Cafetaria kantor tengah ramai oleh karyawan di karenakan jam makan siang telah tiba. Kayyisa Rheva Shalitta yang sedang asik dengan makan siangnya, dikejutkan dengan kedatangan sahabat berbeda divisi dengan cara menepuk bahu Kay pelan dari belakang.
Kay langsung berbalik untuk melihat siapa pelakunya dan menghela kesal saat tahu itu sahabatnya. "Kebiasaan deh suka ngagetin," kata Kay menatap sinis sahabatnya yang kini sudah duduk tepat di hadapannya yang terhalang meja. Sahabatnya terlihat kesenangan sendiri telah mengerjai Kay.
Sahabat Kay tertawa kecil, "Lagian lo makan serius banget."
"Vi, kan' gue udah sering bilang ke lo, kalau gue nggak bisa dikagetin."
"Iya, iya, maaf. Lain kali gue sapa baik-baik."
Kay memutar bola mata malas, karena dirinya tahu itu hanyalah ucapan belaka dari mulut sahabatnya. Tapi, sahabatnya itu pasti akan melakukan hal yang sama di lain hari. Kay kemudian melanjutkan makan tanpa peduli dengan sahabatnya itu.
"Tahu nggak, sih?" Vyca Adelia —sabahat Kay—yang sudah mencondongkan badan ke arah Kay bertanya tanpa menatap lawan bicaranya, ia melihat ke arah karyawan lain yang tidak Kay ketahui siapa dia.
"Nggak," jawab Kay acuh.
"Ko lo ngeselin, sih?" Vyca menatap sinis pada Kay.
"Coba lo ngaca." Kay menaikkan alis tidak suka melihat ekspresi wajah Vyca.
"Skip. Gue cuma mau kasih tahu lo, kalau kemaren dia abis berantem sama tim Manager TI," kata Vyca dengan suara kecil. Tatapannya kembali teralih ke arah orang yang Vyca sebutkan tadi. Walau Vyca berucap dengan suara yang kecil, Kay masih tetap bisa mendengarnya.
"Terus?" Kay sebenarnya tidak peduli dengan hal itu, ia hanya tidak ingin terseret masalah kantor. Karena masalah hidup dirinya saja sudah sulit.
"Lo mau tahu, apa yang diributin mereka berdua?" kini tatapan Vyca penuh ke arah Kay, dan Kay hanya menaikkan alis sebab ia tidak tahu.
"Pak Direktur."
Singkat, padat, dan jelas.
Kay berhenti menyuap makanan sekejap, lalu mengangguk kecil. Kay tidak heran jika para karyawan dikantornya itu sering kali meributkan Direkturnya. Sebab Direkturnya pun memang terbilang sangat tampan. Bahkan Kay sendiri menyukai Direkturnya itu, tapi tidak sesuka itu sampai mau mencari ribut dengan karyawan lain.
Direkturnya itu termasuk ke dalam Direktur yang kejam, berhati dingin, dan selalu saja menyulitkan karyawannya. Tapi, tidak menutup kemungkinan jika para karyawati menyukai fisik dari si Direktur yang tidak dapat dideskripsikan lewat kata-kata. Direktur dari perusahaan yang Kay tempati ini tampannya sudah di luar nalar.
"Udah biasa," kata Kay dengan melanjutkan kembali makan siangnya.
"Ya elah, nggak ada antusiasnya banget, sih, lo." Vyca cukup merasa kesal dengan reaksi biasa saja dari Kay, karena dirinya sendiri bahkan lebih suka melihat hal ribut seperti beberapa jam lalu melihat pertengkaran antar karyawan itu.
"Lo nggak makan?" tanya Kay yang melihat Vyca tidak membawa makanan sama sekali. Ia juga berusaha mengalihkan pembicaraan yang membosankan, karena Vyca tidak akan pernah absen jika sudah menyangkut obrolan tentang Direktur.
"Nggak, gue udah makan di luar tadi." Vyca mengeluarkan ponselnya, dan menopang dagunya bosan. Ia merasa Kay terlalu kaku dan membosankan, tapi Kay adalah satu-satunya teman paling setia yang ia miliki. Vyca sudah sangat mengenal watak Kay luar dalam, jadi ia sudah terlalu nyaman dengan orang membosankan di depannya.
YOU ARE READING
Radeon ♡ Kayyisa
FanfictionKayyisa terlahir di keluarga yang tidak memiliki harta yang cukup, hingga membuat dirinya harus bekerja keras untuk menghidupi keluarganya. Karena kedua orang tuanya yang sudah berumur dan kedua adik perempuannya yang masih bersekolah membuat Kay me...