3

2K 222 13
                                    

jam menunjukkan pukul 10 malam. juminten udah dalam mode mau habis bensin dan beruntung haechan sudah mengantar sang pujaan hati pulang ke rumahnya dengan keadaan selamat tanpa lecet sedikitpun.

walaupun sedikit disayangkan, haechan merasa waktu ngedate mereka malam ini terasa singkat banget, kayak waktu move on dia sama mantan.

ya gimana gak singkat, mengingat banyaknya perjuangan dia dari malika yang ngambek sampai baju dipermasalahin.

"yaudah, gua pulang yak." pamit haechan.

"hati-hati."

haechan mengulum senyum. renjun tuh emang paling jago genjotin jantungnya.

bagaimana tidak dugun-dugun haechan dibuatnya, kalau renjun saja gemesnya minta diculik.

si manis ini tampaknya malu-malu kucing sambil narik-narik jaket haechan, seolah tidak mengizinkan haechan untuk pergi.

"kenapa?" tanya haechan sambil berusaha mengatur ekspresinya biar tidak keliatan kentara senengnya.

"kita udah pacaran tau." renjun menunduk, bibirnya manyun-manyun. minta dicipok kayaknya nih bocah.

pikiran haechan lantas mendadak tidak terkontrol, bahkan kini senyumnya sudah mencuat bagai kuda siap jadi ambasadornya pepsodent.

tanpa pikir panjang, haechan langsung menerjang tubuh kecil renjun, mendekapnya erat, sebelum tanpa permisi menempelkan bibirnya yang kering pada bibir renjun yang lembab.

ciuman pertama bagi mereka, dan juga pertama kalinya bagi haechan mencium laki-laki.

tetapi, alih-alih merasa jijik mengingat haechan paling anti cipokan sama laki. haechan justru merasa kayak gak napak di bumi karena saking terbangnya.

berbeda dengan saat dia mencium seorang gadis, yang mana haechan bakal menunjukkan keahliannya dalam bercumbu hingga membuat si lawan mabuk kepayang. tapi, saat dia mencium renjun, malah dia yang dibuat ketar-ketir duluan dan melumer sejadi-jadinya.

seperti sekarang, jantung haechan sudah seperti genderang yang dipukul bertalu-talu saat tangan renjun menekan tengkuknya guna memperdalam ciuman mereka.

haechan mendadak kehilangan keahliannya, bahkan kini sesi cumbu mereka didominasi oleh renjun.

isi kepala haechan menjadi plong sesaat ketika renjun yang semakin memanas membelit lidahnya, merangsek masuk ke dalam rongga mulutnya dan mendesah di dalam sana.

haechan benar-benar dibuat tidak waras. bahkan ia tidak pernah menyangka bahwa renjun bakal selihai ini.

sampai dirasa oksigen di antara keduanya menipis, renjun lalu mendorong sedikit dada haechan untuk melepas pagutan. bibir keduanya telah bergumul saliva bersamaan dengan dada yang setia bergemuruh.

tetapi, belum puas renjun mengisi oksigen ke paru-parunya, ia telah dikejutkan dengan haechan yang tiba-tiba melahap oksigen yang baru saja renjun ambil.

seolah tidak mau kalah, haechan menyedot rakus bibir renjun, melumatnya lebih dalam, lebih intens, dan sesekali menggigitnya gemes. membuat si empu mendesah tertahan di sela ciuman itu.

hingga permainan menjadi liar saat lumatan haechan turun pada rahang dan leher jenjang renjun, sementara tangan haechan masih setia melingkar possessive di pinggang si manis.

renjun meremang merasakan sensasi basah dari lidah haechan yang menari-nari di area lehernya. desahan kembali lolos dari belah bibir renjun tatkala haechan menghisap dan menggigit kecil kulit lehernya.

sampai bunyi klakson mobil mengejutkan mereka, memutus kegiatan panas yang berlangsung di pekarangan rumah renjun yang sepi.

🫐🫐🫐

"bang."

"hm?"

"bang."

"apaan?"

"bang."

"APA GOBLOK???"

"bang."

"manggil sekali lagi, gue siram lu."

"lu pernah gak bang suka sama cowok?"

"ANJING, LO HOMO??"

jeno membekap mulutnya sendiri. kemudian mereka celingak-celinguk memantau sekitar yang sepertinya masih aman terkendali.

jeno lantas menghela napas lega, nasib baik enyak tidak mendengar suaranya barusan. kalau nggak, bisa-bisa mulut jeno bakal disulumin cabe sekilo.

"kurang keras, bang." balas haechan datar. ia lalu kembali menyender pada tiang pagar teras.

"lagian lo ada-ada aja pertanyaan. eh, tapi lo gak homo, kan?" tanya jeno memastikan sambil tangannya sibuk mengelap body jupri dengan sunlight.

"gua nanya lu pernah suka sama cowok apa kagak, bukan gua ngaku homo, tolol."

beginilah haechan kalau berbicara dengan jeno yang suka salah tangkap maksud dia, ujung-ujungnya malah bikin darah tinggi haechan kambuh.

"kagak lah, kampret. gua masih lurus, masih doyan memek."

"ya gua juga gitu."

"lah terus ngapain lu nanya? eh, jangan bilang lu mulai suka cowok? ANJING, LO HOMO??"

"JENO! MULUTNYA BELUM PERNAH DICIUM PANTAT PENGGORENGAN KAN YAK!? NAH, MUMPUNG MASIH PANAS LOH INI!!"

jeno yang mendengar suara enyak menggelegar dari arah dapur pun langsung merinding.

"AMPUN NYAK! INI JENO BUKAN LAGI NGATAIN SIAPA-SIAPA KOK. INI KUCINGNYA JIE, SI ANJING, LAGI NYODOM KUCING JANTAN!"

"GAK WARAS KAMU, JENO! UDAHLAH, MENDING KAMU BANTUIN ENYAK BELIIN TEPUNG KE WARUNG."

"GAK BISA, NYAK! LAGI MANDIIN SI JUPRI INI!"

"LAH BELUM KELAR-KELAR JUGA!? YAUDAH. JIEE! JIEE! SINI, NAK!!"

"enyak lama-lama pengen gua daftarin audisi dangdut kayaknya cocok dah. soalnya suaranya enyak kenceng banget, udah ngalahin high notenya soimah." ujar haechan sambil ngorek-ngorek telinganya yang mendadak hilang fungsi sesaat.

"gue sih yes." sahut jeno.


tbc.

blueberry skies | hyuckrenTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang