"Lu masih mikirin orang kemarin Kyu?"Junkyu mengangguk pelan sebagai tanggapan. Asahi menghela nafas pasrah dan mengusak surai Junkyu.
"Lu mau ketemu dia lagi nggak?"
"Emang bisa?"
"Nanti gue bantu."
Junkyu memeluk Asahi, membuat Asahi tersenyum miris dalam hatinya. Kenapa sahabat satu-satunya menjadi seperti ini?
"Andaikan dulu gue sempet ngenalin lu sama Travis Sa, pasti lu bakal bilang mereka mirip banget!!"
Junkyu mulai berceloteh dalam pelukan Asahi. Asahi menjadi pendengar yang baik. Bahkan tangannya mengelus punggung Junkyu pelan.
Merasa sudah tak ada suara lagi, Asahi melihat wajah Junkyu. Junkyu sudah tertidur.
Dengan perlahan Asahi menidurkan Junkyu pada posisi yang nyaman. Pergi ke balkon kamar Junkyu.
Mendial nomor yang selalu dihubunginya.
'Park Jihoon'
"Hallo?" Sapa orang di seberang
"Cari tau tentang orang bernama Haruto. Bawa dia ke gue secepatnya."
"Oke."
Panggilan terputus sepihak. Asahi mengepalkan tangannya. Sepertinya ini saatnya membuat Junkyu tertawa dan bahagia lagi.
Asahi akan melakukan apapun untuk hal itu. Kebahagiaan Junkyu.
🤍🤍🖤🖤
"Anda tuan Haruto?"
"Iya saya, ada apa ya?"
"Bisa saya bicara dengan anda sebentar?"
Haruto mengangguk, mengikuti langkah pria dengan jas mahal itu. Memasuki sebuah mobil yang Haruto duga gajinya selama seumur hidup tak akan cukup membeli mobil ini.
"Loh! Lu kan orang yang waktu itu!" Tunjuk Haruto ke Asahi.
Asahi menatap Haruto datar, tak berniat membenarkan ataupun menyangkal. "Lu kenal Junkyu?"
"Junkyu?" Haruto tampak berpikir, "Ahh cowok yang waktu itu manggil gue Travis? Nggak kenal sih. Orang gue baru lihat dia waktu itu doang."
"Lu saudara kembar Travis bukan?"
Haruto membulatkan matanya, menatap pria di sampingnya dengan bingung. Namun kemudian menatap Asahi lagi.
"Tau dari mana?"
"Nggak penting, yang gue mau. Lu menjadi Travis."
"Ngapain gue jadi orang yang udah mati."
"Lu butuh uang kan? Jadilah Travis, kekasih sahabat gue itu. lalu uang akan mengalir dan lu nggak perlu tinggal di tempat kumuh ini."
Haruto tampak berpikir, ini impiannya. Pergi dari tempat ini. Tempat dimana kedua orangtuanya menyiksanya. Apakah ini waktu yang tempat baginya untuk melarikan diri?
"Bayarannya tentu tidak kecil. Asalkan sahabat gue tidak merasa kecewa apalagi sedih. Malah lu akan dapat bonus. Bagaimana?"
Haruto tersenyum, mengulurkan tangannya tanpa berpikir dua kali.
"Saya terima tuan."
Asahi menjabat uluran tangan Haruto. "Bagus, kita bisa berkerja sama tuan Watanabe."
Setelah menyetujui hal yang tak diduganya. Haruto buru-buru ke kemar saudara kembarnya. Mengambil semua pakaian dan barang-barang Travis.
"Gue bakal jadi lu Vis, nggak ada yang duga kan? Sekarang saatnya gue yang bebas."
Setelah mengepak barang Travis dan beberapa barangnya, Haruto pergi ke alamat yang di kirim Asahi.
Sebuah apartemen mewah yang dijanjikan. Wah, kalau seperti ini Haruto tak akan mengecewakan Tuan Hamada yang terhormat.
Haruto dengan bangga memasuki apartemen barunya. Mencium bau ruangan yang sudah bersih dan begitu rapi.
"Gue bukan lagi Watanabe Haruto, Gue Travis."
Haruto berkata sembari melihat ke arah cermin. Tersenyum senang karena mendapatkan semua yang selalu di impikannya.
Kebebasan.
Uang.
Untung sekali dia bisa kabur dari kedua orang tuanya yang gila. Selain suka mabuk-mabukan keduanya juga berperilaku kasar padanya.
Hanya Travis anak kesayangan mereka. Lalu Haruto apa? Upik abu.
Haruto mengambil sebuah kertas HVS tebal yang tertulis banyak hal. Ah, ini adalah sebuah catatan mengenai Travis dan Junkyu.
Asahi sudah mengumpulkan semua informasi yang di dapatnya dari Junkyu. Semua hal tentang Travis, semuanya Junkyu ceritakan pada Asahi. Asahi sudah hafal betul.
Tidak sulit bukan?
Haruto membaca semuanya. Menghafal semua hal yang bergitu bertolak belakang darinya.
"Baju tuh anak warnanya kalem semua. Sementara gue hitam semua. Ck, nggak cocok banget sama gue."
Haruto menceklis poin pertama dari catatan itu, membaca Poin kedua yang membuatnya semakin tak suka.
"Bersikap manis? Gue?? Nggak salah? Gue pihak atas! Masa harus pindah haluan? Anjirlahh"
Haruto kembali membaca Poin selanjutnya dengan gerutuan. Begitulah sampai poin terakhir.
"Gue bener-bener harus jadi orang lain? Kayaknya gue harus bikin skenario sendiri deh. Gue ogah di panggil Travis. Apa ya?? Alasan paling cocok???"
Haruto berpikir dengan berat, mengerutkan dahinya samar tanda ia sedang fokus.
🤍🤍🖤🖤
"Travis?"
Junkyu menatap sendu ke arah seseorang yang baru saja masuk ke dalam kamarnya.
"Kak Kyu, iya aku Travis kak."
Haruto segera berlari dan memeluk Junkyu. Junkyu menangis sejadi-jadinya. Tak menyangka Travis kembali padanya.
"Ini beneran kamu??" Junkyu menangkup wajah Haruto, menatapnya lamat.
"Iya ini aku kak." Jawab Haruto dengan senyuman sendu.
"Kamu tau? Kakak sempet salah ngira orang lain sebagai kamu tau!!"
"Itu aku kak." Junkyu memiringkan kepalanya, menatap penuh tanya pada pria di depannya ini.
"Aku udah kembali buat kakak, tapi saat itu aku belum siap ketemu kakak. Makanya aku kayak gitu."
Junkyu menatap gemas pria dihadapannya, "Yang penting kamu ada di sini sama kakak!" Junkyu kembali memeluk Haruto dengan erat.
Haruto tersenyum penuh kemenangan, semudah itu rupanya mengelabuhi Junkyu.
"Kak.."
Junkyu melepas pelukannya, menatap Haruto dengan wajah berserinya.
"Aku mau jujur."
"Iya, mau jujur apa sayang?" Tanya Junkyu sembari menggenggam tangan Haruto.
"Sebenarnya nama aku itu Haruto kak, Travis itu cuma nickname aku aja. Makanya mulai sekarang aku mau kakak panggil aku Haruto. Bukan Travis."
Junkyu melepas genggaman tangannya. Menatap penuh curiga pria di depannya. Membuat Haruto gugup setengah mati.
Dia baru saja memulai, Apakah ia akan ketauan sekarang?
KAMU SEDANG MEMBACA
LOW LOVE (KYUHARU)
FanfictionEND Cinta yang tulus adalah cinta tanpa paksaan. "Lu bukan dia! kalian berbeda dan enggak akan pernah sama." Tidak bisakah sekali saja kau melihat ke arahku? Aku rela melakukan semua hal yang kau mau, asal kita bersama. karena aku mencintaimu, Kim J...