Haechan sudah berada di tempat yang diminta datang oleh Temo, ya sebuah gudang dibelakang gedung. Haechan duduk sendiri disini tidak ada siapapun termasuk Temo.
Temo mencari waktu yang pas untuk meminta Haechan datang kesini. Dua teman Haechan Eric dan Dino selalu mengikuti Haechan kemanapun Haechan pergi.
Sekarang mereka berdua sedang dipanggil dosen makannya Temo dengan cepat mengundang Haechan ke gudang. Jika ditanya kenapa Haechan mau, salah satu ancamam Temo adalah merebut keluarganya saat ini.
Temo membuka pintu itu, membawa satu tas kecil yang didalamnya entah apa itu. Temo duduk disebelah Haechan, mengambul tangan Haechan.
Dengan perasaan yang gugup dan tidak nyaman Haechan menurut. "Tangan lo cantik banget si".
Haechan hanya memandangi tangannya yang dielus dan digenggam begitu lembut tapi menyeramkan.
Temo membuka tas kecil yang dibawanya, mengeluarkan satu gunting kuku yang cantik. Masih bersih jika dilihat dari jauh tapi jika dari dekat sudah sedikit berkarat.
"Kamu... Mau apa ?".
"Gue ? Mau guntingin kuku lo dong Chan, masih panjang tuh".
Haechan menggeleng, kuku Haechan sudah di potong dan sudah bersih. "Udah... Bersih... " Lirihnya.
"Yaa kalau udah bersih ya gak papa dong gue potong lagi, apa mau bikin lukisan kecil hm ?".
Haechan semakin takut, detak jantungnya semakin berdegup. Tangannya mulai bergetar saat Temo mengarahkan gunting kuku itu ke arah tangannya.
Ctek
"Arghhhh.... Jangan... Sakit...".
Ctek
"Maaf, maafin aku.... Aku minta maaf....".
"Diem dong sayang. Nanti gak asik kalau gak dibuat lukisan kecil. Masa tangannya halus banget hm ?".
Ctek
Bunyi ketiga kalinya, dan Haechan sudah menangis menahan sakit. Punggung tangannya yang dulu mulus kini sudah tercetak luka.
Darah yang mengalir deras dari hasil karya Temo membuat Haechan meringis sangat kesakitan.
"Semakin lo nangis, gue semakin puas bikin karya ini ditangan lo Chan" Temo mengelus surai Haechan.
Haechan diam pasrah saat dua kali sampai lima kali Temo menggunting kulit dipunggung tangannya. Darah sudah bercucuran mengalir ke bawah.
Tangisnya dia tahan, sungguh ini menyiksa. Tapi jika menangis siksaan ini akan berlanjut.
"Nah gini dong sayang, jangan nangis masa nangis ih" Temo mengecup pipi Haechan.
Psikopat batin Haechan.
Temo membuka baju Haechan dan melihat perut mulus itu. Temo mengelus perut itu. "Indah".
"Udah... Stop... Sakit..... Tolong..." Haechan memohon.
"Hey, stop kenapa sayang, aku gak ngapa-ngapain cuma ngelukis aja kok".
"Udah.... Sakit....".
"Sakit ya, ayo tiduran" Haechan kali ini melawan. Menendang kaki Temo.
"Lo! Gak mau nurut!! BARING!!" Bentak Temo memaksa Haechan untuk berbaring.
Haechan memberontak, dia ingin melawan tapi tangannya langsung diikat oleh Temo.
Sekarang Haechan sudah berbaring terlentang, bajunya sudah setengah terbuka membuat perut Haechan terekspos.
"Cantik banget, sayang kalau mulus ih, aku buat agak biru ya sayang".
KAMU SEDANG MEMBACA
Sunflower (Haechan) (TERBIT)
FanfictionBukan darah daging, bukan darah yang mengalir dalam satu tubuh. "Terimakasih Tuhan adek beruntung punya keluarga seperti ini". "Makasih adek udah hadir di keluarga ini". -Sehun -Jaehyun -Jeno -Haechan bukan bxb tapi brothership star : 30 September 2...