarang hewan buas. Niat awal mereka saat Hachiman menyuruh tidur di gua mereka akan tidur di pohon saja tapi, ternyata pohon disini akan menghisap energi sihir manusia baru menyentuhnyan. Turut prihatin.

*****

Hai, terimakasih untuk 1k pembaca.
💠

Babay.

Tbc

 Reincarnation Of A Wibu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang