Adek :(

4K 405 15
                                    

Sudah dua bulan sejak Haechan menanyakan dirinya menjadi pendonor kepada dokter Deon.

Selama dua bulan itu juga Haechan memikirkan dan mulai merenungi nasihat dari dokter Deon.

Nasihat untuk saling memperhatikan satu sama lain. Memberikan kasih sayang lebih dan perduli dengan sekitar.

Sebulan terakhir Jeno sibuk menyiapkan segala keperluan dan persyaratan untuk ujian skripsinya. Haechan kadang merasa ikut lelah melihat pusingnya Jeno dengan persyaratan itu.

Haechan tahu di Universitasnya memang untuk pendaftaran sidang skripsi/ujian skripsi cobaannya lebih besar dari sebelumnya.

Malam ini Jeno tengah sibuk menghafalkan materi untuk lusa. Ya lusa adalah jadwal sidang skripsi Jeno. Jeno memang pintar dan ambisi. Walau pintar Jeno tetap belajar.

Pukul satu dini hari Haechan terbangun. Haechan merasa haus dan minum dikamarnya habis terpaksa dia harus turun ke dapur mengisi ulang minuman itu.

Saat hendak kembali masuk ke kamarnya. Haechan mendengar suara grasak-grusuk dari dalam kamar Jeno. Haechan tahu Jeno sedang sedikit ada beban menjelang sidang skripsi.

Haechan tahu kalau Jeno belum tidur. Diurungkan niatnya untuk kembali kekamarnya. Haechan kembali ke dapur membuatkan susu hangat untuk sang kaka.

Haechan mengetok pintu kamar Jeno dengan sangat pelan. Takut membangunkan yang lain. Untungnya telinga Jeno sangat sensitif dengan suara.

"Siapa ?".

"Ini adek... Adek boleh masuk kak ?".

"Boleh sayang masuk aja".

Haechan masuk ke dalam kamar Jeno. Membawa nampan berisi susu hangat.

"Adek bawa apa ?".

"Ini buat kaka.... Diminum dulu ya kak..." Haechan menyerahkan susu hangat itu dan diterima dengan senang hati oleh Jeno.

Jeno meletakkan satu gelas kosong itu dinampan tadi. Jeno beralih menatap tumpukan kertas itu kembali fokus untuk materi lusa.

Haechan duduk disebelah Jeno mengelus lengan kekar Jeno. "Kaka.... Kaka gak cape ? Kaka istirahat dulu ya... Adek temenin...".

"Sebentar lagi ya, masih nanggung".

"Kaka... Boleh natep adek sebentar gak....".

Dan Jeno mengalah akhirnya dia menatap sang adik. "Kenapa sayang. Kamu kenapa bangun jam segini hm ?".

"Adek tadi kehausan terus kebawah... Sebelum masuk ke kamar lagi... Adek dengar suara dari kamar kaka... Adek tebak kaka belum tidur dan ternyata benar...".

"Okee, kaka udah minum susunya. Adek ke kamar ya tidur lagi. Kaka janji bentar lagi juga tidur".

Haechan menggeleng, "jangan nanti.... Sekarang ya kak... Ayo tidur... Adek percaya kaka lusa bisa buat sidang lancar semuanya..... Adek percaya kaka hebat...".

Kalimat itu menurut Jeno adalah kalimat penenang sekaligus beban. Benannya adalah apa benar dirinya sudah sehebat itu dimata sang adik.

Haechan merentangkan tangannya berharap Jeno masuk dalam dekapan sempitnya itu.

Tanpa ucap Jeno langsung menabrakkan dirinya masuk kedalam pelukan sempit si bungsu. Biarpun sempit tapi rasanya nyaman dan hangat.

Haechan mengelus punggung lebar Jeno. Badan Jeno sangat kokoh Haechan tahu itu. Tapi perasaan dan pikiran bisa merobohkan kekokohan badan itu.

"Kaka kesayangan adek hebat.... Kaka jangan dipaksa terus ya... Adek mungkin gak tahu rasanya mau sidang skripsi... Mungkin gak enak... Pikirannya aneh...".

Sunflower (Haechan) (TERBIT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang